Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

KARYONO DAN PEREMPUAN PENJUAL KERIPIK

 

Lebaran Idul Fitri telah lewat 3 hari. Gerimis yang turun dari malam tadi masih terus membasahi pagi.

Trakteer Pakde segelas kopi, ya. Biar terus semangat menulis cerita

Seperti pada musim kebanyakan, Karyono menghabiskan waktunya dari awal lebaran dengan silaturahmi tanpa henti. Karyono memang seorang pemuda yang terkenal suka bersosialisasi dan banyak bicara sehingga dia memiliki banyak teman.

Di beberapa dusun tetangga ia bertemu dengan banyak orang, membuat ia ceria.

Sudah 3 hari sejak lebaran ia bawa burung keluar dari sangkarnya. Pagi itu dia bersiap menemui teman akrab masa sekolah dulu, mereka telah janjian akan pergi ke Batu bersama dua teman lain.

Mereka akan menginap di vila sambil bakar-bakar ikan di sana. Setelah usai mandi, Karyono menengok di teras rumah, apakah ada ibunya atau tidak karena ia harus pergi secara diam-diam karena jika ibunya tahu pasti akan melarangnya.

Tidak seperti ayahnya yang jarang berkomentar, ibunya pasti akan beralasan kalau ada saudara lain yang akan datang dan ingin bertemu dengannya.

Setelah memastikan jika sang ibu tidak memperhatikan kepergiannya, ia pun segera cabut dengan motor yang baru dibeli awal Ramadhan dulu. Karyono tidak peduli meskipun ia baru tidur pukul satu dini hari.

****

Trakteer Pakde segelas kopi, ya. Biar terus semangat menulis cerita

Bersama Jahir dan dua kawannya, mereka berkumpul di alun-alun kota Malang, tepatnya di bawah pohon beringin depan Masjid Jami.

Sesaat kemudian Rakuti datang dengan motor Tiger yang cocok dengan badannya yang besar. Setelah cukup berbasa-basi mereka putuskan untuk memulai perjalanan ke arah Kota Baru. Jahir agak terheran melihat mata Karyono agak sembab dan kantung mata yang hitam.

Setelah memastikan keamanan anggota, Jahir memimpin maju di depan ditutup motor Makmur dan Karyono. Mereka berempat menuju kawasan wisata dan menghabiskan waktu hingga sore untuk kemudian berencana menginap di Villa Songgoriti.

****

Trakteer Pakde segelas kopi, ya. Biar terus semangat menulis cerita

Jalan berkelok-kelok, cuaca berkabut, dan pemandangan sawah baik di kanan kiri menemani sepanjang perjalanan. Sungguh panorama alam yang asyik untuk dipandang.

Tibalah mereka di pemandian air panas berdampingan dengan taman Hutan Raya Suryo, sebuah kawasan penghubung antara kota Batu dan Mojokerto di mana para pengendara selalu ekstra hati-hati saat memasuki kawasan itu, apalagi sering terdengar kasus kecelakaan tiap bulannya.

Mereka pun menikmati siang itu dengan berendam air panas, sesekali saling cekikikan bercanda tentang masa lalu yang membahagiakan.

Matahari semakin redup, kabut mulai menebal, para pengunjung mulai berniat pulang dari pemandian itu, begitu pula dengan mereka yang mulai bersiap-siap melanjutkan perjalanan pada saat keluar gerbang pemandian.

Karyono terkejut ketika dihadang oleh penjual yang menggendong tas berisi keripik apel. Sosoknya adalah seorang perempuan kurus setengah baya, berambut hitam dan sebagian beruban. Dia memakai kain kebaya lusuh dengan bawahan kain batik.

Namun, Karyono merasa enggan melihat wajah perempuan itu karena satu matanya telah memutih yang mungkin karena katarak. Selain itu kulit wajahnya kasar, bibirnya pecah-pecah, serta kulit di sebelah pipi kirinya ada bercak coklat.

Karyono agak merinding juga ketika terdengar suara penjual itu yang serak-serak basah. Perempuan itu menawarkan dagangan keripiknya dengan penuh harap agar dibeli dengan harga yang miring.

Trakteer Pakde segelas kopi, ya. Biar terus semangat menulis cerita

Karyono melangkah begitu saja tanpa mengucap kata.

Terlihat penjual itu tanah sedih. Tas berisi keripik masih penuh dan Karyono tidak peduli dengan tatapan tajam perempuan tersebut.


