TEKA TEKI KUBURAN DI ATAS BUKIT
KUBURAN SIAPA DI ATAS BUKIT?
Bergerak ke selatan sekitar 500m dari Kelurahan Bangorejo,
terdapat sebuah bukit yang juga dikeramatkan warga sekitar.
Di atas bukit yang Luasnya sekitar 5 hektar ini terdapat tiga
buah makam tanpa nama yang oleh masyarakat disebut makam Mbah Bengkong.
Dipayungi oleh dua pohon kemboja yang saling berpadu, makam
ini terkesan amat menyeramkan padahal tidak ada pohon besar lain di sekitar.
Tentang kekeramatan makam Mbah Bengkong, ini sudah tidak
diragukan lagi. Banyak orang yang sudah mengalami hal-hal mistik termasuk warga
sekitar dan kisah menegangkan juga dialami oleh Sugito.
Sugito yang lebih dikenal dengan nama Gito, tersenyum puas
sambil menghitung uangnya. Pria berusia 45 tahun dengan tiga anak, hari ini
mendapat rezeki yang cukup banyak. Selama ini dia berprofesi sebagai tukang
ojek di pangkalan desa.
Entah mengapa hari itu banyak pendatang yang berkunjung ke
makam Mbah Bengkong. Di antara para penumpangnya, ada yang secara terbuka
memberitahukan tujuannya untuk mencari wangsit, sebagian berterus terang
sebagai tukang nombok nomor togel dan mencari kode demi menembus angka jitu. Memang
hal yang paling populer di makam Mbah Bengkong adalah sebagai ajang mencari
kekayaan.
Dulu ketika Sumbangan Dana Sosial Berhadiah atau yang dikenal
SDSB dilegalkan pemerintah, makam tersebut ramai dikunjungi orang yang ingin
mencari kode buntut. Dari kisah itu ramai diperbincangkan kalau banyak yang
mendapatkan angka jitu hingga menjadi orang kaya mendadak.
Sejenak kemudian, Gito menaruh uangnya dalam dompet, lalu
dimasukkan ke saku.
Hari yang menjelang senja membuat Gito berniat untuk pulang.
Di pangkalan tersebut, tinggal dia seorang diri, semua rekannya sudah pulang
semua.
Niatnya diurungkan ketika datang dua orang pemuda menghampiri.
Mereka memperkenalkan diri sebagai Hendra dan Kurniawan yang berasal dari
daerah Nglipar.
Kurniawan kemudian menjelaskan tujuan mereka untuk mendatangi
makam Mbah Bengkong.
Meski hari sudah senja, namun tidak membuat Gito membuang
rezeki yang datang, apalagi dia sudah menguasai medan yang membuatnya tidak
khawatir. Makam Mbah Bengkong juga lokasinya tidak terlalu jauh dari rumahnya,
di Dusun Kebon Dalem, sekitar 1 km saja.
Gito pun akan mengantar mereka dengan berboncengan tiga,
namun karena memiliki tujuan khusus, maka Gito mengajak mereka menemui Mbah
Sunoto terlebih dahulu. Mbah Sunoto adalah ketua kampung yang dikenal sebagai
juru kunci makam.
****
Singkat cerita.
Dengan diantar Mbah Sunoto, Gito dan dua orang tamunya itu
menyusuri jalan setapak, hingga akhirnya tiba di makam Mbah Bengkok.
Suasana senja membuat Gito masih bisa menyaksikan dengan
jelas keadaan di sekitar makam. Tanpa membuang waktu, Mbah Sunoto mulai komat-kamit
merapal mantra untuk membuka tabir alam gaib di sana. Sesajian dan asap yang
mengepul memberikan aroma khas menyeruak, itulah ritual yang dilakukan untuk
mengundang kedatangan para lelembut penghuni makam keramat tersebut.
