KEBO KANIGORO 2
SANG JAGOAN (KEBO KANIGORO EPISODE 2)
Ketegangan demi ketegangan itu membuat pihak keamanan mengawasi dua kubu itu dengan ketat.
Dan terjadilah bentrok seperti yang direncanakan, namun itu hanya terjadi sebentar saja karena dengan sigap langsung ditengahi oleh pihak keamanan.
Terlihat Ramso sangat marah. Dia menatap tajam pada pemuda yang telah berani mengganggu kawannya.
Sejenak kemudian suasana kembali tenang.
“Apa tidak sebaiknya kita habisi bareng-bareng saja, Kris?” tanya Theo saat melihat cukup banyak aparat yang mengamankan.
Setelah kembali berdiskusi, akhirnya itulah yang akan dilakukan. Mereka bersepakat meladeni Ramso pulang nanti.
****
Saat yang ditunggu pun tiba.
Begitu rombongan langsung menuju tempat parkir motor mereka, semua pemuda langsung menghujan batu yang membuat Ramso dan kawan-kawannya terkejut dan tidak bisa menghindar dari serangan.
Ketika persediaan batu menipis serangan dilanjutkan dengan kayu untuk mengejar mereka.
Kris sendiri menuju Ramso yang masih tegak berdiri, dan anehnya Ramso mampu meladeni setiap pukulan yang datang.
Meski ada darah yang keluar akibat lemparan batu, namun setiap pukulan kayu tidaklah melukai tubuhnya, justru kekuatan yang dimiliki Ramso bertambah.
Sambil berteriak keras Ramso menghampiri Kris. Tanpa gentar, Kris maju untuk melakukan duel dengannya, tapi hal itu terhenti ketika terdengar suara tembakan.
Dor!
Dor!
Dor!
Ternyata aparat datang untuk melerai perkelahian.
“Tunggu pembalasanku!” ucap Ramso dengan nada penuh dendam.
Sekejap kemudian Ramso pun melaju dengan motornya, meninggalkan beberapa kawannya yang tidak berdaya bersimbah darah.
Perkelahian itu berbuntut pada pelaporan di Polsek, di mana Pihak Ramso langsung menuntut hukuman penjara di pihak Theo, namun pada akhirnya terjadi kesepakatan damai yang diprakarsai seorang calon dewan. Theo pun diharuskan membayar denda.
****
Patungan.
Dengan saling bahu-membahu terkumpullah uang sebagai penebus. Sejak kejadian itu pemuda di kampung Theo untuk sementara waktu menjauhi keramaian di luar kampung, itu dilakukan atas saran dari orang tua masing-masing. Mereka takut jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, apalagi musuh yang dihadapi adalah Ramso.
Menurut warga di sekitar warung kopi, sudah beberapa kali Ramso datang bersama kawannya mencari Kris, namun secara kebetulan tidak pernah bertemu, tapi keterangan itu membuat kubu Krsis semakin waspada, takutnya jika mereka menyerang secara diam-diam.
****
Beberapa hari berselang.
Sedari pagi Kris yang dibantu Theo dan Didik membersihkan rumah.
Kris yang berencana tinggal di kampung bermaksud menjual sebagian lahan karet yang ada untuk usaha di sini, sedangkan yang sebagian disadap anak pakdenya di. Untuk hasil, Kris terserah padanya saja, yang penting ada kiriman uang.
“Kamu di sini rupanya?” Mbah Dongkol bertanya dan mengagetkan mereka yang tengah asyik bercanda.
Kris kemudian menyuruh beliau masuk, dan setelah duduk di kursi, Mbah Dongkol langsung menyampaikan tujuannya.
Dengan serius beliau memperingatkan Kris bahwa ada ancaman yang dilontarkan Ramso.
Untuk meyakinkan ucapannya, beliau kemudian bercerita kalau Mbah Dongkol yang tadi mendengar ancaman itu dari mulut Ramso sendiri, tepatnya ketika Mbah Dongkol pulang dari ladang.
