ABU NAWAS TIDAK PERCAYA TUHAN
ABU NAWAS
Kala itu Kota Baghdad mendata gempar oleh kehadiran orang
asing persoalannya bukan pada orangnya melainkan orang asing tersebut tidak
mempercayai adanya Tuhan bukan hanya itu ia juga menantang orang-orang muslim
berdebat mengenai adanya Tuhan.

Kabar ini pun sampai ke telinga Baginda Raja karena dianggap
bikin resah masyarakat orang asing ini lalu dipanggil ke istana.
“Apa tujuanmu membuat onar di negeri kami?” tanya Baginda
Raja.
Orang asing ini
menjawab, “Untuk apa mengaku bertuhan kalau tidak bisa menjawab pertanyaanku.”
Kemudian Baginda Raja bertanya kembali. “Apakah kamu tidak percaya
adanya Tuhan?”
Dengan tegas orang itu menjawab. “Tentu saja saya tidak percaya
adanya Tuhan, dan saya juga tidak percaya adanya akhirat.”
Mendengar itu Baginda Raja sempat terkejut. “Tapi saya dan
rakyatku percaya adanya Tuhan. Berarti keyakinan kita berbeda, jadi jangan
ganggu rakyatku!” tegas Baginda Raja.
“Kalau Paduka Raja, percaya adanya Tuhan. Bisakah Paduka,
menjawab tiga pertanyaanku?” tanya orang tersebut.

“Silakan,” balas Baginda Raja.
“Pertanyaan pertama. Orang Islam meyakini bahwa dunia dan
seisinya adalah ciptaan Allah. Lalu siapakah yang menciptakan Allah? Bukankah
sesuatu yang ada pasti ada penciptanya?”
“Pertanyaan yang kedua. Katanya di dalam surga manusia tidak
akan berak ataupun kencing. Sedangkan mereka makan dan minum tiap hari.
Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Padahal segala sesuatu yang akan dimasukkan
pasti akan keluar, entah itu dengan bentuk yang lain.”
“Dan pertanyaan yang ketiga. Orang Islam meyakini kalau setan
terbuat dari api, tapi katanya setan akan disiksa dengan api neraka. Mana
mungkin api bisa menyakiti api?”
Mendengar pertanyaan orang asing itu Baginda Raja hanya
terdiam. Bisa saja ia menjawab berdasarkan Hadits dan Alquran, tapi karena yang
dihadapi adalah orang yang tidak percaya Tuhan maka dijawabnya harus dengan
logika.
Kemudian salah satu menterinya membisikkan kepada Baginda
Raja. “Paduka, kalau soal beginian serahkan saja pada Abu Nawas. Dia pasti bisa
mematahkan argumen orang itu.”
Baginda Raja menyetujui usulan menterinya.
Maka dipanggillah Abu Nawas ke istana.
****
Singkat cerita Abu Nawas pun datang menghadap Baginda Raja.
Ia lalu dipersilahkan duduk di sampingnya.
“Ada apa, Paduka? Kenapa tiba-tiba memanggil hamba tanya?”
Abu Nawas.
“Begini, Abu Nawas. Orang asing ini tidak percaya adanya Tuhan,
dan dia mengajukan tiga pertanyaan, tapi jawabannya harus masuk akal,” ujar
Baginda Raja.

Sekilas Abu Nawas menatap orang asing tersebut. “Oh? Ini
orangnya yang bikin gempar Kota Baghdad?” pikir Abu Nawas.
Abu Nawas selalu menghampiri orang asing itu dan duduk tepat
di hadapannya.
“Silakan apa yang ingin kau tanyakan,” ucap Abu Nawas.
“Dengan penuh percaya diri orang asing tersebut memulai pertanyaannya.
“Anda, sebagai orang muslim tentu percaya bahwa segala sesuatu baik yang
terlihat maupun tidak terlihat pasti ada yang menciptakan.”
“Iya. Tentu saja saya percaya,” timpal Abu Nawas.
“Sekarang saya mau bertanya. Siapakah yang menciptakan alam
semesta dan seisinya?” tanya orang asing.
“yang menciptakan alam semesta dan seisinya adalah Allah.
Tuhan saya,” jawab Abu Nawas.
“Oh baiklah. Lalu siapakah yang menciptakan Allah? Bukankah
tadi Anda, mengakui bahwa segala sesuatu baik yang terlihat maupun tidak terlihat
pasti ada yang menciptakan?” tanya orang itu kembali.
Sejenak Abu Nawas terdiam. Ia pun lalu berkata. “Anda, pasti
tahu kalau kami selaku orang Islam mengakui hanya ada satu Tuhan. Kita istilahkan
saja Tuhan dengan angka satu. Sekarang gentian aku yang bertanya. Angka 3
berasal dari angka berapa?” Tanya Abu Nawas.
“Angka 3 berasal dari angka 2 ditambah 1,” jawab orang
tersebut
“Tepat sekali. Kalau angka 2 berasal dari angka berapa?” tanya
Abu Nawas kembali.

