Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

MALAM SATU SURO

 PART 1

Sosok yang penampakannya berwujud bola api ini sekilas sama persis dengan Banaspati. Yang membedakan adalah sosok ini mempunyai sayap di kedua sisinya.

Sosok ini menempatkan wujud dengan melayang di udara lalu mendekat pada orang yang dituju.

Meski tidak melukai, tapi dapat dipastikan siapa pun yang menjadi sasarannya akan menjadi gila. Sedangkan kemunculannya di Malam Satu Suro menandakan bahwa ada seseorang yang telah memperbudaknya yang akan berakhir dengan bencana bahkan maut. Tempat yang berair juga persawahan merupakan tempat bersemayamnya.

Sosok ini akan selalu ada dan selalu muncul sebagai salah satu hantu paling menakutkan.

****

Aku bersama Yudistira melangkah perlahan menuju salah satu ruangan di mana Pakde Karwo berada.

Pak Bos kami itu merupakan orang yang beruntung. Dulu dia mampu meraih kesuksesan di usianya yang masih cukup muda padahal lelaki tambun itu hanya tamatan sekolah dasar saja.

Mungkin dari hal itulah selalu muncul ucapan bahwa orang beruntung yang mampu mengalahkan orang pandai.

Sebagai pengusaha sukses di bidang pertambangan pasir dan batu, Pakde Karwo termasuk orang yang tidak sombong, dia selalu dekat dan akrab dengan anak buahnya, termasuk aku yang hampir tujuh bulan ikut bekerja di sini.

Meski bukan keluarga, tapi aku merasa kalau Pakde Karwo seperti keluargaku sendiri. Seakan tidak ada kesenjangan di antara kami.

Tok! Tok! Tok!

Setelah mengetuk pintu aku dipersilahkan masuk olehnya.

“Masuk!”

 Sekilas aku merasa ada keanehan yang muncul. Tercium bau busuk dari sudut ruangan dan tampak olehku sekelebat bayangan melintas di belakang Pakde Karwo.  Padahal biasanya ruangan ini tidak menampakkan hal aneh dan aku mulai waswas. dengan jantung berdetak cepat.

“Aku akan pergi keluar kota dalam beberapa hari,” ucapnya sambil mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya.

Sebelum rokok itu disulut, dia berpesan agar besok sore aku dan Yudistira agar datang ke rumahnya.

****

Selang beberapa waktu.

Setelah kami terlibat percakapan, terdengar Yudistira berkata, “Ada hal penting yang akan harus aku kerjakan, Pak,” ucap Yudistira yang disusul dengan berpamitan.

Aku kembali melihat bayangan itu, tapi kali ini sosok tersebut berhenti tepat di belakang kursi Pakde Karwo.

Jelas sekali wajahnya sangat menakutkan. Dua taring di mulut yang menganga tampak tergores darah. Rambutnya gimbal, matanya merah menyala menatapku dengan tajam seolah ingin memakanku.

Secepatnya aku meninggalkan ruangan menyusul Yudistira.

“Kalau begitu saya juga pamit permisi, Pak,” ucapku.

Melihat tingkahku yang aneh, Yudistira bertanya.

Rupanya temanku itu tidak melihat apa yang membuatku tegang.

Aku pun menyembunyikan sosok tersebut dari Yudistira. Sengaja tidak diceritakan agar tidak timbul prasangka macam-macam.

****

Selepas asar.

Aku dan Yudistira sudah berada di rumah Pakde Karwo, tapi bos besar itu belum pulang, hanya Mbokde Raras istrinya yang berada di rumah. Perempuan berkulit putih bersih itu sedang hamil menginjak lima bulan.

“Tadi bapak pesan kalau pulangnya sekitar jam setengah lima. Dia juga pesan agar kalian mau menunggu,” ucap Mbokde Raras.

Kami duduk santai di gazebo melihat taman yang sangat mewah, termasuk kolam ikan mahal yang menghias.

Semilir angin sangat tenang di halaman rumah megah ini.

Rumah berlantai dua itu dikelilingi dengan pagar besi dan beberapa tanaman bonsai, tapi di balik kemegahan dan kemewahan itu ada hawa lain yang terasa. Meskipun terbilang desain model bangunannya baru, tapi rumah ini seperti tidak bercahaya, seolah ada aura gelap yang menutupi.

Sambil menenggak jus jambu yang dihidangkan Mbokde Raras, aku terus memandang sekitar rumah, sementara Yudistira merebahkan diri sambil memejamkan mata.

“Nanti bangunkan, ya?” ucapnya sepertinya tidak mampu menahan kantuk.