Setelah selesai, Mbah Sunoto kemudian menyuruh keduanya untuk
melakukan meditasi malam itu, Mbah Sunoto juga berpesan agar mereka jangan
takut dan kabur jika kedatangan sosok makhluk halus. Mbah Sunoto akan memantau
dari rumah dan dipastikan jika sosok itu tidak akan menyakiti. Selanjutnya
disuruhnya agar Kurniawan dan Hendra untuk mengutarakan apa yang dipinta.
Setelah itu, Mbah Sunoto bersama Gito meninggalkan lokasi
pemakaman.
****
Di rumah Gito. Pukul 03.00
dini hari.
Gito yang tidur pulas dikagetkan oleh ketukan keras di pintu
rumahnya. Kontan saja dia berlari memburu pintu dan segera membuka.
Gito hampir saja terjatuh karena dua orang dari luar langsung
menyerbu masuk ke dalam, ternyata mereka adalah Hendra dan Kurniawan.
“Ada apa ini?” tanya Gito tegang.
Keduanya tidak ada yang menjawab, mereka hanya melotot dengan
mulut menganga seperti hendak bicara, tapi yang keluar dari mulut mereka hanya
suara mengeluh yang tidak jelas. Tampak sekali raut wajah mereka sangat
ketakutan, pakaian mereka juga berlepotan dengan tanah merah dan basah di sana
sih ini. Melihat itu segera Gito mengambil air putih dan menyuruh mereka
meminumnya.
Sejenak mereka merasa tenang.
Hendra kemudian menceritakan kejadian yang baru saja dialami.
****
Cerita Hendra.
Sepeninggal Mbah Sunoto dan Gito, mereka berdua khusuk
bersemedi sambil meminta pada penghuni gaib makam.
Hendra berterus terang, jika mereka berniat mencari kekayaan.
Hendra bertekad untuk melakukan pesugihan apa pun resikonya yang penting tidak
menumbalkan nyawa sendiri ataupun keluarga.
Hendra sempat mengeluh karena tidak ada apa pun yang muncul
ketika bersemedi, dan selang beberapa menit setelah mengeluh tiba-tiba angin
bertiup kencang.
Mulanya Deni dan Kurniawan menganggap itu adalah angin biasa
karena makam tersebut berada di atas bukit, tapi lama-lama mereka merasa jika
ingin itu hanya berpusat di sekitaran mereka saja.
Belum sempat pikiran itu terjawab, terdengar suara tawa dari
atas pohon kamboja, tepat di atas kepala mereka.
Serentak Hendra dan Kurniawan membuka mata lalu mendongakkan
kepala. Samar namun pasti dua mereka melihat sosok perempuan dengan wajah
sangat hancur. Tidak ada bola mata, dan hidungnya bolong memperlihatkan lubang
yang hitam, pakaian putih kumal yang dikenakan tampak berlumuran darah segar.
Melihat penampakan sosok menyeramkan itu nyali mereka pun
menciut.
Perlahan mereka duduk sambil merapatkan diri, tangan mereka
yang tadinya berada di atas lutut, kini beralih ke depan dan saling berpegangan.
Sebenarnya Hendra sudah berusaha memberanikan diri, tapi
kekuatan itu sudah tidak tersisa lagi, yang dirasakan hanya rasa takut dan
tidak tertahankan.
Suara sosok tersebut terus membahana diiringi kemudian
sesekali melompat dari satu bunga kemboja ke bunga yang lain.
Ketika melayang, sosok itu tampak tipis seperti sehelai kain
saja.
Keberanian Hendra dan Kurniawan luntur seketika. Tekad yang
sudah bulat pun sirna. Pada akhirnya, mereka memilih menyelamatkan diri dari
sosok yang dianggap ancaman tersebut.
Mereka lari tunggang langgan menerobos ilalang dan perkebunan
singkong tanpa berani menoleh ke belakang hingga akhirnya menemukan rumah Gito.
****
Mendengar cerita itu, Gito hanya terdiam saja. Dia sudah bisa
menebak hal itu akan terjadi.
