Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

MBOKDE WARSINAH - APLIKASI KENCAN

Mbokde Warsinah - usia 50 tahun, ketahuan menggunakan foto profil anaknya yang ia gunakan untuk aplikasi kencan.


Kisah ini bermula saat sang suami yang acap dipanggil Pakde Noto membelikan istrinya sebuah HP Android keluaran terbaru dari hasil Adsense pada sebuah Blog miliknya.

“Mak, iki tak tukokno HP anyar. Buwak ae HP Ceng-Ceng Po iku. Wes gak usum.” (Mak, ini aku belikan HP baru. Buang saja HP Ceng-Ceng PO itu. Sudah ketinggalan zaman,” ujar Pakde Noto kala itu).

La yo tentu gembira to Mbokde Warsinah ini, sampai-sampai HP lamanya ia lempar, dibuang ke lubang sampah yang ada di belakang rumah.

Wuing!

Prak!


****

Siapa yang tak kenal Mbokde Warsinah, ha?

Saat masih muda dulu ia merupakan primadona. Bahkan menduduki peringkat kedua dalam sebuah Beauty Pageant tingkat RT pada Agustusan. Anjay! Kalah dua point saja dengan Sri yang sekarang menyandang status janda.


Meski sudah kepala lima, Mbokde Warsinah selalu menjaga bentuk tubuhnya loh.

Saat pergi keluar rumah misalnya, meskipun dekat, Mbokde Warsinah akan memakai full make-up.

Pokoknya Mbokde Warsinah paling populer! Bahkan di lingkungan tempat tinggalnya ia dijuluki ‘Mbokde Selebriti’.

Meski begitu, ada satu kekurangannya. Mbokde Warsinah paling tidak bisa melihat perempuan cantik, jiwa irinya meronta-ronta. Ya, Mbokde Warsinah gampang sekali iri kalau melihat perempuan lain dipuji cantik.

Sama halnya saat ia melihat bintang sinetron Amanda Manopo yang ada di layar kaca, Mbokde Warsinah akan dengan mudah menuduh kalau artis yang membintangi Ikatan Cinta itu melakukan operasi plastik. Weladalah!

Dengan bergegas ia akan menghampiri Pakde Noto yang asyik memandang layar HP di teras rumah.

“Pak, Pak!”

Kontan Pakde Noto menoleh dan menyembunyikan HP karena tak mau ketahuan sedang ... ah, rahasia pokoknya.

“Pak! Rene sek,” (Pak, ke sini dulu), ucap Mbokde Warsinah dengan wajah serius.

“Lapo to jane. Ngganggu wong jek menikmati lintang-lintang ae!” (Memangnya kenapa. Mengganggu orang yangmasih menikmati bintang!), jawab Pakde Noto beralasan.

“Ayo to reneo! Gek ndang!” (Ayo ke sini. Cepat!).

“Enek opo to, Mak!” (Ada apa toh, Mak!).

“Wes, ayo to!” (Sudah, ayo!), balas Mbokde Warsinah lantas menarik tangan Pakde Noto ke ruang tengah di mana sebuah TV cembung masih menyiarkan sebuah sinetron akan rumitnya cinta segi tiga.

“Lihat to lihat.”

“Opone, he?” (Apanya, he?), tanya Pakde Noto heran sebab TV cembung itu jelas-jelas masih menyala dan tak ada yang rusak.

“Ndi seng lebih ayu. Aku opo Amanda Manopo iku?” (Mana yang lebih cantik. Aku atau Amanda Manopo itu?). Mbokde Warsinah lantas menunjuk pemeran sinetron itu.

“Wes genah-genah ayu Amanda Manopo. Kok jek takon ae!” (Sudah jelas cantik Amanda Manopo. Kok masih tanya saja!).

“Opo! Ayu aku opo Amanda Manopo iku, he?” (Apa! Cantik aku apa Amanda Manopo itu, he?). Mbokde Warsinah mulai berkacak pinggang.

“Eh, yo jelas ayu awakmu to, Mak. Ayune Amanda Manopo gak onok seujung kukumu.” (Eh, ya jelas cantik kamu toh, Mak. Cantiknya Amanda Manopo tidak ada seujung kukumu).

Kontan Mbokde Warsinah tersenyum semringah.

Buru-buru Pakde Noto bergegas menggulung sarung, berlalu dari ruang tengah karena ia harus melanjutkan (tiittttt- sensor) yang sudah setengah jalan sambil merutuk. “Ayu opone. Koyok tetek melek ngono kok ayu!” (Cantik apanya. Seperti topeng monyet begitu kok cantik!).

