Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

HANTU KEBAYA MERAH PART 2

 

KEMUNCULAN SOSOK PEREMPUAN TUA BERKEBAYA (BAGIAN 2)



Suasana sangat sepi, sama sekali tidak ada orang lain yang kujumpai, hanya suara burung-burung kecil dan suara sepatu kesayanganku yang bergesek dengan rumput basah.

Titik yang paling mencekam adalah ketika melewati gedung walet. Beberapa kali aku mendengar suara-suara aneh yang bersumber dari dalam. Terkadang seperti suara binatang buas yang mengerang, terkadang juga terdengar seperti orang beraktivitas di dalam gedung walet itu.

Aku berpikir mungkin itu ular atau binatang lainnya, dan setelah itu biasanya aku langsung mempercepat laju jalan, bahkan sampai berlari.

Jalan setapak yang menurun dan semak belukar semakin lebat ketika mendekati gedung tersebut.

Entah kenapa kali ini aku sangat tertarik untuk melirik ke arah gedung.

Pintunya selalu terbuka sedikit yang juga terdapat tulisan ‘Dilarang masuk’.

Yang membuatku heran adalah kenapa pintunya tidak digembok atau diikat rantai saja sehingga tidak ada siapa pun yang berani masuk ke dalam.

Sejenak aku berhenti karena mendengar suara berisik dari dalam gedung.

Aku Arahkan pandangan ke gedung itu, rasa ingin tahu mendadak muncul di benakku.

Dengan keberanian yang terkumpul, aku putuskan untuk menuntaskan rasa penasaran.

Dengan hati-hati aku coba lebih dekat ke pintu gedung, semakin penasaran karena suara itu terdengar semakin jelas.

Semak belukar dan akar-akar pohon yang hampir menutupi pintu gedung itu setengah terbuka,

Kubuka pintu pelan-pelan.

Krek ....

Ketika benar-benar terbuka, aku dikagetkan dengan suara seorang perempuan.

Aku celingukan mencari sumber suara, namun tidak tampak siapa pun di sana.

Setelah beberapa menit aku kembali dikejutkan dengan munculnya suara cekikikan yang menyeramkan.

Seketika itu tanpa pikir panjang aku langsung lari terbirit-birit ketakutan. Aku terus berlari meninggalkan tempat itu dengan segera tanpa berani menoleh.

****

Kejadian pagi itu membuatku takut lewat jalan pintas tersebut. Aku lebih memilih jalur utama, meskipun selisih waktu. Kalaupun terpaksa lewat jalan itu aku menunggu ada orang lewat untuk berbarengan, meski begitu rasa penasaranku akan gedung walet terus bergulir. Ada rasa ingin tahu tentang siapa sebenarnya sosok penghuninya. Apakah benar-benar hantu atau manusia?

Sekitar pukul 06.25 aku sudah sampai di sekolah SD tempatku menimba ilmu. Sekolah ini memiliki lingkungan yang asri. Punya fasilitas lapangan olahraga dengan rumput liar yang cukup luas, dan juga tempat upacara yang bersih, berlantai beton.

Bertambah asri dengan pohon-pohon besar mengelilingi bangunan sekolah. Ada kebun jeruk cukup luas di belakang sekolah.

Terkadang juga kalau jam istirahat aku main ke kebun jeruk itu bersama teman-teman, berharap dapat jeruk dari penjaga kebun, terkadang karena sangat kepingin teman-temanku sering memetik beberapa buah tanpa izin.

Sementara itu bangunan SD mengikuti kontur tanah yang meninggi, dan kelas 1 hingga kelas 3 berada di paling bawah atau paling rendah, sedangkan kelas 4 dan kelas 5 berada di tengah. Yang berada paling atas atau paling tinggi adalah kelas 6, beserta ruangan guru. Meski begitu, lahan sebagai lapangan olahraga dan upacara dalam posisi yang rata.

Ruangan kelasku menghadap sebuah taman kecil, yang mana taman kecil terbuka ini berbentuk segi empat dengan kursi tembok sekelilingnya.