Yang Gito tahu selama ini, banyak orang yang berniat mencari
pesugihan di makam Mbah Bengkong, namun akhirnya mereka membatalkan niat itu
ketika makhluk halus di sana menampakan diri, padahal sesuai pesan Mbah Sunoto,
makhluk halus itu bisa diperintah jika berani menghadapi mereka.
Akhirnya menjelang subuh, Gito mengajak keduanya menemui Mbah
Sunoto yang ternyata sudah duduk di teras rumah dengan rokok di tangan.
Rupanya Mbah Sunoto memantau lewat ilmu kebatinan, sudah tahu
dengan apa yang terjadi.
Mbah Sunoto menjelaskan kalau dia tidak bisa membantu karena
sudah ada porsi tersendiri dan pada kenyataannya, Hendra dan Kurniawan tidak
mampu menjalankan ritual.
Pagi itu juga Deni dan Kurniawan berpamitan pulang. Tidak ada
lagi niat untuk bersekutu dengan makhluk penunggu makam Mbah Bengkong.
****
Sementara selepas mengantar mereka, Gito yang selama ini
merasa penasaran kembali menemui Mbah Sunoto.
Dia menanyakan perihal pesugihan di makam Mbah Bengkong, apakah
nyata atau hanya bualan saja? Mbah Sunoto pun menceritakan tentang keramatnya makam
tersebut.
****
Mbah Sunoto pun mulai bercerita. “Makam keramat itu memang
dihuni banyak makhluk halus yang bisa diajak persekutuan oleh manusia, terutama
dalam masalah pesugihan tersebut.”
“Sosok-sosok tersebut bisa mengambil harta berupa uang
ataupun logam mulia, namun tetap ada imbal balik dari persekutuan tersebut
sehingga tidak semua orang mampu melakoni,” sambungnya kemudian.
“Selain orang awam, perburuan tersebut juga dilakukan oleh para
dukun termasuk paranormal. Mereka tahu bagaimana cara menangani permintaan sosok-sosok
gaib penghuni makam,” lanjutnya lagi.
“Dari keberhasilan yang dilakukan oleh orang pintar, ada yang
bersaksi, jika mereka merasa senang karena mampu menarik uang dan menjadikan
hidupnya sangat berkecukupan.”
Mbah Sunoto menghisap dalam-dalam ujung kereteknya, kemudian
kembali berucap. “Kesaksian yang pernah diceritakan adalah tentang rekening
pelaku yang selalu terisi uang setelah melakukan ritual. Mungkin dia akan sadar
jika suatu saat ada pertanggungjawaban yang dibebankan,” ungkap Mbah Sunoto
dengan rokok kreteknya yang tinggal satu hisapan.
“Tentang sejarah makam Mbah Bengkong aku mengakui, tidak tahu
secara pasti asal-usulnya. Dalam Bahasa Sunda, Bengkong adalah seorang tukang
sunat di zaman dahulu, yakni di masa sebelum dunia medis merambah perkampungan.”
“Seorang Bengkong harus memahami struktur tubuh manusia
selayak seorang dokter. Selain itu juga, harus paham dan menguasai ilmu tabib,
karena harus bisa mengobati anak setelah disunat, dan yang terpenting, seorang
Bengkong harus menguasai dunia spiritual, namun apakah ketika makam di bukit
itu ada jasad seorang Bengkong atau tidak?” Mbah Sunoto menggeleng.
“Tidak seorang pun yang berani meyakinkan,” imbuhnhya.
****
Kisah dari Hendra dan Kurniawan membuat Gito merasa bersyukur
karena dia terhindar dari pikiran tentang pesugihan, meski beberapa kali
mengantar penumpangnya, namun dia tidak terpengaruh dengan alasan apapun.
Gito sudah merasa cukup atas apa yang Tuhan titipkan dan itu
pula yang diajarkan pada anaknya. Tentu bekal ilmu agama yang baik akan
menjauhkan dari rayuan setan.
No comments:
Post a Comment