CERKAK HALO, WIN
HALLO, WIN. CERITA THRILLER
31 Oktober 2020
Pukul 18.55.21.
Satu patung besar terlihat di atas pintu masuk dari wahana rumah hantu. Suara tawa menakutkan disertai jerit kelelawar jelas terdengar dari luar arena menakutkan itu.
"Kita ke tempat lain saja kenapa. Memangnya tidak ada wahana lain yang lebih menyenangkan?" Mila mulai bersungut bila membayangkan kengerian di dalamnya.
"Kamu takut?" tanya Erwin.
Riuh rendah keadaan sekitar dari beberapa orang yang datang mengunjungi pasar malam ini.
"Tidak. Kita ke sini mau bersenang-senang, 'kan?" Masih, Mila mengingatkan tujuan ketiganya untuk datang ke sini.
"Mana mungkin ada hantu sungguhan di dalam. Itu wahana yang di dalamnya hanya dipenuhi talen dengan riasan hantu," timpal Andi.
"Sudahlah, Andi. Kalau Mila tak mau masuk, masih banyak tempat lain. Bagaimana kalau ke sana saja?" ajak Erwin.
"Eh, Win. Aku ke sana sebentar, ya. Aku lupa, tadi orang tuaku titip untuk membelikan beberapa minuman bersoda."
"Ya, sudah. Kami tunggu di sini, atau ...."
"Oh, tidak. Kalian bisa langsung pulang saja. Mungkin aku akan sedikit lama karena harus mencari di tempat lain."
"Baiklah. Hati-hati, Andi."
"Da."
****
Sementara itu di salah satu rumah.
Pukul 19.40.27.
Suara ketuk pintu.
Tok! Tok! Tok!
Satu perempuan segera melangkah menuju depan.
Krek.
"Trick or Treat!" teriak dua bocah, berdiri seraya menenteng keranjang menyerupai labu.
"Miko?"
"Trick or Treat?" ulang Miko dengan baju berkostum tengkorak.
Perempuan itu juga tersenyum kepada Adel yang menggunakan kostum sama. "Kostum kalian bagus," timpanya kemudian.
"Trick or Treat?" ulang Miko.
"Ini untuk kalian." Satu lelaki keluar dengan keranjang kecil yang berisi cokelat.
"Ini untuk Miko." Memasukkan cokelat ke keranjang Miko.
"Dan ini buatmu, Adel." Juga melakukan hal sama ke keranjang Adel.
"Happy Halloween, Om, Tante," ucap kedua bocah dengan tersenyum.
"Hapy Halloween, Miko, Adel."
Kedua bocah itu kemudian berlalu. Meski berkostum tengkorak jelas kelucuan tergambar di wajah.
Keduanya masih berdiri mengantar kepergian dua bocah kakak beradik dengan senyum.
"Halloween kali ini sungguh berbeda. Begitu banyak anak-anak yang datang menghabiskan permen dan cokelat di rumah kita. Ha ha ha." Seraya memeluk istrinya dan mengajak masuk.
"Pa, aku rasa kita sudah tak lagi mempunyai sesuatu yang bisa kita berikan bila ada anak-anak yang mengetuk pintu."
"Ya. Artinya kita hanya bisa mengatakan Trick, Ma."
"Aku harap Miko dan Adel bocah terakhir yang datang. Aku akan sangat kasihan bila ada anak-anak lain yang mengetuk pintu dan memilih Trick karena memang tak ada lagi permen mereka.
****
"Ke mana Erwin, Ma?" Terlihat memasukkan satu CD ke dekoder.
"Biarkan saja. Biarkan dia merayakan Halloween bersama teman-temannya, Pa." Seraya menuang bir bebas alkohol.
Tak lama kemudian film diputar dengan adegan seorang anak laki-laki yang terus mengejar perahu kertas.
"Film itu lagi?" Seraya menyerahkan segelas bir kepada sang suami.
"Iya, Ma. Teror sosok badut yang menyebut dirinya Pennywise."
"Padahal aku berharap kita malam ini menikmati Halloween Kill." Kemudian memilih duduk di samping suaminya.
"Aku sudah hafal film itu. Andai Laurie yang menjebak Michael Myers untuk dibunuh malam itu terlaksana hingga tak menyebabkan pembunuhan sadis pada petugas pemadam kebakaran yang berusaha memadamkan api." Sang suami menimpali dengan satu kejadian di dalam film yang sangat ia sayangkan.
"IT seri pertama bagiku lebih mencekam. Di mana Bill masih belum bisa melupakan insiden hilangnya Georgie."