 

****

 

Begitulah adanya. Mbokde Warsinah selalu merasa dirinya adalah pusat dunia, perempuan paling cantik, hingga ia tak punya teman. Bahkan, ia menganggap bahwa anak perempuannya yang bernama Sekar adalah saingan sejak pulang dari rumah Mbah Suro, dukun yang suka melepas kolor saat ada pasien perempuan dengan alasan ritual.

Mbokde Warsinah yang menyarankan agar Sekar memasangkan susuk awet ayu, tetapi kini ia dianggap saingan.

Efek magis dari susuk yang tertanam di wajah Sekar membuat orang-orang sering memujinya. Jelas Mbokde Warsinah tak suka ini. Itulah kenapa Sekar ia anggap adalah saingan.

 

****

 

Cerita persaingan antara emak dan anak ini juga pernah tersaji di Warung Makan Mbokde Gati, janda sugih yang keapesan saat mengejar cinta (Baca cerpen MBOKDE GATI).

Saat itu mereka sedang makan di warung tersebut. Mbokde Gati selaku pemilik warung datang mengantar dua gelas teh manis sesuai pesanan dan memuji Sekar dengan berkata, “Waduh, ibunya cantik, tetapi anaknya lebih cantik lagi, nggeh.”

Begitu mendengar ucapan Mbokde Gati raut wajah Mbokde Warsinah mengeras, kehilangan selera makannya, bahkan pergi begitu saja meski hanya baru makan tiga suap.

“Loh, Mbak Yu! Kok langsung pergi toh Sampean!” teriak Mbokde Gati.

Sejak kejadian itu, kapan pun orang-orang yang ada di sekitar memuji Sekar, Mbokde Warsinah akan berkata, “Rupane iku operasi. Raupane Sekar iku wes dirombak! (Itu wajah hasil operasi. Wajah Sekar itu sudah dirombak habis-habisan!).

 

****

 

Rasa iri yang melekat kian berkarat di hati Mbokde Warsinah yang merasa cantik dunia akhirat.

Kejadian itu pun terulang lagi saat ia mengantarkan Sekar membeli baju di Pasar Pedotan, Bangorejo.

Setelah diberi uang oleh Pakde Noto tadi pagi, Sekar mengajak emaknya ke pasar. “Mak, rencangi kulo teng peken, nggeh. Bade tumbas klambi.” (Mak, temani saya ke pasar, ya. Mau beli baju).

Berangkatlah keduanya dengan mengendarai motor menuju Butik Longgar Ngisis di salah satu los Pasar Pedotan.

Bruummmm ....

****

Singkat cerita, Sekar memilih-milih baju, Mbokde Warsinah menyeletuk, “Sikilmu pendek. Klambi iku gak cocok nggo kowe, Nduk.” (Kakimu pendek. Baju itu tidak cocok untukmu, Nduk).

“Lah pripun to Mak ‘e ki. Niki sae loh, Mak.” (La bagaimana toh Mamak ini. Ini bagus loh, Mak).

“Gak usah ngeyel koyok bapakanmu seng kandel brengose kae. Iku gak cocok! Klambi iku cocoke nggo mamak!” (Tidak usah mengeyel seperti bapakmu yang tebal kumisnya itu. Itu tidak cocok! Baju itu cocoknya buat mamak!).

Sekar mengelus dada. Ia menyerahkan baju yang sudah lama ia incar ke penjual. “Tolong bungkus yang ini nggeh, Mbak.”

Di dalam hati, Sekar tak mau lagi berdebat dengan ibunya, ia relakan baju itu untuk Mbokde Warsinah.

 

****

 

Begitu sampai di rumah.

Sekar langsung masuk ke kamar, membanting pintu.

Brak!

Menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Tangisnya pecah, ia sembunyikan di balik bantal.

“Hu hu hu.”

Hal ini juga rupanya membuat Pakde Noto yang sedang asyik menatap layar HP terheran-heran. Buru-buru ia mengetuk pintu kamar Sekar.

Tok! Tok! Tok.

“Nduk!”

Beruntung pintu tak terkunci.

“Lapo neh, he?” (Kenapa lagi, he?).

Sekar tak menjawab.

“Jare kate tuku klambi. La endi klambine?” (Katanya mau beli baju. La mana bajunya?).

Sekar masih tengkurap dengan terus menyembunyikan wajahnya.

“Onok opo to iki, ha!” (Ada apa ini, ha!).

Pakde Noto lantas menuju kamarnya di mana ia tadi sempat melihat sang istri tersenyum girang sambil membawa bungkusan plastik.

Di depan pintu Pakde Noto melihat Mbokde Warsinah sedang mencoba baju baru yang Sekar beli.

“Ngelindur opo ngimpi awakmu ki, Mak. Klambi iku cocoke nggo Sekar. Lapo nganggo klambi ngonoan, ha! Daster awakmu cocoke ki.” (Melindur apa mimpi kamu ini, Mak. Baju itu cocoknya buat Sekar. Kenapa pakai baju seperti itu, ha! Pakai daster kamu itu cocoknya).

