Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

HANTU KEBAYA MERAH PART 3

 

TERJEBAK DI GEDUNG WALET ANGKER (BAGIAN 3)



Memang sekolah selesai pukul 13.00, tapi aku tidak langsung pulang. Aku sudah izin dengan ibu kalau hari ini akan langsung melaksanakan kegiatan belajar kelompok, kegiatan itu betulan di rumah teman yang dekat dengan sekolahan, di mana diikuti enam orang setiap kelompoknya.

Ketika selesai tepat azan Ashar, aku yang pulang sendirian segera pamit dan beranjak. Karena ingin cepat sampai rumah, sore itu aku memutuskan lewat jalur persawahan.

Setelah 15 menit aku menunggu  akan tapi tidak ada seorang pun yang lewat. Akhirnya aku nekat berjalan sendiri, berharap berpapasan dengan orang di jalanan nanti.

Ada kayu panjang di tanganku, dan ketika mulai masuk kawasan itu merinding juga, tapi aku mulai tidak peduli. Perlahan aku usir pikiran negatif di otakku.

Trakteer Pakde Traktir segelas kopi buat pakde

Sore itu matahari sudah mulai redup, ditambah banyaknya pohon rindang di sepanjang jalan yang membuat keadaan bertambah semakin gelap, hingga tibalah saat yang aku takutkan, yakni melintasi gedung walet.

Entah mengapa aku lebih takut melintasi bangunan lawas tersebut dibandingkan area pemakaman. Sangat terasa kalau auranya lebih menyeramkan. Berbeda dengan area pemakaman, meskipun sunyi, namun biasa-biasa saja.

Pelan-pelan aku melintasinya. Ketika sudah berada persis di depan gedung walet, tiba-tiba aku mendengar suara tawa cekikikan dari dalam bangunan itu. Kali ini lebih keras daripada yang beberapa hari lalu aku temui.

Sebelum aku berlari, sosok perempuan berkebaya mendadak muncul dari arah depanku.

Perempuan tua berkebaya itu bertanya dengan suaranya yang parau. Jelas sekali kalau perempuan tersebut adalah sosok yang kutemui di sekolahan.

Meskipun ketakutanku, namun aku tetap menjawab pertanyaan tersebut dengan gemetar.

Sejenak kami sama-sama terdiam mendengarkan dengan saksama tentang suara yang kuceritakan, namun suara itu tidak terdengar lagi hanya sepoi angin yang terdengar jelas.

Perempuan berkebaya itu kemudian mengajakku.

Sungguh aneh, aku yang sebelumnya ingin segera sampai rumah, justru ikut ajakannya. Digandeng tanganku, lalu diajak menuju bangunan tua tersebut.

Kepakkan sayap burung walet terdengar ditelinga saling berkejaran masuk ke dalam rumah, terdengar pula dan sisanya dari dalam.

Aku berjalan mengikuti langkah perempuan berkebaya dengan pelan-pelan dan hati-hati. Kami semakin mencengang saat masuk ke dalam.

Tiba-tiba suara tawa kembali terdengar.

Awalnya aku berniat langsung lari, tapi urung kulakukan karena tanganku masih dalam genggaman perempuan tersebut.

Di antara suara mengerikan yang belum juga lenyap, aku merasa kalau bagian dalam bangunan tersebut sangat lembap, banyak pula daun berserakan dan sangat terasa ketika tercium aroma bangkai yang sangat menyengat.

Aku tidak lagi merasa ada tangan yang memegangiku. Dalam keadaan gelap aku tidak bisa menemukan perempuan tersebut berada di sekitarku.

Burung-burung yang semula melintas cukup banyak pun sudah tidak ada lagi. Aku sangat ketakutan ketika teringat kisah warga bahwa yang masuk gedung ini tidak akan pernah bisa keluar lagi.

Dari pikiran itu, aku pun segera memanggil-manggil perempuan berkebaya, namun teriakan ketakutan itu tidak ada sahutan. Segera aku berbalik badan hendak keluar, dan tiba-tiba ada pemandangan yang tidak biasa muncul.

Aku melihat ada sosok manusia hitam legam, berambut panjang dengan mata melotot menyala merah. Sosok mengerikan itu jongkok menghadap ke arah yang hanya berjarak sekitar 3 meter.

Aku yakin itu bukanlah manusia.