****

Akhirnya tibalah mereka di bangunan empat tingkat beratap limas dengan pelatarannya yang cukup luas.

Gerbang masuk terdapat dua patung  Rapala, patung raksasa dalam mitologi Hindu setinggi 1 meter itu sedang menyeringai dan melotot.

Pintu depan sangat estetik berukiran singa barong, sementara di dalamnya ada dua kamar, satu ruang tamu dan di belakangnya ada kamar mandi berdampingan dengan dapur toiletnya, sangat modern, ada kucuran yang bisa disetel panas ataupun dingin.

Mereka pun masuk dan mulai menaruh barang-barang bawaan di kamar masing-masing. Mahmud dan Rusman pergi ke teras meninggalkan kamar.

Karyono melihat interior kamar tidak ada yang ganjil di matanya lalu ia naik ke kasur dan rebahan di ranjang yang empuk itu, tapi baru saja terpejam beberapa detik ia kembali terbangun ketika ingat dengan ikan bakar, langsung saja ia beranjak ke depan dan membantu teman-temannya di sana.

Trakteer Pakde segelas kopi, ya. Biar terus semangat menulis cerita

Ketika ikan sudah selesai dibakar mereka kembali bercanda ria hingga Karyono pun minta izin untuk ke toilet sebentar, ia mengambil gayung di kamar mandi dan ketika melihat cermin berbentuk oval ia merasa kalau persis seperti cermin di kamar ibunya.

Sesaat kemudian terdengar suara ibunya melintas yang menanyakan sedang berada di mana.

Karyono mencari sumber suara dan tidak siapa pun di dalam kamar mandi selain ia sendiri.

Selang beberapa lama kemudian kembali terdengar jelas suara ibunya, kali ini sang ibu meminta agar Karyono pulang karena ayahnya mengalami sakit dada.

Perasaan Karyono semakin tidak menentu, mendadak ada kecemasan yang ia rasakan.

Akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti feelingnya yang sedang tidak baik, ia akan pulang sendiri demi apa yang telah didengarnya.

Bergegas ia selesaikan urusan di kamar mandi lalu kembali bergabung bersama kawan-kawannya.

****

Karyono merasa tidak enak hati, tetapi ia tetap ada keputusannya meski malam telah larut. Ia berpamitan pulang dengan alasan ayahnya sedang dalam kondisi tidak baik. Teman-temannya yang sedang asyik menikmati ikan bakar merasa heran, tidak biasanya Karyono bersikap aneh seperti itu. Kalau memang ayahnya sakit mengapa dia setuju mengikuti rencana ke vila?

Sebagai tanda setia kawan justru bersama dua kawannya akan ikut menemani Karyono pulang, namun Karyono meyakinkan mereka bahwa ia sudah hafal jalan. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ia akan pulang sendiri.

Trakteer Pakde segelas kopi, ya. Biar terus semangat menulis cerita

Karyono menyalakan motornya dan melaju meninggalkan vila. Tanpa ia sadari ekspresi patung berubah menjadi tersenyum.

****

Waktu mendekati pukul 23.00.

Karyono mulai melaju sesuai rute yang ia ingat.

Jalan yang disusuri berupa tanjakan dan turunan persawahan dan juga deretan rumah.

Lambat laun jalan yang ia lewati mulai gelap. Ia melewati jalan yang semula jalan berbatako menjadi jalanan tanah liat.

Karyono melanjutkan perjalanan dengan yakin. Ia terus melaju ke depan dengan setumpuk pikiran mulai muncul di kepalanya, pikiran tentang ayahnya, tentang jalan yang gelap, dan entah kenapa ia pikirkan penjual keripik yang ia jumpai ketika di Sangar tadi.

Seketika Karyono menoleh saat berkelibat bayangan hitam lewat di samping, namun yang tampak hanya gelap saja. Bulu kuduknya mulai merinding.

Karyono terus menarik gas motornya hingga melesat melaju kencang.

****

Sampailah ia di jembatan selebar 2 meter yang hanya muat dilewati dua motor dari arah berlawanan. Sungai di bawahnya tidak terlalu besar, tapi rimbun oleh pepohonan.

Di tengah jembatan itu ada lampu neon remang-remang dan Karyono terus melaju.

Suara ban dengan lantai jembatan yang terbuat dari papan kayu tebal sangat jelas di telinganya.