****

Beberapa saat kemudian.

Datanglah Pakde Karwo dengan mobil mewahnya.

Bosku itu keluar dari mobil dengan membawa sesuatu di tangan kanan, sebuah barang yang terbungkus kain hitam.

Begitu melihat keberadaanku dia langsung mengajak masuk ke dalam. “Ayo, masuk!”

Aku dan Yudistira yang sudah terbangun segera masuk rumah mengikuti langkah Pakde Karwo, dia mengajak kami ke lantai atas.

“Sudah menunggu lama?” tanya Pakde Karwo.

“Baru ... baru saja kok, Pak,” jawabku sambil melihat sekitar.

Baru kali ini aku berada di lantai atas. Di sini hawanya cukup mencekam. Ada patung harimau di pojok ruangan, sementara di tembok rumah berjajar aneka barang bertuah. Entah itu asli atau tidak. Ada bambu bertemu ruas, kepala kijang, juga beberapa keris terpajang di sana.

Aku tidak menyangka kalau Pakde Karwo ternyata menyukai hal mistis.

Sikap kesehariannya selama ini biasa saja, tidak menunjukkan kalau ada dunia klenik yang disukainya.

Aku dan Yudistira duduk di sofa ruang tamu, sementara Pakde Karwo menuju salah satu kamar.

Aku terkaget saat muncul bayangan melintas mendahului Pakde Karwo. Bayangan yang sama seperti yang terlihat di ruangan kantor kemarin sore.

Dengan cepat bayangan tersebut masuk ke dalam kamar. Tidak ada keanehan yang ditunjukkan pada Pakde Karwo, dia tetap melangkah masuk atau mungkin dia tidak melihat bayangan itu?


Begitu pun dengan Yudistira yang berada di sebelahku, dia tetap terlihat biasa yang kemudian temanku itu mulai membuka percakapan. Dia berkomentar dengan apa yang dilihat dalam ruangan ini terutama dengan bambu bertemu ruas sepanjang hampir satu meter.

Ada 2 bagian ruas dan tampak dua cabang ranting yang saling bertemu. Sebuah bambu yang sangat jarang ada, bahkan sangat langka.

Tidak berapa lama kemudian Pakde Karwo keluar kamar dengan menenteng tas ransel.

Begitu duduk di hadapan kami, dia mengeluarkan barang dari dalam tas yang ternyata ada 9 keris. 2 keris di antaranya dibungkus dengan kain hitam.

Pakde Karwo kemudian menjelaskan tentang apa yang harus kami lakukan. Besok malam Pak Dia menyuruh kami untuk mendatangi seorang juru kunci sebuah gua di mana gua tersebut terletak di tengah hutan di atas jurang.

Sebenarnya aku sering mendengar nama gua tersebut, tapi belum pernah sekalipun aku ke sana.

Pakde Karwo menyuruh kami sampai di sana tepat tengah malam dan di tempat itulah biasanya Pakde Karwo menyucikan kembali keris-keris tersebut.

Setelah selesai dijamas disuruhnya kami langsung mengembalikan ke rumahnya yang nanti Mbokde Raras akan menunggu.

Dari ucapannya itu aku baru tersadar kalau besok malam adalah malam tahun baru Islam juga malam pergantian tahun baru bagi masyarakat Jawa yaitu Malam Satu Suro. Di mana malam tersebut diyakini sebagai malam yang sakral, pestanya para dedemit.

Pada zaman dahulu orang dilarang keluar rumah di malam tersebut dan diyakini akan ada kesialan yang menimpa di kemudian hari, tapi bagaimanapun itu adalah perintah Bos. Mau tidak mau aku harus melaksanakannya bersama Yudistira.

“Besok pagi aku akan keluar kota bersama Sukiran. Jadi, kalian yang aku suruh,” ucapnya kemudian.

Sukiran merupakan orang kepercayaan Pakde Karwo yang mana setiap ada hal penting dialah yang selalu mewakili.

Entah kenapa Pakde Karwo memilih aku dan Yudistira sebagai gantinya Sukiran, padahal masih banyak bekerja lain yang lebih senior dan lebih dekat selain aku.

Setelah mendapat penjelasan dari Pakde Karwo, kami langsung pamit. Besok malam kami akan kembali untuk mengambil keris-keris tersebut, barang pusaka yang aku tidak tahu fungsinya.

BACA KELANJUTANNYA.

MALAM SATU SURO PART 2

MALAM SATU SURO PART 3

MALAM SATU SURO PART 4-END

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search