"Bahkan Bill menduga, hilangnya Georgie ada hubungannya dengan tragedi yang menimpa Kota Derry selama berabad-abad," imbuhnya lalu dia coba menghangatkan tubuh dengan bir yang ada di tangannya.
"Ya. Beberapa anak hilang secara misterius dan tak dapat ditemukan lagi. Bill kemudian membentuk sebuah kelompok yang ia beri nama The Losers Club. Tujuh anak muda ini bertualang demi mengungkap teror yang selama ini mendera anak-anak di kotanya," sambung sang istri yang sudah hafal akan film yang kerap ia tonton untuk menemani suaminya seraya menunggu sang anak pulang.
Suasana hening sesaat dengan hanya terdengar suara dari televisi ketika terdengar suara ketukan.
Tok! Tok! Tok!
"Mungkin itu Erwin," ujarnya beranjak meninggalkan sang suami yang menoleh ke arahnya.
"Semoga dia pulang dengan beberapa permen yang bisa kita bagikan kalau masih ada anak yang datang mengetuk pintu." Harapan sang suami.
****
Krek.
Pintu terbuka.
"Erwin?"
Tak terlihat sosok yang dipanggilnya. Perempuan itu Hanya berdiri dengan mengerutkan dahi. "Seingatku setiap anak yang datang sudah pulang dengan keranjang berisi permen," batinnya menduga kalau dia tak pernah memilih Trick.
"Erwin, kamukah itu?"
Memilih untuk melangkah ke halaman saat sosok bernama Erwin tak lekas muncul.
"Ini tak lucu, Erwin!"
"Aku yakin ini bukan Trick." Masih, batinnya menyangsikan kalau ini adalah bagian Trick or Treat.
Sejenak terlihat dia menggeleng, tanda tak percaya dengan apa yang dilihat, bahkan dia yakin kalau suaminya juga mendengar suara ketuk pintu itu.
"Erwin, keluar! Mama akan menghukummu!"
Ditunggu beberapa saat untuk kemunculan anaknya. "Erwin?"
Dengan tergesa dia menuju rumah setelah untuk sekian waktu tak ada siapa-siapa di halaman ini.
"Tidak seperti ini caramu merayakan Halloween!" Masih merutuk seraya menutup pintu.
Belum lagi dia melangkah menuju ruang tengah untuk kembali menemani suaminya, pintu kembali diketuk tiga kali.
Tok! Tok! Tok!
Merasa kesal karena ulah sang anak, segera dia membuka pintu. "Aku akan memakimu bila sungguh itu kamu, Erwin!" serunya dalam hati.
Krek.
Betapa ia tercengang saat di depan pintu sudah berdiri sosok badut yang terus memperagakan sulap dengan menunjukkan secarik kain merah.
Kemudian bersedekap dengan terus menyaksikan sang badut yang memasukkannya ke dalam satu genggam tangan dan dalam satu gerak cepat kain hilang, segera berganti dengan sebuah kertas.
"Sejak kapan kamu bisa main sulap, Erwin?"
Meski dengan berkostum badut, tetapi jelas kalau sosok itu tersenyum mengerikan ke arahnya dengan menunjukkan kedua tangan telah kosong.
"Oke," katanya. Dia berharap sang anak akan mengganti beberapa batang cokelat dengan hilangnya secarik kain merah tadi.
Sang badut terus menggerakkan tangan tanpa berucap sedikit pun. Dengan gerakkan seakan meraih sesuatu di atasnya, dia menggenggam kuat dan menunjukkan kalau kini di tangannya sudah terdapat satu gulungan kertas putih.
Sang perempuan hanya senyum terpukau melihat itu, ditambah sang badut yang kemudian membuka gulungan kertas yang berisi tulisan 'Happy Halloween, Mam'.
Kemudian sang badut menjura seraya mengulurkan tangan.
"Bagaimana, ya? Apa boleh aku menukarnya dengan sebotol bir? Aku ... aku sudah tak mempunyai lagi permen atau cokelat." Di akhir ucap dia berharap Erwin melepas topeng badut berhidung merah, dan mengambur lalu memeluknya. Jelas dia menawarkan lelucon itu karena tidak mungkin Erwin anaknya meminum bir.
Merasa tak mendapatkan sesuatu di malam Halloween, sang badut kemudian menegakkan badan seraya membentang kedua tangan. Tak lama kemudian dia menunjukkan telapak tangan kanan yang kini sudah bertuliskan Trick.
No comments:
Post a Comment