GEMBLAK
GEMBLAK KLANGENAN
Warok Bledek Ampar lantas menggebrak meja.
Brakk!
“Kurang ajar! Kamu berani menolak pinanganku, ha!”
Suratmangun hanya tertunduk di bangku kayu saat Warok Bledek Ampar mencengkeram kerah surjan yang ia kenakan, sementara Kusno Aji terus mengusap kedua matanya karena menangis takut.
“Aku akan datang lagi ke sini dan membuat perhitungan denganmu bila kamu menerima warok lain untuk menggemblak anakmu!”
“Kulo, Ndoro. Saestu kulo mboten wantung kados niku. (Saya, Ndoro. Sungguh saya tak berani). melakukannya).
“Awas kamu!” balas Warok Bledek Ampar lantas mengajak empat anak buahnya pergi meninggalkan rumah Suratmangun. “Ayo!”
Kusno Aji lantas memeluk bapaknya. Ia tak tahu apa yang mereka bicarakan, yang ia tahu kalau Warok Bledek Ampar telah berbuat kasar terhadap bapaknya.
Baca full ceritanya di Trakteer.
No comments:
Post a Comment