Begitu hampir sampai di jalan kampung, tanpa sengaja Mbah Dongkol melihat Ramso berbincang dengan Arman. Padahal Arman adalah pemuda kampung sini yang juga ikut sebagai anggota Karang Taruna. Di dalam perbincangan tersebut, Ramso menyiapkan strategi untuk melumpuhkan Kris, bahkan dalam ucapannya Ramso akan membunuh Kris.
Mbah Dongkol membeberkan tentang rencana Ramso melibatkan Arman. Ramso akan menyuruh Arman untuk mengajak keluar. Ramso sendiri menunggu di suatu tempat untuk menyerang sehingga tidak tampak bahwa Arman adalah musuh dalam selimut.
Mendengar penuturan Mbah Dongkol, membuat Theo mengajak untuk menjebak Ramso, namun ide itu dilarang Mbah Dongkol. Beliau memperingatkan bahwa Ramso bukanlah tandingan mereka.
mendengar ucapan tersebut tentu membuat Kris berontak, karena baginya Ramso sama saja dengan yang lain, ya sama-sama manusia yang makan nasi.
Kris tahu, meskipun warga mengatakan bahwa Ramso mewarisi kesaktian kakeknya, dan sepertinya itu memang terbukti dari perkelahian waktu itu. Meski menjadi sasaran batu dan kayu, namun tubuh Ramso sepertinya tidak mempan.
“Ramso itu punya jimat Kebo Kanigoro dan punya pegangan keris warisan dari kakeknya,” ucap Mbah Dongkol kembali mengingatkan.
Kris yang penasaran dengan ilmu tersebut menanyakan dengan rinci tentang asal muasalnya, karena nama ilmu Kebo Kanigoro tidaklah terkenal sama sekali.
Mbah Dongkol yang mempunyai banyak waktu pun mulai berkisah.
****
“Dulu ....”
“Kakeknya Ramso dulunya adalah kawanku.”
“Di masa muda dulu, kami selalu melakukan pencarian barang gaib dan ilmu klenik secara bersama-sama, akan tetapi seiring bergulirnya waktu mulai tampak perbedaan di antara kami.”
“Aku lebih suka keilmuan yang memakai lafal Arab, karena aku tidak suka jenis ilmu yang menyimpang dari agama yang dianut. Sedangkan kakeknya Ramso menyukai segala ilmu, namun lebih condong pada ilmu yang berakhiran hitam.”
“Dari perbedaan itulah akhirnya aku mulai menjauh, tepatnya ketika diajak mempelajari ilmu Kebo Kanigoro yang merupakan ilmu kesaktian tingkat tinggi.”
“Dalam sejarahnya, Kebo Kanigoro merupakan seorang yang terlahir dari Trah Majapahit.”
“Urut-urutan sejarahnya dimulai dari Prabu Brawijaya 5 menikahi Putri Campa yakni Dewi Anarawati, lalu lahirlah 3 anak.”
“Yang pertama dinikahkan dengan Adipati Handayaningrat 4, penguasa wilayah Pengging.”
“Yang kedua Raden Lembu Peteng, berkuasa di Madura, dan yang ketiga Raden Joko Gugur.”
“Dari Adipati Handayaningrat 4 dan putri sulung Prabu Brawijaya 5 inilah terlahir Raden Kebo Kanigoro dan Raden Kebo Kenongo.”
“Selisih usia mereka hanya satu tahun. Kebo Kanigoro lahir 1472 Masehi, sedangkan Kebo Kenongo 1473 Masehi.”
“Kebo Kanigoro sudah meninggalkan istana sejak muda. Niatnya pergi meninggalkan Pengging untuk menjadi pertapa muda, dan Raden Kebo Kanigoro merupakan tokoh legendaris yang terkait dalam rentetan perpolitikan empat kerajaan yakni Majapahit, Demak, Pajang, dan Mataram.”
“Raden Kebo Kanigoro merupakan sosok satria.”
