Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

PENGANUT ILMU PARAKANG PART 2

 PART 2


Bulan berganti.

Rumah tangga  Umar dan Jubaidah semakin memperlihatkan kebahagiaan.

Selain dari segi ekonomi yang semakin berkecukupan bidan kampung juga menyatakan kalau Jubaidah akan segera memiliki momongan.

Tentu kabar tersebut membuat mereka tambah berbunga-bunga. Hal itu pula yang dirasakan oleh orang tua Jubaidah, mereka tidak salah telah menjodohkan putrinya dengan lelaki yang tepat.

Dalam kegembiraannya  Umar yang tidak berkunjung ke rumah kawannya kembali ditemui oleh Melati, mantan kekasihnya yang masih belum menemukan pasangan itu.

Melati kembali memberitahukan hal yang sama. Bahkan dia bersedia menunjukkan apa yang telah diperbuat oleh Jubaidah bersama Hidayat.

“Aku mencintai istriku, Melati, dan aku percaya padanya,” ucap  Umar sambil berlalu.

Dia telah membuang jauh perasaannya semenjak menikah dengan Jubaidah meski masih belum bisa melupakan kenangan indah yang pernah terlewati dengan Melati.

Melati orang yang dicintainya itu benar-benar telah berubah.

****

Malamnya.

 Umar yang duduk sendirian di teras rumah memikirkan ucapan Melati.

Seharusnya hal itu tidak menjadi masalah, tapi entah kenapa dia merasa seolah Melati ingin menyampaikan kebenaran.

Dalam lamunannya itu tiba-tiba dia dikejutkan dengan kemunculan kucing hitam pekat yang terdiam menatapnya tajam. Matanya tidak seperti kucing kebanyakan, tapi terlihat gelap.

Tidak pernah  Umar melihat penampakan kucing tersebut.

Yang lebih aneh adalah cara berdiri hewan tersebut terlihat menunduk. Sedangkan kaki belakangnya lebih panjang.

Ketika hendak bangkit mendekat, kucing tersebut telah pergi entah ke mana.

Belum reda rasa penasarannya,  Umar kembali dibuat kelimpungan ketika istrinya berteriak histeris.

“Akh”

Segera dia masuk ke dalam untuk mencari tahu apa yang terjadi.

Perasaan  Umar semakin cemas ketika terlihat bercak darah di lantai, sementara istrinya dalam kondisi pingsan tergeletak di lantai tanah.

Darah segar terlihat masih mengalir dari selangkangannya.

Sebelum menolong istrinya mata  Umar menangkap sosok kucing hitam yang mulutnya berlumuran darah. Kucing hitam itu menatap  Umar sebelum akhirnya menghilang.

****

Malam itu di perkampungan menjadi ramai.

Orang-orang berdatangan ke rumah  Umar.

Ketua adat melakukan satu ritual demi menyelamatkan nyawa Jubaidah yang menurutnya telah menjadi korban sosok Parakang.

Penjelasan itu pun seketika membuat warga gentar.

Makhluk menakutkan itu kembali meneror setelah setahun lebih tidak menampakkan diri.

Peristiwa kemunculan Parakang yang pernah terjadi kala itu masih menyisakan trauma bagi sebagian warga yang kerabatnya menjadi korban. Sayang makhluk jadi-jadian itu lebih dulu raib sebelum ditemukan dan dihabisi oleh warga.

Nyawa Jubaidah masih terselamatkan meski kandungannya harus diangkat. Jubaidah pun harus menerima keadaan tersebut, sementara kondisi desa terus dihantui ketegangan.

Setelah kejadian malam itu beberapa nyawa melayang dengan sosok Parakang yang disebut sebagai dalangnya.

Untuk memburu makhluk jadi-jadian itu tetua adat telah membekali beberapa warga sebagai pemburu Parakang dengan kain mori lipat tujuh yang diyakini nila membawa barang tersebut maka dengan mudah akan melihat sosok Parakang jika berada di sekitar.

