ABU NAWAS DARAH TINGGI
ABU NAWAS
![]() |
ABU NAWAS |
Siang itu langit terlihat mendung. Awan hitam menyelimuti cakrawala.
Itu pertanda sebentar lagi akan turun hujan.

Benar saja, tidak lama kemudian hujan pun mulai turun.
Abu Nawas yang rencananya akan pergi, terpaksa mengurungkan
niatnya. Ia lebih memilih duduk di depan rumah sambil menikmati secangkir teh
hangat.

Ketika Abu Nawas sedang memandangi hujan, tiba-tiba
pandangannya tertuju pada sosok Abu Jahal tetangganya.
Abu Jahal terlihat berlari tergesa-gesa menuju arah rumahnya
sendiri. “Hai, Sifat kusir!” Abu Nawas pun muncul ingin meledek Abu Jahal.
“Hai, Pelit! Kenapa kau berlari tergesa-gesa!” imbuh Abu
Nawas.
“Biar tidak kehujanan! Saya ‘kan pakai jubah yang mahal, Abu
Nawas! Sayang loh kalau sampai basah kena air hujan,” kata Abu Jahal balas
meledek.
“Sungguh bodoh ada saja orang yang lari dari rahmat Allah,”
balas Abu Nawas.
“Maksudmu apa, Abu Nawas! Siapa yang lari dari rahmat Allah?”
tanya Abu Jahal.
“Tidak terima? Bukankah hujan itu rahmat? Kenapa kau malah
menghindarinya?” tanya balik Abu Nawas.
Mendengar itu Abu Jahal tidak bisa berkata apa-apa. Ia kemudian
masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya dengan keras, sementara Abu Nawas
tertawa terkekeh-kekeh.
Beberapa hari kemudian terlihat pula ketika Abu Nawas sedang
nongkrong di warung. Ia merasakan gelagat sebentar lagi akan turun hujan ternyata
dugaan Abu Nawas tepat.
Rintik gerimis mulai turun dari langit. Ia pun teringat
cucian baju di rumahnya yang sedang dijemur.
Terpaksa ia berlari dengan tergesa-gesa agar secepatnya tiba
di rumah.
Kebetulan saat itu Abu Jahal sedang duduk di depan rumah.
Melihat Abu Nawas berlari tergesa-gesa di tengah gerimis, Abu
Jahal berteriak kepadanya. “Hai, Abu
Nawas! Apakah kau lupa dengan ucapanmu tempo hari!”
“Jangan lari dari rahmat Allah! Jangan pula menghindarinya!” kata
Abu Jahal meledek Abunawas.
“Siapa yang lari dari rahmat Allah justru aku menghormatinya!
Aku hanya tergesa-gesa agar tidak menginjak rahmat Allah dengan kakiku!” balas
Abu Nawas.
Mendengar jawaban tersebut muka Abu Jahal menjadi kecut. Niatnya mau meledek malah
ia sendiri yang kembali kena.
“Kurang ajar Abu Nawas! Ada saja jawabannya!” batin Abu Jahal menahan emosi.
Setelah Abu Nawas mengambil jemuran bajunya, ia pun duduk di
depan rumah sambil memakan daging kambing dan ternyata Abu Jahal masih duduk di depan rumahnya sendiri.
Melihat Abu Nawas makan daging kambing, Abu Jahal kembali meledek. “Hai, Abu Nawas! Jangan
kebanyakan makan daging kambing, nanti cepat terkena darah tinggi!” teriak Abu Jahal.
“Saya kira Allah lebih tahu mana yang sedang terkena penyakit
darah tinggi!” balas Abu Nawas cengengesan.
Mendengarnya, spontan membuat Abu Jahal bertambah emosi. Ia pun langsung masuk
ke dalam rumah dan kembali menutup pintunya dengan keras.

No comments:
Post a Comment