“Ora usah nyinyir koyok lambene netizen. Pantes gak, Pak,” (Tidak usah nyinyir seperti bibirnya netizen. Cocok tidak, Pak), ucapnya sambil bergaya di depan cermin lemari pakaian.

Pakde Noto geleng-geleng. “Sak karepmu aelah, Mak!” (Terserah kamu, Mak!).  Kemudian berlalu dari ambang pintu.

 

****

 

Malam harinya.

Seperti biasa, Mbokde Warsinah duduk di depan TV, menikmati drama Bollywood, sementara Pakde Noto memilih menyendiri di teras sambil terus ketak-ketik layar HP.

Ting! (Notifikasi dari HP Mbokde Warsinah).

Mbokde Warsinah segera meraih HP lalu terlibat chat di aplikasi kencan.

“Lagi apa, Cinta?” Pesan pengirim.

“Mikirin kamu to, Yang,” balas Mbokde Warsinah.

“Sudah makan malam?”

Mbokde Warsinah mengetik, “Belum, Yang.”

“Makanlah. Nanti sakit loh.”

“Tidak nafsu makan, Yang.” Balasan dari Mbokde Warsinah.

Mbokde Warsinah menambahkan, “Lagi nafsu pingin main cakar-cakaran, Yang. 😁”

Astaga naga, Mbokde! Pantas saja Mbokde Warsinah tidak mengunduh aplikasi Tik Tok, lebih memilih download aplikasi kencan buta rupanya.

Mbokde Warsinah lantas masuk ke kamar sebab ia tak mau ketahuan oleh Pakde Noto kalau diam-diam menggunakan aplikasi kencan.

Sekar yang masih kesal diam-diam terus mengintai karena penasaran, terlebih terdengar tawa kecil ibunya.

Akan tetapi, tak lama kemudian Mbokde Warsinah terlihat keluar kamar dan menuju kamar mandi.

Secepat kilat Sekar masuk ke kamar ibunya lalu meraih HP yang masih menampilkan layar aplikasi kencan.

Jantung Sekar bak digedor gada saat melihat isi chat HP ibunya, terlebih pengirim dengan akun @Kang Jung Kok mengirim gambar ‘begituan’.

Sekar sangat tak menduga kalau ibunya ternyata lagi asyik chating dengan pria lain lewat aplikasi kencan.

Tertarik lebih jauh, Sekar bermaksud mencari tahu percakapan sebelumnya, tetapi sekonyong-konyong ibunya datang. Secepat kilat HP pun berpindah tangan.

Sett!

“Ora usah lancang! Duwe HP dewe to!” (Tidak usah lancang! Punya HP sendiri ‘kan!).

“Mak, gambar nopo niku, he!” (Mak, gambar apa itu, he!).

“Duk urusanmu. Wes kono. Ngopo neng kene!” (Bukan urusanmu. Sudah sana. Kenapa di sini!), bentak Mbokde Warsinah.

“Mamak chatingan kaleh tiyang jaler?” (Mamak cating dengan lelaki lain?).

“Eh, anu ... anu ...anune, eh kok anune.” Mbokde Warsinah gugup sebab sudah ketahuan.

“Mamak ora sengojo kok, Nduk. Iku mau goro-goro iklan kenek klik. Ki ngko yo tak apus,” (Mamak tidak sengaja kok, Nduk. Itu tadi gara-gara iklan yang kena klik. Ini nanti juga bakal dihapus), ucapnya lantas mendorong Sekar untuk segera keluar kamar.

“Nanging, Mak ....” (Tetapi, Mak ....).

Mbokde Warsinah lantas menutup pintu.

Brak!

 

****

 

Bukannya menghapus aplikasi tersebut, Mbokde Warsinah malah mendownload aplikasi kencan lainnya. Bukan satu, tetapi 3 aplikasi serupa sekaligus. Wedan!

Lebih gilanya lagi, dari 3 akun, Mbokde Warsinah menggunakan foto Sekar pada foto profil di salah satu akunnya.

Karena pernah tahu kalau ibunya menggunakan aplikasi kencan, Sekar diam-diam terus berusaha menyelidiki isi HP saat ibunya lengah.

Benar saja, kesempatan itu ada saat ibunya sedang memasak.

Sekar segera memeriksa 3 aplikasi kencan di HP ibunya.

Dibuat kaget lagi ... Sekar ternyata tahu kalau foto dirinya dibuat foto profil oleh ibunya.

Buru-buru Sekar menyusul ibunya di dapur. Ia pun berusaha mengajak ibunya bicara, “Mak, niki nopo, he? Tenopo toh Mamak kok kados ngeten?” (Mak, ini apa, he? Kenapa Mamak kok seperti ini?). Sekar mengusap matanya yang berlinang oleh kelakuan ibunya.

