Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

PART 3 SANG BIDUAN

 PART 3


Wahyuni yang sudah cukup akrab dengan biduan itu kembali memohon agar belajar lebih banyak lagi lagu-lagu panggung, terutama lagu lawas yang belum dikuasai, namun percakapan mereka segera berakhir ketika Cipto bergabung. Dia suruh adiknya lekas ke kamar karena malam sudah larut. 


Suryati tersenyum kecil saat melihat Wahyuni melempar bantal dari kursi tempat duduknya ke wajah Cipto kemudian berlalu menuju kamarnya.


Sebentar kemudian suasana canggung tiba-tiba, di mana Suryati yang terduduk berhadapan.  Suasana yang tidak pernah terlihat sebelumnya. “Malam ini Kamu tampak lebih cantik.”

“Memangnya kemarin-kemarin jelek ya, Kang?”

“Kalau kemarin-kemarin tampak manis.” ucapan itu membuat Suryati tersipu malu.

“Yati, apa kamu mau menjadi bagian dari tulang rusukku?”

Kata-kata itu menyesakkan nafas Suryati. Dia tidak menyangka mimpinya selama ini akan menjadi nyata.

Orang yang dicintai benar-benar menyatakan perasaannya. “Maksud kita sudah dewasa. Bukan waktunya bagi kita untuk berpacaran, Yati. Aku ingin kita menyatu dalam ikatan pernikahan. Apakah kamu bersedia, Yati. Aku mencintaimu tulus.” kata itu membuat sesak jantung Suryati. getaran kuat merasuki setiap bagian tubuhnya dan dia tidak mampu menahan bulir air mata bahagia yang memaksa mengalir.

malam ini menjadi saksi sejarah awal kasih di antara mereka. kebahagiaan yang tidak terbatas bagi Suryati. dia mendapatkan mimpinya untuk bersanding dengan orang yang sangat dicintai.

****

Aryani melihat kedekatan kakaknya dengan Cipto semakin merasa iri. apalagi selama ini Cipto menjadi Pujaan setiap biduan.

Akhirnya timbul niat jahat Aryani untuk merebut Cipto dari kakaknya. Dia ingin membuktikan bahwa dialah wanita yang mampu mendapatkan segala keinginannya, tapi setiap kali dia mendekati dan merayu Cipto, lelaki itu selalu mengacuhkannya.

 Di tengah rasa kecewa itu, dia terus mencari cara untuk meluluhkan hati Cipto. Hingga malam itu, setelah selesai manggung, dia masuk kamar ganti.

Di sana dia sangat terkejut saat melihat keberadaan seorang nenek. Rambutnya tergerai panjang pemutih dengan pakaian zaman tahun 60-an. Nenek tersebut masih tampak berwibawa dengan sisa kecantikannya.

Dia berdiri di dekat kursi rias seolah sudah menunggu kedatangan Aryani.

Aryani tak bicara sepatah kata pun saat nenek itu menyuruhnya memejamkan mata. Aryani yang masih berdiri di dekat pintu menurut saja. Dengan bingung dan penuh tanda tanya dalam mata terpejam itu dia merasakan ada sesuatu yang masuk di alis kirinya. Kemudian dia merasakan panas menjalari setiap bagian tubuhnya.

Keadaan yang terjadi beberapa detik itu disusul dengan suara sang nenek membaca mantra.

Semua senyap saat salah satu teman Aryani masuk dan mengajaknya buruan.

 Ketika membuka mata nenek itu juga sudah menghilang secara misterius. Sejenak Aryani masih mematung. Getaran di tubuhnya lenyap. Pikirannya masih belum bisa mencerna tentang apa yang baru saja terjadi.

Sebentar kemudian dia tinggalkan kamar itu dan pulang.

****

Sesampai di rumah, dia terus pikiran tentang hal yang baru dialaminya.

Setelah mandi dan berganti pakaian dia pun menuju ranjang. Aryani merasakan ada keistimewaan baru di penampilannya, seolah lebih sempurna.

Setelah tersenyum sendiri, dia pun terlelap.

Beberapa menit kemudian mimpi yang seolah nyata memasuki alam tidurnya. Dilihat seorang wanita muda yang sekelas cantik mirip dirinya. Wanita itu berpakaian sama dengan yang dipakai nenek yang ditemuinya tadi. Dengan cepat wanita tersebut menarik tangannya!

