Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

SUSUK KEKEBALAN SANG BROMOCORAH

 SANG BROMOCORAH



Ini adalah sebuah kisah tragis seorang  Bromocorah yang mati dalam keadaan  setengah telanjang dan masih memegang  botol minuman keras di pojok sebuah  gedung bioskop tua dekat Terminal Kota  Malang. 

Di sekujur tubuh tampak beberapa tato  yang menghiasi leher, dada, dan lengan  tangan kiri, mungkin memiliki arti  tersendiri dalam perjalanan hidupnya. 

Keluar masuk penjara hal biasa yang  dituangkan dengan mencoret-coret bagian  tubuhnya. 

****

Banyuwangi 1979.

Matahari mulai terik ketika Sunoto sampai  di terminal. Lelaki berusia 53 tahun itu merupakan  seorang Bromocorah yang menguasai  beberapa lokasi keramaian di kota dingin  Banyuwangi, termasuk menjadi penguasa  terminal di tengah kota. 

Mendengar namanya saja orang-orang akan  merasa ketakutan.  Selain kejam, Sunoto dikenal raja tega, tidak segan-segan ia melukai siapa saja  yang melawannya meskipun seorang wanita. 

Semua calo, makelar asongan, bandar dadu,  pencopet, dan sopir-sopir angkutan, yang  beroperasi di wilayahnya diwajibkan  membayar pajak dari sebagian rezeki  mereka.  Bahkan pemilik toko-tokoh yang mayoritas  warga Tionghoa juga wajib retribusi di  setiap pekan.

Tidak hanya bermodal tubuh tinggi kekar,  rambut gondrong, kumis lebat, dan wajah bengis saja,  tapi banyak yang menduga kalau dia  memiliki barang azimat yang ampuh. 

Kakak kandungnya yang aktif sebagai  anggota KKO yang sekarang adalah Marinir  menjadi saksi atas ilmu yang dipelajari  sang adik. 

Menurutnya, Sunoto telah memasang susuk di  bagian paha kanan.  Susuk tersebut terbuat dari sayap hewan  sejenis serangga yang bisa membuatnya  memiliki kedigdayaan  hingga kebal terhadap senjata tajam  jenis apa pun. 

Sang kakak pernah diperlihatkan  kehebatan Sunoto dengan mencoba  menembaknya, dan memang nyata, sang  Bromocorah  itu kebal timah panas.  

Sunoto  sosoknya mirip koboi  berkacamata hitam, jaket kulit, sepatu  boot, yang bertuliskan ABRI serta  celana blue jeans komprang yang lagi  tren pada masanya di mana masa puncak  popularitas band asal Liverpool yakni  the Beatles.

Sunoto menghabiskan malam di setiap akhir  pekan dengan berfoya-foya, main perempuan,  berjudi, dan mabuk-mabukan bersama  rekan-rekan yang disebut saudara sebotol. 

Seolah gemerlap dunia tidak ada habisnya,  tidak lagi mengingat usia yang makin tua.  Dosa hampir melanda di setiap nafasnya. 

Sebenarnya dulu Sunoto adalah seorang tentara  yang sering tugas di luar kota, bahkan  tidak jarang tugas di luar Jawa. Kakak kandungnya juga seorang tentara  dengan karakter dan talenta yang berbeda  dengan sang adik. 

****

Sunoto kecil selalu dimanja.

Apa yang diminta  harus selalu ada, hingga sering  marah-marah kalau permintaan itu tidak  tersedia. Lebih parah lagi Sunoto ini  tidak pernah mau jika diajarkan perihal  ilmu agama, dia membangkang dan mulai  tumbuh dengan berani, melawan siapa pun  termasuk orang yang lebih tua. 

Ketika menginjak remaja barulah bapaknya  dinas tetap di kota kelahiran Bangorejo. Semenjak itu mulailah diterapkan  disiplin ala militer di keluarganya.  Sunoto merasa tertekan oleh peralihan  peraturan yang selalu tidak sesuai  dengan apa yang diinginkan. 

Sifatnya yang berani terhadap siapa pun  menuntutnya sebagai sosok yang selalu  berontak.  Kedisiplinan dan watak keras sang bapak  mengakibatkan dia diusir dari rumah,  tidak diakui lagi sebagai bagian dari  keluarga. 