Seperti pagi-pagi sebelumnya ketika aku sampai di lingkungan sekolah masih sepi belum ada orang terlihat selain Pak Karto, tukang kebun yang membuka pintu ruang setiap pagi. Beliau hafal betul denganku yang selalu menjadi nomor satu.

Mungkin pagi ini beliau berada di ruangan sehingga tidak tampak siapa pun di sekolahan dan akhirnya aku dikejutkan dengan kehadiran seorang perempuan setengah baya, berkebaya dan bersanggul yang sedang duduk di taman tekan kelas. Yang tampak dari perempuan itu wajahnya sangat pucat dengan raut sedih. Aku terheran karena baru kali ini aku melihat sosoknya.

Pakaian yang dikenakan bukanlah busana di era sekarang, tapi layaknya orang zaman dahulu.

Aku yang harus melintas di depannya ketika  masuk kelas, tentu saja harus bertegur sapa.

“Selamat pagi, Bu?”

Tapi perempuan itu hanya tersenyum.

Setelah melihat wajahnya dengan jelas aku ngeri juga. Kerutan yang terlihat dalam wajah yang pucat Itu tampak sangat menyeramkan. Tatapannya sangat tajam.

Tanpa menunggu jawaban aku langsung menuju kelas sambil menenangkan diri. Aku duduk dibangku, lalu meletakkan tas di laci kolong meja.

Pikiranku merasa tidak tenang dengan kehadiran perempuan tersebut.

Sejenak kemudian aku bangkit untuk melihat keberadaan sang perempuan berkebaya itu, tapi sudah tidak tampak siapa pun di taman. Perempuan tua berkebaya itu telah menghilang.

****

Aku menjalani hari-hari sekolah dengan riang meski tidak pernah mendapat rangking. Sebisa mungkin aku selalu rajin mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di sekolah. Sedangkan di hari-hari yang kulewati perempuan berkebaya itu masih saja selalu menampakkan diri di taman.

Perempuan itu hanya muncul sesekali saja, tidak setiap hari, tapi anehnya dia selalu menghilang apabila sekolah sudah mulai ramai.

Aku pun menjadi sangat penasaran dan ingin tahu tentang siapa perempuan tua itu.

Setiap kali aku mencari ke sekitar sekolahan tidak sekalipun pernah menemukannya. Beberapa kawanku juga tidak pernah tahu. Mereka tidak pernah melihat sosok yang aku maksud.

Saking penasarannya aku pernah bertanya pada Pak Karto. “Ya sudah. Jangan dipikirkan. Mungkin itu hanya perasaanmu saja. Nyatanya teman-teman kamu tidak ada yang melihat.”  Jawaban Pak Karto seolah menyembunyikan sesuatu, karena jelas-jelas aku melihat sosok perempuan berkebaya tersebut.

Memang aneh, tidaklah mungkin jika aku berhalusinasi. Perempuan itu juga pernah muncul pada malam hari tepatnya di malam ketika sekolah mengadakan acara perkemahan.

Aku melihat dari kejauhan kalau perempuan itu berdiri sendirian di halaman belakang sekolah.

Sadar ketika aku melihatnya, perempuan itu melambaikan tangan. Aku pun melambai balik ke arahnya dan bagiku sangat aneh karena pakaian yang dikenakan selalu pakaian yang sama. Begitu pun dengan dandanannya yang tidak pernah berubah.

Setiap aku melihatnya kadang perempuan tua itu duduk di bangku taman, kadang dia berdiri di halaman belakang, dan seperti biasa dia tidak pernah terlihat lagi apabila sekolah sudah dalam keadaan ramai.

Aku juga pernah menceritakan hal ini pada ibu saat di rumah. “Oh mungkin dia itu ibu yang berdagang di warung samping sekolah. Jadi kalau sekolah sudah ramai ya dia kembali lagi ke warungnya.” Begitu ucap ibu coba menjelaskan.

Tapi ucapan ibu salah, karena aku pernah mencari ke warung sekolahan dan tidak pernah melihat wa Traktir kopi buat pakde bibiar makin semangat! jah yang sama dengan sosok berkebaya.

BERSAMBUNG KE PART 3

Trakteer Pakde👈 Traktir kopi buat pakde bibiar makin semangat!




PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search