Lampu neon di tengah itu mulai bergoyang-goyang di kipas angin sepoi. Udara mulai dingin, Karyono mulai merasakan tidak enak. Ia ingin segera keluar dari jalan kecil yang payah dan seram tersebut ke arah jalan besar dan pulang ke rumah.

Saat di tengah jembatan tiba-tiba wangi melati menyerang, disusul dengan angin kencang.

Ketika tiba di ujung jembatan ia kembali melihat bayangan berkelebat cepat, berada di sebelah kiri.

Jantungnya berdegup kencang kini.

****

Ia sedikit lega saat dari arah berlawanan terdengar suara lonceng sepeda disusul kemudian muncullah sepeda kumbang yang dinaiki pemuda kampung dengan sarung di lingkar bahunya, namun pemandangan mengerikan justru ia temui saat ia menghentikan laju motor hendak bertanya. Jelas sekali kalau wajah pemuda itu adalah tengkorak.

Perasaannya semakin tidak karuan, jantungnya juga semakin cepat berdetak. Beberapa kali ia hampir terjatuh ketika sampai di jalan yang mulai rusak dan bergelombang.

Meski berhati-hati karena jalanan licin, selintas ia melihat cahaya dari kejauhan. Karyono pun merasa yakin kalau sudah dekat dengan pemukiman, tapi anehnya hanya ada satu titik cahaya yang tampak.

Trakteer Pakde segelas kopi, ya. Biar terus semangat menulis cerita

Ketika sampai pada sumber cahaya, ia pun merasa tenang karena itu adalah sebuah warung. Segera Karyono mematikan motor lalu masuk untuk beristirahat sejenak, ia akan menenangkan pikiran sambil bertanya jalan ke arah desanya.

“Permisi. Tolong buatkan teh manis ya, Bu.”

Si pemilik warung langsung beranjak.

Tak lama kemudian pemilik warung justru menawarkan wedang jahe.

Dari suara yang terdengar Karyono merasa tidak asing dengan suara itu, dan benar saja, suara serak-serak basah tersebut dimiliki oleh penjual keripik yang dijumpainya di Sangar.

Pada saat ketakutan semakin menjadi-jadi ibu itu muncul dengan mata putih menyala dan kembali menawarkan dagangannya, tapi bungkusan yang seharusnya berisi keripik terlihat berisi rambut dengan noda darah.

Karyono yang ketakutan langsung menggeber motornya melaju cepat, sementara sosok penjual itu terdengar tertawa layaknya kuntilanak.

Karyono mulai panik, keringat bercucuran. Beberapa kali ia hampir terjatuh dari motor karena menghindari batu.

Suara sosok ibu itu menjadi tambah kencang dan mengerikan di gendang telinganya dan tidak terduga Karyono mengalami kecelakaan oleh sebuah mobil bak terbuka yang mengangkut hasil bumi untuk dibawa ke pasar.

Seketika ia terjatuh terperosok ke selokan pinggir.

Brak!

Kepalanya terantuk kepala pembatas yang terbuat dari cor.

Dak!

Hingga meneteskan darah ke wajah.

Karyono pun menutup mata tidak sadarkan diri.

****

Di ranjang rumah sakit.

Karena terlihat kedua orang tuanya menunggu di sini dan mereka berdua baik-baik saja, ayah yang dicemaskan juga dalam kondisi sehat, ia memberitahukan kalau Karyono pingsan selama sehari. Sang ayah juga diberitahu oleh Jahir tentang alasan Karyono untuk pulang di malam itu

Sang ayah memberi pesan agar Karyono tidak mengulangi lagi perbuatannya yakni pergi tanpa pamit apalagi di hari lebaran.

Selama Idul Fitri hingga seminggu setelahnya atau lebih tepatnya sampai lebaran ketupat alangkah lebih baik jika dipergunakan untuk bersilaturahmi mengunjungi sanak kerabat juga Kiai dan guru-guru yang pernah mengajarkan ilmu kebaikan.

Trakteer Pakde segelas kopi, ya. Biar terus semangat menulis cerita

Karyono kembali meminta maaf atas kelakuannya yang telah meresahkan dan yang paling menyelimuti adalah tentang sosok perempuan penjual keripik. Hal itu masih menjadi misteri hingga saat ini.

SELESAI




Baca juga cerita ini.

Di sini



 

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search