Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

PERANG SAMPIT

 PERANG SAMPIT



Sebuah tragedi memilukan yang pernah terjadi di Indonesia, tepatnya di pulau Kalimantan pada tahun 2001. Tragedi ini dikenal dengan sebutan Perang Sampit.

Trakteer Pakde segelas kopi, ya. Biar terus semangat menulis ceritaTrakter segelas kopi buat dukung pakde agar terus menulis

****

Perang Sampit atau konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia yang berawal pada Februari 2001 dan berlangsung sepanjang tahun itu.

Konflik ini dimulai di kota Sampit di Kalimantan Tengah dan akhirnya meluas hingga ke seluruh provinsi termasuk Ibukota Palangkaraya.

Konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dengan warga imigran Madura dari pulau Madura.

Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001. Yang melatarbelakangi, karena adanya tidak ada kecocokan antara kedua etnis yang menyebabkan banyak terjadinya perselisihan.

Trakteer Pakde segelas kopi, ya. Biar terus semangat menulis ceritaTrakter segelas kopi buat dukung pakde agar terus menulis

Suku Dayak sebagai penduduk yang meneruskan adat dari Kalimantan kerap tersisihkan oleh sepak terjang orang Madura sebagai pendatang yang sering kali dikatakan tidak menyesuaikan diri dengan bumi tempatnya berpijak.

Suku Dayak berulang kali harus berpindah tempat karena desakan para penebang kayu yang masuk semakin dalam ke hutan, belum lagi adanya larangan untuk menambang di tanah asli mereka, juga berbagai sektor perekonomian dan kehidupan yang dikuasai oleh orang Madura, juga lemahnya penegakan hukum terhadap orang Madura yang melakukan kejahatan terhadap orang Dayak sehingga terkesan penegakan hukum berat sebelah.

Perselisihan ini semakin memanas karena terbunuhnya seorang warga etnis Dayak yang dibunuh oleh beberapa warga Madura.

Sebenarnya kasus ini pun sudah ditangani oleh pihak kepolisian. Namun, karena dinilai terlalu lamban, pihak keluarga korban merasa tidak puas dan melancarkan serangan ke rumah seorang warga yang diduga sebagai pelaku hingga menyebabkan empat penghuni rumah tewas pada 18 Februari 2001.

Serangan itu pun menuai aksi balas dendam dari sekelompok warga Madura. Mereka kembali mendatangi rumah seorang warga Dayak yang diduga menyembunyikan salah satu pelaku penyerangan.

Namun, saat itu pelaku sudah berhasil diamankan oleh polisi, tetapi warga Madura yang tak puas langsung membakar rumah juga menyerang rumah kerabatnya.

Peristiwa inilah yang kemudian menyulut konflik yang lebih luas antara etnis Dayak dan Madura di Kota Sampit.

Selama dua hari sejak penyerangan rumah, orang Madura berhasil mendominasi bahkan berani melakukan sweeping terhadap pemukiman-pemukiman warga Dayak kemudian berita ini menyebar dengan cepat di telinga orang Dayak di seluruh Kalimantan hingga membuat situasi berbalik.

Trakteer Pakde segelas kopi, ya. Biar terus semangat menulis ceritaTrakter segelas kopi buat dukung pakde agar terus menulis

Pada tanggal 20 Februari ketika sejumlah besar orang Dayak dari luar kota berdatangan ke Kota Sampit hingga akhirnya konflik secara terbuka pun tak dapat dielakkan.

Berbagai senjata tradisional seperti mandau, tombak, sumpit, bahkan senjata api rakitan mereka jadikan senjata untuk melakukan perlawanan terhadap warga etnis Madura.

Sementara itu, warga etnis Madura sendiri menggunakan celurit dan sejumlah bom rakitan sebagai senjata tandingan.

Selama akhir Februari 2001 sekitar 500 orang Madura tewas dan lebih dari 100.000 orang Madura yang selamat terpaksa harus mengungsi keluar dari Sampit untuk menghindari persekusi.

Bentrokan di Sampit pun meluas hingga ke lingkup provinsi. Kerusuhan menyebar sampai 100 Km di utara Sampit hingga sampai ke ibukota provinsi di Palangkaraya.

Di dalam beberapa Minggu pejuang-pejuang Dayak melanjutkan kampanye pembersihan etnis Madura.

Diperkirakan 90%  populasi orang Madura di provinsi itu telah melarikan diri.