Sesaat kemudian di kanan kirinya ada sepasang mata yang juga berwarna merah.

Aku tidak tahu makhluk apa itu. Beberapa menit kemudian semua menghilang saat muncul suara tawa cekikikan.

Aku melihat kemunculan perempuan berkebaya, tapi kali ini sosok itu tidak mendekatiku, melainkan hanya menatap saja dengan tajam, dan ternyata suara yang menyeramkan itu adalah suaranya.

Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis dan pasrah.

Aku semakin kalut, ketika secara tiba-tiba pintu tertutup dengan sendirinya.

Brak!

Dalam kepanikan aku pun berteriak kencang minta tolong, tapi perempuan berkebaya yang ternyata tidak sendirian masih saja terus memanggil-panggilku.

Tampaknya mereka tidak mendengar teriakanku yang sekuat tenaga.

Tiba-tiba pintu terbuka.

Krek .... 


Trakteer PakdeTraktir segelas kopi biar semangat nulis lagi.

Dan aku melihat ibu beserta paman. Mereka menemukanku yang dalam keadaan menangis ketakutan.

Ibu langsung mendekapku sambil menenangkan, sementara paman melihat kondisi di sekeliling.

Tidak ada yang aneh, tampak semua dalam keadaan biasa.

Setelah cukup tenang, kami pun pulang ke rumah.

****

“Apa yang terjadi padamu, Nak?” tanya ibu dengan nada khawatir.

Beberapa tetangga dan saudara yang menjenguk pun juga ikut bertanya.

Haruskah  aku menceritakan dengan jujur tentang apa yang kualami, dan entah apa yang terjadi andainya ibu dan paman tidak segera datang, yang pasti hal buruk pasti menimpaku.

“Ibu ‘kan sudah bilang. Jangan lewat jalan itu, tapi sudahlah, yang penting kamu tidak apa-apa, Nak,” ucap ibu dilanjutkan mengucap syukur.

****

Seusai mendengar ceritaku, semua orang gempar tentang penculikan bangsa gaib atas diriku. Mereka membesar-besarkan cerita sehingga bangunan gedung walet semakin angker di mata warga setempat.

Setiap orang tua menyuruh anaknya jangan melintas lewat sana.

Malam harinya badanku demam tinggi diselingi setiap kali mataku terpejam sosok perempuan berkebaya itu muncul dalam mimpiku. Dia datang dengan makhluk lainnya, sangat menyeramkan.

Aku diikat di dalam gedung walet tanpa diberi makan dan minum dan perempuan berkebaya itu menyebut kalau sebentar lagi aku akan menjadi putranya.

Kejadian demam itu langsung membuat ibu paham bahwa ada yang tidak benar denganku.

Segera ibu minta pendapat paman tentang keadaanku. Pada akhirnya paman menyuruh agar aku berobat pada dukun saja, karena apa yang telah aku alami bersangkutan dengan sesuatu di luar nalar dan andainya masih belum ada perubahan barulah dipercayakan berobat medis.

“Siapa orang pintar yang akan kita minta tolong, ha?” tanya ibuku.

Paman langsung menuju rumah Mbah Diro, salah satu tokoh yang paham tentang pelet dan ilmu gaib di kampungku. Beliau juga salah satu orang tua dengan ilmu kebatinan yang sudah dikenal masyarakat luas.

****

saran pamanku menjadi saran yang tepat, karena setelah diberi jampi-jampi oleh Mbah Diro, keadaanku membaik.

Aku mulai tenang dalam tidur, begitu pun dengan demam yang kualami mereda.

Mbah Diro tidak menjelaskan apa pun tentang sosok perempuan berkebaya yang kuceritakan. Beliau menyuruh agar kami semua lebih taat beribadah karena dengan iman yang kuat maka sosok tak kasat mata tidak akan mengganggu.

Sejak saat itu aku tidak pernah melewati gedung walet, begitu pun dengan anak lainnya.

Bepergian ke kampung sebelah hanya orang yang punya perkebunan dan persawahan di sana saja yang terbiasa dengan bangunan kuno tersebut.

 

BERSAMBUNG KE PART 4

Trakteer Pakde Traktir pakde segelas kopi.
Dukung Pakde Noto dengan turut memberikan kontribusi, nggeh.


Ikuti Blog dan nikmati tiap kisah yang bakal hadir beriktnya.










PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search