RUMAH SAKIT ARSANI
CERPEN MISTERI
Di awal kelahirannya, Rumah Saki Arsani diawaki oleh seorang dokter spesialis serta tempat dokter umum, dengan kapasitas tempat tidur 90 orang dan sejumlah tenaga perawat, non perawat ,dan tenaga non medis.
Sesuai SK Menteri Kesehatan, Arsani berubah dari kelas, dari rumah sakit tipe C menjadi kelas TS tipe B.
Pada tahun berikutnya diakui sebagai pusat perujukan tertinggi di salah satu provinsi dengan peraturan daerah nomor 6 tahun 1996.
Pada periode Agustus 2009 RS Arsani pindah ke bangunan baru, berlokasi di jalan poros lintas timur provinsi.
Dari awal perjalanannya, terdapat 68 dokter, 46 di antaranya dokter ahli, sementara tenaga para medis sekitar 600 orang, 200 di antaranya non PNS.
Hingga kini, RS Arsani telah dipimpin oleh 6 direktur yang telah mewarnai sepanjang perjalanan.
Dalam masa peralihan inilah terjadi beberapa hal mistis dan salah satunya adalah yang dikisahkan oleh Pak Suharli.
Dukung pakde dengan trakter segelas kopi biar semangat lagi menulisnya.
Sudah 9 hari istrinya yang kerap dipanggil Bu Wati berada di rumah sakit umum di kabupaten daerah tersebut, yang pada akhirnya dokter menyuruh agar mereka segera melakukan tindakan medis. Menurut sang dokter, peralatan di rumah sakit tersebut belum mumpuni, sehingga Bu Wati akan dirujuk ke rumah sakit besar di provinsi, tentu saja hal itu harus melalui persetujuan keluarga.
Segera Pak Suharli melakukan diskusi dengan keluarga lain, karena melihat kondisi Bu Wati yang semakin mengkhawatirkan, pada akhirnya mereka mengikuti saran dari pihak rumah sakit.
Bu Wati akan dibawa ke RS Arsani. Pak Suharli menyiapkan segala keperluan selama berada di sana nanti.
Setelah beres, sore itu juga ambulans dan pasien berangkat, sementara yang ikut mengantar hanya Pak Suharli saja yang didampingi oleh seorang perawat.
****
Mobil ambulans melaju dengan kecepatan sedang, menuju RS Arsani yang berjarak sekitar 200 Km.
Dalam perjalanan tersebut, beberapa kali terjadi keganjilan, mulai dari menunggu babi hutan yang lewat, lalu kejadian selanjutnya hampir saja menabrak seorang pengendara motor yang mendadak menyeberang.
Anehnya sang pengendara yang berpakaian serba hitam itu menghilang entah ke mana saat ambulans berhenti, dan kejadian terakhir adalah datangnya kabut yang menghambat perjalanan, tentulah sangat aneh karena di musim kemarau seperti itu tidak mungkin ada kabut yang datang.
Dukung pakde dengan trakter segelas kopi biar semangat lagi menulisnya.
Akhirnya sang perawat merasa lega ketika tiba di tujuan, yakni di Rumah Sakit Arsani.
Keadaan terlihat sangat ramai dan normal, bahkan terlihat pula anak-anak berlarian ke sana kemari.
Dengan sigap pihak rumah sakit langsung menerima Bu Wati.
Setelah melengkapi semua berkas dan memberikan semua hasil serta surat keterangan dari dokter spesialis, perawat serta ambulans yang mengantar langsung balik pulang ke rumah sakit kabupaten.
Tidak berapa lama dokter yang menangani berucap pada Pak Suharli, kalau kondisi Bu Wati mengharuskan untuk dioperasi segera, jika ditunda akan membahayakan organ dalam yang lain.
Pak Suharli ikut saja dengan kebijakan rumah sakit, dan setelah dia menandatangani kertas terlampir, operasi pun segera dilakukan.
****
Bu Wati langsung dibawa ke ruang operasi, diikuti Pak Suharli.
Dalam keadaan tegang, Pak Suharli menunggu istrinya di luar ruangan operasi. Untuk menenangkan hati, maka dia harus berzikir. Dalam hati dia berdoa, semoga semua berjalan lancar dan tidak terjadi apa-apa dengan istrinya.
Hatinya agak teduh ketika melihat dua orang bocah yang berusia sekitar 5 tahunan. Mereka bertingkah lucu seolah menghibur dirinya yang sedang dilanda kalut. Tanpa sadar dia pun tersenyum melihat polah bocah tersebut.