Perkiraan mengenai jumlah korban yang tewas pun berkisar dari 500 orang sampai hampir 1.300 orang yang mana sebagian besar di antaranya adalah etnis Madura. Sebagian besar korban meninggal dari etnis Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.

Selama konflik itu, suku Dayak sendiri memiliki sejarah praktik ritual perburuan kepala (Ngayau), meski praktik ini sebenarnya sudah dihentikan melalui perjanjian pada tahun 1884.

Namun, di puncak kemurkaan mereka mempraktikkan ritual ini di dalam Perang Sampit.

****

Pemandangan hari itu, di jalan-jalan sangat mengerikan. Jenazah bergelimpangan di mana-mana, kepala-kepala manusia ditancapkan di ujung tombak dan diarak.

Jalanan basah oleh darah dan bergelimpangan mayat. Kepala-kepala itu diangkat dan dibawa keliling daerah dan beberapa lagi dibiarkan menggelinding di jalanan.

Konflik ini konon juga melibatkan suku-suku Dayak pedalaman untuk berpartisipasi pula dalam peperangan yang syarat akan tujuan tersebut.  Namun, suku Dayak tetaplah suku Dayak yang mengetahui nilai leluhurnya.

Serangan hanya dilakukan kepada suku Madura yang berada di jalan yang melawan. Tidak ada serangan lain. Mereka bahkan tidak menyerang suku Madura yang berlindung di gereja atau Masjid.

Suku Madura jelas kalah jumlah dan kalah tanding saat itu. Yang mereka hadapi adalah orang-orang yang bahkan tidak dapat dilukai dengan senjata tajam dan mampu mendeteksi keberadaan mereka.

Pihak kepolisian tidak bisa berbuat banyak karena konflik pecah dan tersebar secara merata di seluruh Kalimantan Tengah dan beberapa anggota polisi pun juga merupakan keturunan suku Madura sehingga membuat mereka juga harus ikut diungsikan.

Trakteer Pakde segelas kopi, ya. Biar terus semangat menulis ceritaTrakter segelas kopi buat dukung pakde agar terus menulis

****

Ngeri memang membayangkan situasi Sampit kala itu, terutama akan rumor yang mengatakan jika magisnya orang-orang Dayak benar-benar terjadi sangat nyata kala itu.

Dari Mandau yang terbang sendiri dan mengincar kepala juga kemampuan mencium bau seseorang hingga sampai adanya rumor tentang munculnya sosok mistis (Panglima Burung) yang menjadi mitos dan juga legenda, dipercaya sebagai tokoh pelindung dan pemersatu suku Dayak Kalimantan dan juga mengawasi seluruh kehidupan masyarakat Dayak.

Sosok ini akan turun sewaktu-waktu dalam bentuk seutuhnya atau bahkan merasuki seseorang untuk menolong apabila suku Dayak sedang dalam posisi terancam, teraniaya, atau hendak melakukan peperangan.

****

Dalam satu versi mengatakan ada sekitar 1.192 rumah yang dibakar, 16 mobil dan 43 puluh tiga motor.

Kerusuhan Sampit di seluruh Kalimantan Tengah benar-benar berakhir sekitar bulan Maret pertengahan dan untuk memperingati akhir konflik itu dibuatlah perjanjian damai antar suku Dayak dengan suku Madura.

Perjanjian itu tertulis dalam sebuah buku yang berisi beberapa persyaratan dan juga lainnya.

 Selain itu untuk memperingati perjanjian damai itu dibangun juga sebuah Tugu perdamaian di Sampit.

Sampit kini menjadi kota yang damai sejahtera dan penduduknya juga rukun. Oleh karena itu kita tidak perlu takut untuk mengunjungi Pulau Kalimantan karena warga etnis Dayak di sana sangat baik dan ramah kepada pendatang baru.

Trakteer Pakde segelas kopi, ya. Biar terus semangat menulis ceritaTrakter segelas kopi buat dukung pakde agar terus menulis

Yang terpenting adalah kita tidak melanggar pantangan dan tetap taat pada norma-norma yang berlaku terlepas dari ini apa pun yang terjadi saat itu.

Kita semua sangat berharap agar kejadian serupa tidak terulang untuk kedua kalinya.


-End-




⚠️Baca lagi GAIRAH TERLARANG 5-Asmara Pak Mandor 👉: Klik di sini


GAIRAH TERLARANG 6 baca: Klik di sini

 

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search