Semenjak itulah kehidupannya berubah.  Sunoto harus menuntaskan apa yang  diinginkan dengan segala upaya  dan mulai besar di jalan, diasuh  malam mengarungi kehidupan yang keras  tanpa berpikir panjang. 

****

Setelah selesai mengambil upah jatah.

Sunoto beranjak di sebuah halte di  pertigaan jalan arah menuju terminal. Dia  duduk melamun dengan tangan kiri  menyangga kepala, sedangkan tangan  kanannya masih dengan sebotol minuman  keras.  Pundaknya bersandar pada tiang besi  iklan produk terkenal.

Di sana pandangan  Sunoto mengarah pada satu rumah sederhana  di seberang jalan.  Dia tersenyum sendiri ketika melihat  satu keluarga bercengkerama di teras  rumah. Mereka  saling melempar canda tawa penuh  keakraban yang membuatnya terbuai.

Setelah itu pandangannya kosong, tidak  lagi menghiraukan lalu lalang angkutan  kota yang sesekali menghampiri dan  menyapa. 

Tidak terasa genggaman botol minuman  keras yang juga merek terkenal itu jatuh dan  pecah.

Dia sedang terlena memandang  matahari yang redup.  Terbersih dalam hatinya ingin memiliki  keluarga demi menutup lembaran-lembaran  buram dan mengakhiri dunia hitam.  Melepas pelan-pelan belenggu kegelapan. 

Tampaknya niat itu mampu menyadarkan  pikirannya yang selama ini diracun  hasutan setan. Dia pun bertekad membina  bahtera keluarga dan mengakhiri masa  kelamnya.

****

Dari niat itu akhirnya Sunoto pun menikah.

Pilihannya jatuh pada sosok perempuan  yang ditemukan ketika larut malam di  terminal yang mulai sepi dengan make-up  tebal, kostum bercorak agak menor, dan  aksesoris yang berlebihan. Perempuan pelacur dengan bau alkohol  yang mungkin masih 40% itu bernama  Sri.  Asal-usulnya tidak jelas yang pasti  bukan bidadari yang tersesat di terminal.  Sunoto berharap perempuan itulah yang  menggiringnya dalam kebahagiaan yang  mampu memberikan suasana keluarga yang  harmonis dan mampu menggantikan sosok  ibu yang selalu dirindukan.

****

Setahun mengarungi bahtera rumah tangga.

Sunoto merasakan sisi indah kehidupan  meski hanya rumah kontrakan dan ekonomi  yang pas-pasan tapi dia mampu melalui  jalur hidup yang telah dirintis. 

Sayang buah hati yang dinanti tidak juga  kunjung datang, dan ternyata kehidupan  yang tidak mudah itu membuat jalur  hidupnya kembali berbalik arah. 

Semua berawal dari pergolakan rumah  tangga yang tanpa sadar sebenarnya ini  ujian dari yang Maha Kuasa.  Perselisihan-perselisihan kecil,  perekonomian yang tidak stabil, dan  perselingkuhan sang istri dengan orang  lain berujung dengan meninggalkan rumah  tanpa izin membuat Sunoto kembali masuk ke  dunia malam. 

Setelah mencari Sri dan tidak  ditemukan, Sunoto kembali meniti memori  masa silam.

****

Sang Bromocorah kembali pada  jalurnya.

Dia mulai mendatangi setiap  kawasan yang pernah dikuasai,  tetapi masa kejayaan di terminal mulai  terkikis oleh kehadiran sosok muda yang  lebih garang. 

Pada awal kedatangannya, semua masih  tunduk pada Sunoto yang tanpa  sepengetahuannya telah terjadi mufakat  dari belakang. 

Meski tahu memiliki kesaktian yang  mumpuni, namun jiwa muda para preman  terminal tetap berani melawan. Mereka  mulai memberontak dan tidak menyetor  pada Sunoto yang dari situ semakin lama  cengkeraman kekuasaan Sunoto semakin  terancam.

Ia beranggapan terkudeta oleh  preman-preman muda yang mengambil alih  semua rezim di terminal. 