****
Sekitar dua jam kemudian operasi selesai dilaksanakan.
Setelah mengucap terima kasih, dokter pun beranjak meninggalkannya.
Sesampai di ruangan, Pak Suharli menjaga istrinya yang masih dalam keadaan belum sadar karena bius. Dia merasa kasihan saat melihat selang oksigen dipasang, alat medis lain yang melengkapi juga membuat matanya berkaca-kaca.
Istri yang menemani kehidupannya dari nol hingga sukses kini tergeletak lemah di ranjang pesakitan, tapi setidaknya dia merasa agak tenang karena dokter menyatakan keadaannya baik-baik saja. Dia berharap ucapan dokter sesuai dengan kehendak doanya.
****
Beberapa saat setelah melakukan salat Isya, Pak Suharli berpamitan pada istrinya, meski masih belum sadar dia hendak keluar sebentar untuk membeli makanan dan air.
Memang sedari tadi dia yang memikirkan kondisi sang istri sampai-sampai perutnya belum terisi makanan apa pun.
Setelah mengecek air infus serta yang lainnya, dia pun beranjak keluar ruangan.
****
Sepanjang perjalanan keluar, dia melihat-lihat kondisi rumah sakit yang terlihat penuh di setiap ruangannya. Begitu pun dengan orang-orang yang menjenguk saling berlalu-lalang, bersaing dengan para perawat yang terlihat sibuk.
Pandangan Pak Suharli mengarah pada seorang wanita yang duduk terdiam di ruang prenatal.
Dia merasa kalau wanita berusia sekitar 30 tahunan itu sedari tadi memandangi dirinya. Sejak dari kejauhan tampak baju wanita itu kumal, wajahnya pucat pasi, dan rambutnya acak-acakan selayak orang dirundung sakit kejiwaan.
Pak Suharli berpikir kalau sosok wanita itu mungkin memikirkan anaknya di ruang tersebut, anehnya tidak ada seorang pun yang menemani, wanita itu sendirian saja.
Pak Suharli tersenyum tipis ketika semakin mendekat. Dia tidak mau jika dianggap sinis, namun tatapan wanita tersebut tetap sama, ekspresi wajahnya itu terlihat tidak berubah. Pak Suharli pun terus berlalu tanpa menyapa wanita itu.
Sesampai di pintu rumah sakit, Pak Suharli disapa tetangganya yang kebetulan juga berada di sana. Dia adalah Pak Hamid bersama istri dan putranya yang masih bersekolah kelas 3 SMA. Mereka pun saling bertanya tentang tujuan ke Rumah Sakit Arsani tersebut.
Pak Hamid sendiri akan check-up rutin termasuk istri dan putranya.
Belum sempat bertanya penyakit yang diderita istrinya, Pak Hamid mengajak istrinya masuk ke sebuah ruangan karena waktu sudah mepet.
Selepas kepergian Pak Hamid dan keluarga, Pak Suharli kembali menuju warung sebelah jalan.
Dia diliputi tanda tanya tentang penyakit Pak Hamid dan anak istrinya. Selama ini mereka terlihat sehat dan baik-baik saja atau mungkin karena periksanya di rumah sakit besar sehingga tidak ada yang tahu?
Saat sedang melamun, mendadak dua ekor anjing hitam menyalak di sisi kiri Pak Suharli. Anjing-anjing itu membuat Pak Suharli tersentak, beruntung seorang petugas keamanan rumah sakit datang mengusir anjing tersebut.
Setiba di warung yang tidak jauh dari rumah sakit, Pak Suharli segera membeli makanan untuk dibungkus saja. Sambil mempersiapkan nasi dan lauk, dengan berbasa-basi penjaga warung bertanya. “Dari mana, Pak? Kelihatannya baru pertama ke sini?”
Pak Suharli pun menjawab kalau dia dari dalam, sambil menunjuk ke arah rumah sakit. Dia menjelaskan kalau membawa istrinya yang dirujuk untuk operasi.
Tampak penjaga warung terheran, kegiatan membungkus nasib seketika dihentikan. “Wah, Bapak ini bercanda. Rumah sakit itu sudah pindah ke gedung baru, Pak.”
Mendengar ucapan penjaga warung membuat Pak Suharli terkaget. Dia pun langsung menoleh ke arah rumah sakit.
Seketika dadanya berdetak tidak karuan setelah menyaksikan lokasi yang baru saja ditinggalkan, yang tadinya terang dan ramai, sekarang gelap gulita, tidak berpenghuni.
