Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

TEKA TEKI KUBURAN DI ATAS BUKIT

KUBURAN SIAPA DI ATAS BUKIT?



Bergerak ke selatan sekitar 500m dari Kelurahan Bangorejo, terdapat sebuah bukit yang juga dikeramatkan warga sekitar.

Di atas bukit yang Luasnya sekitar 5 hektar ini terdapat tiga buah makam tanpa nama yang oleh masyarakat disebut makam Mbah Bengkong.

Dipayungi oleh dua pohon kemboja yang saling berpadu, makam ini terkesan amat menyeramkan padahal tidak ada pohon besar lain di sekitar.

Tentang kekeramatan makam Mbah Bengkong, ini sudah tidak diragukan lagi. Banyak orang yang sudah mengalami hal-hal mistik termasuk warga sekitar dan kisah menegangkan juga dialami oleh Sugito.

Sugito yang lebih dikenal dengan nama Gito, tersenyum puas sambil menghitung uangnya. Pria berusia 45 tahun dengan tiga anak, hari ini mendapat rezeki yang cukup banyak. Selama ini dia berprofesi sebagai tukang ojek di pangkalan desa.

Entah mengapa hari itu banyak pendatang yang berkunjung ke makam Mbah Bengkong. Di antara para penumpangnya, ada yang secara terbuka memberitahukan tujuannya untuk mencari wangsit, sebagian berterus terang sebagai tukang nombok nomor togel dan mencari kode demi menembus angka jitu. Memang hal yang paling populer di makam Mbah Bengkong adalah sebagai ajang mencari kekayaan.

Dulu ketika Sumbangan Dana Sosial Berhadiah atau yang dikenal SDSB dilegalkan pemerintah, makam tersebut ramai dikunjungi orang yang ingin mencari kode buntut. Dari kisah itu ramai diperbincangkan kalau banyak yang mendapatkan angka jitu hingga menjadi orang kaya mendadak.

Sejenak kemudian, Gito menaruh uangnya dalam dompet, lalu dimasukkan ke saku.

Hari yang menjelang senja membuat Gito berniat untuk pulang. Di pangkalan tersebut, tinggal dia seorang diri, semua rekannya sudah pulang semua.

Niatnya diurungkan ketika datang dua orang pemuda menghampiri. Mereka memperkenalkan diri sebagai Hendra dan Kurniawan yang berasal dari daerah Nglipar.

Kurniawan kemudian menjelaskan tujuan mereka untuk mendatangi makam Mbah Bengkong.

Meski hari sudah senja, namun tidak membuat Gito membuang rezeki yang datang, apalagi dia sudah menguasai medan yang membuatnya tidak khawatir. Makam Mbah Bengkong juga lokasinya tidak terlalu jauh dari rumahnya, di Dusun Kebon Dalem, sekitar 1 km saja.

Gito pun akan mengantar mereka dengan berboncengan tiga, namun karena memiliki tujuan khusus, maka Gito mengajak mereka menemui Mbah Sunoto terlebih dahulu. Mbah Sunoto adalah ketua kampung yang dikenal sebagai juru kunci makam.

****

Singkat cerita.

Dengan diantar Mbah Sunoto, Gito dan dua orang tamunya itu menyusuri jalan setapak, hingga akhirnya tiba di makam Mbah Bengkok.

Suasana senja membuat Gito masih bisa menyaksikan dengan jelas keadaan di sekitar makam. Tanpa membuang waktu, Mbah Sunoto mulai komat-kamit merapal mantra untuk membuka tabir alam gaib di sana. Sesajian dan asap yang mengepul memberikan aroma khas menyeruak, itulah ritual yang dilakukan untuk mengundang kedatangan para lelembut penghuni makam keramat tersebut.

Setelah selesai, Mbah Sunoto kemudian menyuruh keduanya untuk melakukan meditasi malam itu, Mbah Sunoto juga berpesan agar mereka jangan takut dan kabur jika kedatangan sosok makhluk halus. Mbah Sunoto akan memantau dari rumah dan dipastikan jika sosok itu tidak akan menyakiti. Selanjutnya disuruhnya agar Kurniawan dan Hendra untuk mengutarakan apa yang dipinta.

Setelah itu, Mbah Sunoto bersama Gito meninggalkan lokasi pemakaman.

****

Di rumah Gito. Pukul 03.00 dini hari.

Gito yang tidur pulas dikagetkan oleh ketukan keras di pintu rumahnya. Kontan saja dia berlari memburu pintu dan segera membuka.

Gito hampir saja terjatuh karena dua orang dari luar langsung menyerbu masuk ke dalam, ternyata mereka adalah Hendra dan Kurniawan.

“Ada apa ini?” tanya Gito tegang.

Keduanya tidak ada yang menjawab, mereka hanya melotot dengan mulut menganga seperti hendak bicara, tapi yang keluar dari mulut mereka hanya suara mengeluh yang tidak jelas. Tampak sekali raut wajah mereka sangat ketakutan, pakaian mereka juga berlepotan dengan tanah merah dan basah di sana sih ini. Melihat itu segera Gito mengambil air putih dan menyuruh mereka meminumnya.

Sejenak mereka merasa tenang.

Hendra kemudian menceritakan kejadian yang baru saja dialami.

****

Cerita Hendra.

Sepeninggal Mbah Sunoto dan Gito, mereka berdua khusuk bersemedi sambil meminta pada penghuni gaib makam.

Hendra berterus terang, jika mereka berniat mencari kekayaan. Hendra bertekad untuk melakukan pesugihan apa pun resikonya yang penting tidak menumbalkan nyawa sendiri ataupun keluarga.

Hendra sempat mengeluh karena tidak ada apa pun yang muncul ketika bersemedi, dan selang beberapa menit setelah mengeluh tiba-tiba angin bertiup kencang.