Demi mempertahankan harga diri, Sunoto  coba merekrut orang-orang kepercayaan  untuk menjadi sebuah Genk, tapi hal itu  sia-sia, semua rekan memilih ikut di  belakang preman muda yang dijuluki “Bedil”. 

Semua telah tahu, selain lebih sakti,  Bedil juga memperlakukan anak buah  dengan baik. 

Demi harapan mengulangi masa kejayaan  menguasai segala bidang, Sunoto pun  berniat menghabisi Bedil. Dia  merencanakan pembunuhan itu seorang diri.

Malam semakin larut ketika Sunoto melihat  sosok Bedil bersama dua pengawalnya  keluar dari diskotek.  Tidak sia-sia dia menunggu selama  berjam-jam. Belati lipat sudah  dipersiapkan di balik jaket khasnya. Sunoto  pun melangkah menghampiri sasaran. 

Tanpa basa-basi, dihunjamkannya belati  itu pada jantung Bedil, namun Bedil mampu  mengelak dan belati itu mengguncang  perut bagian kiri. 

Darah segar mulai mengucur ketika belati  kembali dihunus. 

Belum sempat kembali menghunjamkan belati  untuk kedua kali, tendangan Bedil membuat  Sunoto jatuh tersungkur, disusul kemudian  pengeroyokan oleh 2 anak buah Bedil.

Perkelahian terjadi dan kulit Sunoto tidak  tergores sedikit pun meski samurai  yang dijadikan ikat pinggang itu  menyabet berkali-kali,  bahkan gear motor yang mengarah ke  setiap bagian wajahnya tidak mampu  melukai. Kedua preman muda itu menjadi  ciut nyali. dengan belati siap hunjam,  Sunoto bangkit hendak menerkam mereka, namun kawanan anak buah Bedil mulai  berdatangan dari dalam diskotek.

Merasa kalah jumlah, Sunoto pun berhambur dengan  cepat. Dia lipat kembali belati yang  masih berlumur darah.

Sunoto yang hafal  medan memilih berlari masuk ke salah  satu gang, lalu menghilang di antara barang bekas milik  pemulung yang berserakan di pinggir tembok.

****

Malam itu suasana kota menjadi tegang.

Anak buah Bedil berada di setiap sudut  jalan dengan bermacam senjata,  bahkan beberapa ada yang membawa pistol,  namun penyisiran tidak membuahkan hasil.  Sunoto bagikan hantu yang hilang tanpa  jejak. 

Sementara itu, Sunoto telah aman di satu  ruang rumah Ki Suro,  lelaki tua berusia mendekati 70 tahun  itu tinggal di pinggiran kota. Ki Suro juga  yang selama ini menggembleng dan  menurunkan beberapa ilmu pada Sunoto,  termasuk pula yang menyiapkan belati  untuk menghabisi Bedil. 

Belati itu sudah diberi ramuan dan  mantra khusus.  Sunoto tinggal memikirkan cara untuk  menaklukkan anak buah Bedil dan kembali  menguasai kejayaan. 

****

Setelah 3 hari lamanya.

Dalam  persembunyian, Sunoto memutuskan untuk  menghabisi Bedil di rumah sakit. Dia  berpikir dengan matinya sang pemimpin,  maka semua akan kembali takluk di bawah  genggamannya. 

Menjelang tengah malam itu pun ia  berangkat dengan keputusan bulat.

Sunoto  berjalan tenang melewati trotoar, tidak  nampak seperti yang diomongkan orang  suasana tenang, tidak ada satu pun anak  buah Bedil yang berjaga menyisir jalanan. 

Pada akhirnya sampailah Sunoto di rumah  sakit. Bergegas dia mencari informasi  tentang ruangan di mana Bedil dirawat. 

Setelah tahu dari petugas informasi,  Sunoto beranjak naik. Dengan segala  persiapan mental, dia akan mengulangi  lagi kejahatan yang sama dan siap juga  kembali mendekam di bui, yang terpenting  adalah namanya kembali ditakuti, namun baru beberapa langkah dia  dikejutkan dengan kedatangan TNI dan  beberapa rekannya, mereka semua adalah  anak buahnya yang telah tunduk pada  Bedil.