Dia pun berteriak memanggil istrinya, disusul kemudian berlari, diikuti penjaga warung dengan membawa senter.
Sesampai di ruangan, dia dan penjaga warung pun bertambah heran ternyata alat-alat medis yang dipakai seperti infus dan oksigen tampak seperti baru. Padahal rumah sakit ini menurut penjaga warung itu sudah kosong satu bulan yang lalu. Seketika itu, penjaga warung pun keluar dan mencari pertolongan.
Tinggallah Pak Suharli yang kebingungan di dalam ruangan di mana istrinya masih belum sadar. Tidak ada dokter, tidak ada penerangan, tapi semua alat medis di ruangan itu memang terlihat masih baru.
****
Pada akhirnya ambulans datang setelah dihubungi oleh penjaga warung, untuk memindahkan Bu Wati ke Rumah Sakit Arsani ke gedung baru.
Pihak Rumah Sakit Arsani yang baru langsung mengecek kondisi Bu Wati.
Semua terheran setengah mati saat tahu apa yang menimpa Bu Wati.
Sungguh kisah aneh di luar nalar. Para tenaga medis yang turut datang untuk membawa Bu Wati ke rumah sakit yang baru itu bergantian melihat bekas operasi.
“Tapi Dokter yang telah melakukan operasi Bu Wati adalah dokter yang sudah meninggal satu tahun lalu.” Begitu pernyataan salah satu tenaga medis yang pernah bekerja di rumah sakit lama ini. Ajaibnya, Bu Wati memang sudah dioperasi.
“Obat infus dan oksigen juga ternyata masih baru.”
Berita itu pun menjadi perbincangan seisi rumah sakit Arsani baru begitu Bu Wati telah dipindahkan.
Di sisi lain, Pak Suharli baru tersadar kalau tetangganya Pak Hamid bersama anak istrinya telah meninggal dunia sekitar 2 minggu yang lalu. Mereka sekeluarga mengalami kecelakaan maut.
Pak Suharli juga baru ingat jika mereka dibawa ke Rumah Sakit Arsani lama.
Dukung pakde dengan trakter segelas kopi biar semangat lagi menulisnya.
Sedangkan sosok perempuan yang dijumpai Pak Suharli di depan ruang prenatal bukanlah sosok makhluk halus, tapi memang orang yang sedang dalam gangguan jiwa.
Menurut cerita salah satu tenaga medis yang pernah bekerja di rumah sakit lama, wanita itu sulit dalam hal keturunan. Dia sudah berobat ke mana-mana demi mendapatkan sang buah hati, hingga di usia mendekati kepala 4 akhirnya dia hamil, namun Tuhan berkehendak lain, perempuan tersebut melahirkan bayi yang prematur di Rumah Sakit Arsani lama. Bobot bayinya sekitar satu setengah kilogram.
Selang sehari perempuan itu diizinkan pulang, namun putranya harus dirawat inap di ruangan tersebut.
Selang satu minggu, belum juga ada perubahan.
Saking rindunya wanita itu pun hendak menjenguk sekalian ingin menyusui, namun sayang niat itu belum terlaksananya, sang bayi sudah meninggal terlebih dahulu.
Hal itu pun membuat jiwanya terguncang, ditambah lagi sang suami yang ternyata telah melakukan kawin siri dengan seorang perempuan luar daerah.
Sejak saat itu dia selalu berada di ruangan di mana bayinya dirawat.
Hingga rumah sakit tidak beroperasi lagi wanita itu tetap berada di sana.
Pak Suharli tidak bisa melupakan kisah tersebut, semua terjadi tanpa terduga. Pihak rumah sakit daerah kabupaten yang merujuk juga telah meminta maaf karena ternyata baik perawat maupun ambulans tidak tahu jika Rumah Sakit Arsani sudah berpindah ke tempat yang baru.
Saat tahu tentang kisah Bu Wati mereka ikut menjadi merinding, karena apa yang ditemui di rumah sakit Arsani lama adalah nyata pengalihan pasien, pun dilakukan sesuai prosedur dan orang-orang di sana juga nyata, termasuk kondisi rumah sakit juga tidak tampak ada yang ganjil terakhir kali mereka pindah ke tempat yang baru.
SELESAI
Baca juga Bakso Urat milik Pakde Suwarno yang 'panas'.
Klik pada link berikut: JATUH CINTA DENGAN PENJUAL BAKSO
Untuk baca cerita GAIRAH TERLARANG SERIES hubungi pakde, nggeh.
No comments:
Post a Comment