“Angka 2 berasal dari angka 1 ditambah 1,” jawab orang itu.
“Benar sekali. Sekarang kalau angka satu sendiri berasal dari
angka berapa?” tanya Abu Nawas.
Orang itu kaget dengan pertanyaan tersebut. Ia hanya terdiam
tak bisa menjawabnya.
Kemudian Abu Nawas berkata kembali. “Pada intinya semua angka
pasti ada awalnya, entah itu angka 5 angka 4 ataupun angka 10, dan angka-angka tersebut
diibaratkan alam semesta ciptaan Allah. Apabila kamu bertanya siapa yang
menciptakan Allah, sama halnya saya bertanya dari mana angka satu itu ada. Kamu
pasti tidak akan bisa menjawabnya,” jelas Abu Nawas.
Orang itu pun langsung terdiam merenungi kata-kata Abu Nawas

“Untuk jawabanmu atas pertanyaanku yang pertama masuk akal juga.
Sekarang pertanyaan yang kedua. Kalian sebagai Muslim, pasti meyakini kelak
hidup di surga tidak akan berak dan kencing. Padahal di sana kalian makan dan
minum setiap hari. Mana mungkin itu bisa terjadi? Jelaskan padaku?” tanya orang
asing tersebut.
“Baik akan saya jelaskan. Selama kamu dalam kandungan rahim
ibumu, tentunya kamu makan dan minum bukan? Karena menurut ilmu medis, seorang
janin memakan sesuatu yang dimakan ibunya. Lalu ketika kamu dalam kandungan
ibumu selama 9 bulan, apakah kamu pernah berak ataupun kencing?”
Untuk kedua kalinya pertanyaan orang asing itu bisa dijawab
dengan mudah oleh Abu Nawas.
“Baik. Jawabanmu masuk akal. Sekarang pertanyaan terakhir.”
“Kalian sebagai Muslim pasti meyakini kalau setan terbuat
dari api dan neraka juga terbuat dari api, tapi yang membuat saya heran, katanya
setan akan disiksa dengan api neraka. Mana mungkin api bisa menyakiti api? Itu
hal konyol Yulia pernah saya dengar,” ujar orang asing tersebut.
“Bisakah kamu menjelaskannya?” tanya kemudian.
“Sebelum aku menjawab pertanyaan yang terakhir. Aku ingin
kita saling berjanji, apa pun jawabannya kamu tidak boleh marah,” pinta Abu
Nawas.
“Tentu saja saya tidak akan marah. Apalagi kalau jawabannya
masuk akal,” balas orang tersebut.
Tiba-tiba Abu Nawas menampar pipi orang asing itu sangat
keras.
Plak!
Baginda Raja dan orang-orang yang hadir terkejut dibuatnya.
“Hei, apa-apaan ini! Kalau tidak bisa menjawab jangan emosi
apalagi sampai main pukul kayak begini!” protes orang asing.
“Siapa yang emosi. Itu tadi adalah jawaban saya. Apakah tadi
kamu merasakan sakit?” tanya Abu Nawas.
“Tentu saja sakit!” jawab orang itu sambil memegang pipinya.
“Coba kamu perhatikan tangan saya. Bukankah tangan saya
terbuat dari tulang dan daging? Begitu juga dengan pipi kamu, tapi ketika
tangan saya ini tamparkan ke pipi kamu, kamu langsung kesakitan. Itulah gambaran
sederhana kalau api neraka bisa menyakiti setan. Setan pasti akan merasa kesakitan
meskipun ia sama-sama terbuat dari api,” kata Abu Nawas menjelaskan.

Orang tersebut lalu terdiam. Ia tak bisa membantah argumen
Abu Nawas.
Sementara Baginda Raja dan orang-orang istana kagum atas
kecerdikan Abu Nawas.
GAIRAH TERLARANG 8 DALAM KEMASAN Pdf. BISA DIBACA DENGAN MEMASUKKAN KODE YANG DIDAPAT SETELAH MENTRAKTER PAKDE.

No comments:
Post a Comment