Dengan sigap Sunoto memasukkan  tangan ke dalam jaket, bersiap  menggunakan belati,  namun dugaannya keliru, para preman  terminal itu justru meminta maaf dan  memanggilnya dengan sebutan “Ketua”.

Masih dengan berdiri salah satu anak buah Sunoto terdahulu yang bernama Rony menjelaskan,  kalau mereka akan kembali mengangkat  Sunoto seperti atasan mereka seperti dulu. 

Rupanya kejadian yang mampu membuat  Bedil terluka, membuat mereka berdiskusi  dan siap menjadi anak buah Sunoto lagi 

Kejadian malam itu membuat mereka yakin  jika Sunoto masih di atas Bedil dalam  banyak hal.

****

Dua tahun berselang.

Kepemimpinan Sunoto  semakin melemah, hal itu berawal ketika  Ki Suro meninggal dunia karena sakit  malaria. Sejak saat itu kehebatan Sunoto semakin  berkurang. Kakinya yang dipasang susuk  juga mulai sering kesemutan dan kram,  perlahan-lahan kesaktian yang dimiliki  semakin pudar. 

Bedil yang selalu mengawasi dan mencari celah  untuk balas dendam pun memulai niatnya.  Dia sudah tahu jika Sunoto tidak lagi  sekuat dulu.  Dia juga sudah tahu titik kelemahan sang  Bromocorah tersebut. 

Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, di  tempat yang sama ketika dia ditusuk  perutnya dulu, di sanalah dia menunggu  Sunoto muncul.  Dan ketika sosok berbadan tegap itu  keluar dari diskotek, Bedil langsung  menyerangnya, namun rupanya masih tidak  mudah seperti yang ia bayangkan. Sunoto  masihlah kuat, beberapa kali hunjam  senjata tajam sama sekali tidak melukai  kulitnya, sementara semua anak buah Sunoto  hanya menonton saja tanpa memberikan  bantuan. Mungkin mereka sudah muak   dengan Sunoto yang selalu berlaku kasar  pada anak buahnya. 

Di saat Sunoto hendak membunuh dengan senjata dari  dalam jaket, sebuah hujaman bambu runcing  dari bahan bambu kuning menancap di  pahanya, tepat di mana susuk kedigdayaan di pasang.

Seketika darah segar menghambur, disusul  teriakan kesakitan dari mulut Sunoto.

“Akh!”

Setelah itu Bedil mengajarnya tanpa   ampun.

Sunoto  tersungkur bersimbah darah.

“Akh!” 

Bedil yang hendak menghabisinya langsung  dicegah oleh para saksi yang menonton  dan kali ini Bedil kembali menusuk paha Sunoto  dengan belati.  Ia memastikan jika Sunoto tidak akan mampu  membalas dendam di kemudian hari.

****

Zaman telah berubah.

Sang Bromocorah yang  jalan pincang hanya jadi olok-olokan. Tidak ada lagi yang merasa takut, orang  menganggapnya sampah berjalan, model  pakaian compang-camping yang dikenakan  membuatnya ke sana kemari tidak ada yang  menghiraukan. Aroma alkohol pun keluar dari botol  minuman oplosan dari saku jaketnya,  seolah-olah menjadi parfum favorit. 

Tidak ada bedanya siang dan malam, semua  dilalui dengan keputusasaan,  hingga dalam kesendiriannya ajal Sunoto  pun datang menjemput. Lelaki itu  ditemukan di sudut sebuah gedung bioskop memegang botol setengah telanjang. 

“Akan di kemanakan jasad Sunoto dikebumikan.”  Para warga menolak menerima jenazahnya. 

Untung ada 4 orang yang bersusah payah  merawat jenazah sang Bromocorah dan  salah satunya adalah sahabat, saudara  sebotol yang dulu sering nongkrong  bersama mengobrol-obral dosa. Dia yang  bertanggung jawab secara manusiawi  meskipun dengan cara-cara yang jauh dari  syariah Islam. 

Mereka masih mau merawat dan menguburkan  jasad  si Sunoto, meskipun setelahnya tetap bersantai  sambil menghisap cerutu sambil duduk  terpaku mencari angin berlalu. 

 


PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

2 comments

Start typing and press Enter to search