“Melihat gelombang kekuatan Demak yang dibarengi dengan penaklukan politik dan perluasan wilayah kekuasaan, secara diam-diam Kebo Kanigoro menjadi simbol perlawanan terhadap Demak.”
“Ada banyak liku-liku hidup yang harus dilaluinya, mulai dari pengejaran dari pihak yang tidak senang terhadap pribadinya, hingga perjalanan hidup yang sering berpindah-pindah tempat karena mencari keselamatan jiwa.”
“Dalam perjalanan hidupnya yang berpindah-pindah tersebut Kebo Kanigoro sering berganti nama samaran, agar tidak diketahui identitas dirinya, begitu pula putra keturunan dan keluarganya juga selalu berganti nama samaran untuk selamatan mereka.”
“Dari perjalanan itulah dia meninggalkan jejak sampai sekarang.”
“Ketika diyakini Kebo Kanigoro meninggal secara moksa, namun karena sikapnya yang menjadi pemberontak, maka para wali menyepakati bahwa keilmuan Kebo Kanigoro yang dianggap ampuh adalah salah satu jenis ilmu sesat, hal itu ditujukan agar masyarakat tidak ikut bergabung di dalamnya sebagai pemberontak.”
“Dari beberapa tempat petilasan itulah yang menjadikan para pemburu ilmu melakukan tirakat termasuk kakeknya Ramso, dan dia mampu memiliki ilmu yang dikenal dengan ilmu Kebo Kanigoro.” Mbah Dongkol menghentikan ceritanya.
“Apa ilmu itu tidak ada pengapesannya, Mbah?” tanya Kris.
Mbah Dongkol memberi jawaban bahwa sumpah pun pasti ada pantangan dan pengapesannya, akan tetapi Mbah Dongkol tidak memberitahu. Beliau masih berharap ada perubahan pada diri Ramso.
“Jika memang Ramso kelewat batas nanti akan kuberitahukan pengapesannya,” ucap Mbah Dongkol.
Akhir obrolan selesai.
Sebelum berpamitan, Mbah Dongkol kembali mengingatkan agar mereka mengikuti ucapannya untuk sebisa mungkin menghindari Ramso.
****
Waktu kembali bergulir.
Kris dan Didik bekerja sebagai tukang parkir di sebuah kawasan wisata bersama dua orang asli daerah tersebut. Mereka membagi waktu siang dan malam, dan selama menekuni pekerjaan itu Kris di dan Theo mulai menghilangkan dendam pada Ramso.
Mereka mulai sadar akan masa depan, tidaklah selamanya hidup dalam pusaran kekerasan dan selalu penuh masalah. Mereka mulai melihat hari-hari mendatang dan butuh waktu panjang untuk menyiapkan kebahagiaan.
Di kawasan parkiran itu Kris pun mengenal Saripah. Dia adalah anak dari salah satu pemilik warung di sana, hingga terjalin asmara di antara mereka.
Kris tidak peduli dengan status janda tanpa anak yang melekat, asalkan cocok dan nyambung baginya sudah cukup.
Dengan kesopanan yang ditunjukkan, dia yakin Saripah akan menjadi pendamping hidup yang sempurna. Dia berdoa yang terbaik untuk hubungan yang terjalin.
Kris yang mulai menatap masa depan dengan kesungguhan kembali dibayangi dengan kehadiran Ramso. Jagoan itu mulai merambah kawasan wisata dan selalu membuat onar.
Kali ini Ramso melakukan hal kotor dengan memalak para wisatawan yang berkunjung. Ini tentu saja membuat marah pelaku objek wisata maupun warga sekitar, namun saat mereka tahu kekuatan yang dimiliki Ramso, maka tidak ada seorang pun yang berani berhadapan langsung. Mereka hanya bisa berbicara di belakang mencari cara untuk singkirkan Ramso dari kawasan tersebut.
BERSAMBUNG KE PART 3

No comments:
Post a Comment