Mulanya Deni dan Kurniawan menganggap itu adalah angin biasa karena makam tersebut berada di atas bukit, tapi lama-lama mereka merasa jika ingin itu hanya berpusat di sekitaran mereka saja.

Belum sempat pikiran itu terjawab, terdengar suara tawa dari atas pohon kamboja, tepat di atas kepala mereka.

Serentak Hendra dan Kurniawan membuka mata lalu mendongakkan kepala. Samar namun pasti dua mereka melihat sosok perempuan dengan wajah sangat hancur. Tidak ada bola mata, dan hidungnya bolong memperlihatkan lubang yang hitam, pakaian putih kumal yang dikenakan tampak berlumuran darah segar.

Melihat penampakan sosok menyeramkan itu nyali mereka pun menciut.

Perlahan mereka duduk sambil merapatkan diri, tangan mereka yang tadinya berada di atas lutut, kini beralih ke depan dan saling berpegangan.

Sebenarnya Hendra sudah berusaha memberanikan diri, tapi kekuatan itu sudah tidak tersisa lagi, yang dirasakan hanya rasa takut dan tidak tertahankan.

Suara sosok tersebut terus membahana diiringi kemudian sesekali melompat dari satu bunga kemboja ke bunga yang lain.

Ketika melayang, sosok itu tampak tipis seperti sehelai kain saja.

Keberanian Hendra dan Kurniawan luntur seketika. Tekad yang sudah bulat pun sirna. Pada akhirnya, mereka memilih menyelamatkan diri dari sosok yang dianggap ancaman tersebut.

Mereka lari tunggang langgan menerobos ilalang dan perkebunan singkong tanpa berani menoleh ke belakang hingga akhirnya menemukan rumah Gito.

****

Mendengar cerita itu, Gito hanya terdiam saja. Dia sudah bisa menebak hal itu akan terjadi.

Yang Gito tahu selama ini, banyak orang yang berniat mencari pesugihan di makam Mbah Bengkong, namun akhirnya mereka membatalkan niat itu ketika makhluk halus di sana menampakan diri, padahal sesuai pesan Mbah Sunoto, makhluk halus itu bisa diperintah jika berani menghadapi mereka.

Akhirnya menjelang subuh, Gito mengajak keduanya menemui Mbah Sunoto yang ternyata sudah duduk di teras rumah dengan rokok di tangan.

Rupanya Mbah Sunoto memantau lewat ilmu kebatinan, sudah tahu dengan apa yang terjadi.

Mbah Sunoto menjelaskan kalau dia tidak bisa membantu karena sudah ada porsi tersendiri dan pada kenyataannya, Hendra dan Kurniawan tidak mampu menjalankan ritual.

Pagi itu juga Deni dan Kurniawan berpamitan pulang. Tidak ada lagi niat untuk bersekutu dengan makhluk penunggu makam Mbah Bengkong.

****

Sementara selepas mengantar mereka, Gito yang selama ini merasa penasaran kembali menemui Mbah Sunoto.

Dia menanyakan perihal pesugihan di makam Mbah Bengkong, apakah nyata atau hanya bualan saja? Mbah Sunoto  pun menceritakan tentang keramatnya makam tersebut.

****

Mbah Sunoto pun mulai bercerita. “Makam keramat itu memang dihuni banyak makhluk halus yang bisa diajak persekutuan oleh manusia, terutama dalam masalah pesugihan tersebut.”

“Sosok-sosok tersebut bisa mengambil harta berupa uang ataupun logam mulia, namun tetap ada imbal balik dari persekutuan tersebut sehingga tidak semua orang mampu melakoni,” sambungnya kemudian.

“Selain orang awam, perburuan tersebut juga dilakukan oleh para dukun termasuk paranormal. Mereka tahu bagaimana cara menangani permintaan sosok-sosok gaib penghuni makam,” lanjutnya lagi.

“Dari keberhasilan yang dilakukan oleh orang pintar, ada yang bersaksi, jika mereka merasa senang karena mampu menarik uang dan menjadikan hidupnya sangat berkecukupan.”

Mbah Sunoto menghisap dalam-dalam ujung kereteknya, kemudian kembali berucap. “Kesaksian yang pernah diceritakan adalah tentang rekening pelaku yang selalu terisi uang setelah melakukan ritual. Mungkin dia akan sadar jika suatu saat ada pertanggungjawaban yang dibebankan,” ungkap Mbah Sunoto dengan rokok kreteknya yang tinggal satu hisapan.

“Tentang sejarah makam Mbah Bengkong aku mengakui, tidak tahu secara pasti asal-usulnya. Dalam Bahasa Sunda, Bengkong adalah seorang tukang sunat di zaman dahulu, yakni di masa sebelum dunia medis merambah perkampungan.”

“Seorang Bengkong harus memahami struktur tubuh manusia selayak seorang dokter. Selain itu juga, harus paham dan menguasai ilmu tabib, karena harus bisa mengobati anak setelah disunat, dan yang terpenting, seorang Bengkong harus menguasai dunia spiritual, namun apakah ketika makam di bukit itu ada jasad seorang Bengkong atau tidak?” Mbah Sunoto menggeleng.

“Tidak seorang pun yang berani meyakinkan,” imbuhnhya.

****

Kisah dari Hendra dan Kurniawan membuat Gito merasa bersyukur karena dia terhindar dari pikiran tentang pesugihan, meski beberapa kali mengantar penumpangnya, namun dia tidak terpengaruh dengan alasan apapun.

Gito sudah merasa cukup atas apa yang Tuhan titipkan dan itu pula yang diajarkan pada anaknya. Tentu bekal ilmu agama yang baik akan menjauhkan dari rayuan setan.

 


PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search