Aryani diajak masuk ke dalam hutan yang di tengah hutan terdapat sebuah gua. Di dalamnya terpancar cahaya merah darah. Kemudian wanita itu melepas genggaman tangannya lalu masuk meninggalkan Aryani.

Wanita itu melewati mulut gua dengan suara tertawa yang menakutkan. Suara itu memantul sangat kuat.

Tidak berapa lama kemudian ia kembali keluar, masih terlihat memakai baju biduan zaman 60-an, tapi wajahnya berubah menjadi nenek yang pernah menemui Aryani semalam.

Lantas Aryani diberi segenggam jarum peniti terbuat dari emas. Jarum itu bercampur dengan mutiara dan sayap hewan disusul tawa dari nenek itu tanpa memberi pesan apa pun. Suara tawa keras sampai membuat Aryani terasa pekak.

Aryani pun terbangun sambil menutup kedua telinganya, dan ketakutan itu berlanjut, saat Aryani melihat nenek tersebut sudah berada di dalam kamar, berdiri di samping ranjang sambil menatap tajam ke arahnya.

Tawa sang nenek menggema menembus telinga Aryani yang masih ditutup telapak tangan. Di dalam ketegangan itu Aryani menjerit dan pejamkan mata. Tanpa dia sadari nenek itu sudah lenyap bersama suara tawa yang menjauh.

****

Setelah malam itu Aryani menjadi lebih memikat, bukan di kalangan lelaki berumur saja, para pemuda juga tergila-gila padanya termasuk Cipto.

Entah mengapa belakangan ini bayangan Aryani mampu menggusur cintanya pada Suryati, perempuan yang sudah diputuskan menjadi istrinya itu malah mulai diacuhkan dan Cipto ada niatan untuk memiliki adiknya Aryani.

Malam semakin gelap saat mendung berputar di angkasa. Dengan sepeda motornya, Cipto melaju pelan di jalan terjal perkampungan. Entah kapan jalan itu akan diaspal seperti jalanan di perkotaan.

Dia langsung balik arah setelah mengantar Suryati pulang. Malam ini seharian mereka mempersiapkan segala sesuatu untuk pernikahan mereka dua bulan depan. meski hati Cipto berontak, namun dia tetap memegang janjinya.

Nama Aryani tidak bisa hilang sama sekali, terus mengejar di setiap waktunya, seolah dia telah terpedaya.

“Ini tidak benar. Pernikahan ini harus dibatalkan,” gumamnya Cipto bertekad untuk mengungkapkan hal itu pada keluarganya. Dia akan memutus pertunangan dengan Suryati.

Selama ini Cipto tinggal bersama ibu, adik, dan kakaknya. Ayahnya yang sebagai sopir truk di kota telah meninggal dalam suatu kecelakaan maut.

Ibunya bernama Baidah, merupakan seorang penjahit kampung yang selama ini mampu menjadi tulang punggung keluarga.

Sedangkan kakaknya yang mempunyai orkes zaman dulu disebut gambus, sekarang hanya menyibukkan diri dengan pekerjaan ringan di rumah dari kakeknya. Dari situlah Cipto mendapat ilmu tentang bermusik.

Sementara adiknya Wahyuni, baru saja lulus SMA. Tidak kuliah karena keterbatasan biaya. Kini adiknya itu belajar menjadi biduan dari Suryati. Sekali-kali dia ditampilkan menjadi biduan panggung untuk mengasah rasa percaya diri.

****

“Aryani, mau ke mana kamu,” ucap Cipto sambil menghentikan laju motor. Dia melihat Aryani berjalan sendirian di sisi jalan yang sepi. Dalam sorot lampu motor senyum genit itu begitu menggoda Cipto.

“Maafkan. Boleh ya aku numpang.” Aryani beralasan kalau kunci pagar rumahnya hilang sehingga tidak bisa masuk ke dalam. “Rencananya sih mau ke rumah Andini, tapi karena ada Akang, boleh kan kalau ke rumah Akang saja.” Kembali Aryani berucap dengan tatapan mata yang memperdaya.

Cipto yang selama ini menunggu kesempatan itu langsung saja menyuruhnya naik ke motor. Dia telah terpikat, ada perasaan cinta yang datang dan teramat sangat. Akhirnya Aryani diizinkan menginap di rumahnya.

Sesampai di rumah, Aryani langsung duduk di ruang tamu. Suasana rumah tampak sepi karena semua sudah berada di kamar masing-masing. Mereka pun mulai bercakap-cakap.

BERSAMBUNG KE PART 4

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search