Maklum saja sosok Parakang yang diketahui bisa melihat tembus pandang itu selalu terhindar terlebih dahulu.

Selain itu, para pemburu juga dibekali dengan tongkat yang disisipi kayu sebagai alat pemukul.

Saran ketua adat jika melihat Parakang maka cukup dipukul sekali saja dengan tongkat tersebut.

****

Setelah lebih sebulan.

Akhirnya perburuan Parakang pun membuahkan hasil. Hal itu bermula ketika salah seorang warga bernama Endang diketahui sedang hamil anak pertama.

Pengintaian pun difokuskan pada wanita muda itu dan bertepatan dengan bulan purnama.

Muncullah seekor kucing hitam pekat menuju rumah Endang.

Dengan cekatan para pemburu keluar dari persembunyian lalu mengepung.

Salah satu dari mereka langsung memukul kucing tersebut tanpa memberi kesempatan berlari, namun setelah pemukulan itu, kucing hitam pekat tersebut langsung lenyap tanpa jejak.

Kejadian itu membuat desa menjadi aman kembali. Tidak ada teror Parakang yang mengambil korban.

****

Seminggu kemudian.

Warga dikejutkan dengan ditemukannya jasad Hidayat yang sudah membusuk.

Yang pertama kali menemukan adalah Jubaidah yang sedang berkunjung.

Kejadian tersebut sekaligus membuka kebenaran bahwa antara Hidayat dan Jubaidah masih terjalin hubungan dekat.

Karena setelah suaminya melaut, Hidayat tidak datang seperti biasanya, maka Jubaidah pun datang menjenguk.

Dia pun menangis tidak percaya saat melihat Hidayat sudah membengkak dengan bau busuk menyengat.

Memang rumah Hidayat yang merupakan rumah kosong milik kepala desa dan letaknya di ujung kampung.

Selain jarang dilewati warga rumah, tersebut juga jauh dari pemukiman lain.

Para guru kawan-kawan Hidayat juga tidak menjenguk karena sebelumnya itu Hidayat sudah berkata kalau akan mengunjungi keluarganya di luar daerah.

Dari kematian Hidayat itu dengan tegas tetua adat mewartakan bahwa Hidayat menjadi Parakang.

Seharusnya ilmunya sempurna dan tidak menjadi Parakang lagi setelah memakan janin anaknya sendiri dari rahim Jubaidah, tapi mungkin masih ada perjanjian baru yang membuatnya masih meneruskan hidup sebagai makhluk jadi-jadian.

****

Setahun kemudian.

Matahari hampir tenggelam ketika  Umar meninggalkan makam istrinya. Dia Melangkah dengan wajah diselimuti duka setelah ditemukannya jasad Hidayat, istrinya seolah dihantui rasa bersalah dan  menjadi pemurung serta menyendiri, padahal  Umar tidak mempermasalahkan perselingkuhan yang telah dilakukan Jubaidah.  Umar Tetap Mencintai Jubaidah dengan sepenuh hati.

Penyebab kematian Jubaidah adalah pada saat  Umar sedang melaut Jubaidah yang mungkin tidak kuat dengan masalahnya menceburkan diri ke laut dan ketika warga melihatnya sosok Jubaidah sudah tidak bernyawa lagi.

Langkah  Umar terhenti ketika dia melihat sungging senyum dari bibir Melati. Perempuan ayu itu sedang menunggunya di sebuah pondok milik salah seorang warga setelah tahu siapa sosok Parakang sesungguhnya.

 Umar pun meminta maaf karena sempat memarahinya kala itu.  Umar membalas senyum manis itu lalu mendekatinya.

Mereka pun menikmati senja sambil menatap jauh gemuruh laut.

Mungkin cinta yang terhenti akan kembali merayap di hati mereka.

SELESAI

 

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search