Alih-alih menjelaskan, Mbokde Warsinah malah berkata, “Kowe ki ngopo to! Iki privasi!” (Kamu ini kenapa! Ini privasi!). Sambil merebut HP yang ada di tangan Sekar.

“Sekar nyuwun tolong jelasaken niki, Mak. Jelasaken! Hu hu hu.” (Sekar minta tolong jelaskan ini, Mak. Jelaskan! Hu hu hu). Tak mampu Sekar menahan rasa kecewanya.

Namun, tak lama Mbokde Warsinah tiba-tiba menangis. “Mamak ngeneki mergo kesepian, Nduk.” (Mamak begini karena kesepian, Nduk).

Mbokde Warsinah pun berkata dengan terbata-bata, “Pas jek nom mbiyen, kabeh wong lanang ngomong nek mamakmu iki ayu. Saiki ... ora usah wong liyo, bapakmu dewe wes ora open karo mamak, Nduk. Ora open. Hu hu hu.” (Dulu sewaktu muda, semua lelaki bilang kalau mamakmu ini cantik. Sekarang ... jangankan orang lain, bapakmu sendiri sudah tidak peduli dengan mamak, Nduk. Tidak peduli. Hu hu hu).

“Neng aplikasi kencan, wong-wong lanang ngelem nek mamakmu iki ayu, aplikasi iki seng iso ngibur atine mamakmu, Nduk. Hu hu hu.” (Di aplikasi kencan, para lelaki memuji kalau mamakmu ini cantik, aplikasi ini yang bisa menghibur hatinya mamakmu, Nduk. Hu hu hu).

“Kowe kerjo, bapakmu balek kerjo sibuk ngonten nulis, dolanan HP, meneh-meneh krungu kabar nek bapakmu kepincut rondo. Atine mamak nelongso, Nduk. Nelongso. Hu hu hu.” (Kamu kerja, bapakmu pulang kerja sibuk menulis, mainan HP, apalagi terdengar kabar kalau bapakmu kepincut janda. Hatinya mamak sedih, Nduk. Sedih. Hu hu hu).

“Mamakmu wes ora enek seng nggubris. Hu hu hu.” (Sudah tidak ada yang peduli dengan mamakmu. Hu hu hu).

Sekar segera memeluk ibunya. Perasaan hatinya campur aduk. Sungguh ia kini tahu kenapa ibunya begitu, karena kesepian.

“Sekar nyuwun sepuro, Mak. Sekar mboten peratian maleh kaleh Mamak. Hu hu hu.” (Sekar minta maaf, Mak. Sekar tidak lagi perhatian dengan Mamak. Hu hu hu).

 

****

Malam harinya.

Setelah tahu dari Sekar kalau istrinya butuh perhatian, Pakde Noto lantas menghampiri Mbokde Warsinah yang mengurung diri di kamar.

“La kok ndingaren ora nonton sinetron to, Mak?” (Kok tumben tidak menonton sinetron toh, Mak?).

Mbokde Warsinah langsung memberi punggung Pakde Noto.

“Mak, aku njalok sepuro, yo. Bakal tak busak akun @Kang Jung Kok.” (Mak, aku minta maaf, ya. Pasti aku hapus akun @Kang Jung Kok).

Kontan Mbokde Warsinah berbalik. “@Kang Jung Kok?”

“Iyo, Mak. Aku jujur wes nganggo aplikasi kencan, tapi wes tak busak kok, Mak.” (Iya, Mak. Aku jujur sudah memakai aplikasi kencan, tetapi sudah aku hapus kok, Mak).

“Dadi, akun @Kang Jung Kok iku Njenengan, Pak!” (Jadi, akun @Kang Jung Kok itu Anda, Pak!).

“Iyo, Mak,” (Iya, Mak), jawab Pakde Noto.

Meradang Mbokde Warsinah setelah ia tahu kalau selama ini ia telah kencan lewat aplikasi dengan suaminya sendiri yang memasang foto pria Korea umur 27  dan menggunakan akun @Kang Jung Kok.

“Dadi, seng mbok kirimne iku poto manuke Njenengan, ha!” (Jadi, yang dikirimkan itu foto burungnya Anda, ha!).

Mbokde Warsinah lantas mengambil bantal lalu memukul Pakde Noto.

Buk!

Buk!

Buk!

“Pantesan aku apal bentuke!” (Pantas saja aku hapal bentuknya!).

Buk!

Buk!

Buk!

“Mosok nek wong Korea kok ireng. Hu hu hu.” (Masak punya orang Korea kok hitam. Hu hu hu). Lalu menangis karena kecewa.

Pakde Noto lantas memeluk istrinya sambil menahan tawa. END

 




 

 

 

 

 

 

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search