PENGANUT ILMU PARAKANG PART 2
PART 2
Bulan berganti.
Rumah tangga Umar dan Jubaidah
semakin memperlihatkan kebahagiaan.
Selain dari segi ekonomi yang semakin berkecukupan bidan kampung
juga menyatakan kalau Jubaidah akan segera memiliki momongan.
Tentu kabar tersebut membuat mereka tambah berbunga-bunga. Hal
itu pula yang dirasakan oleh orang tua Jubaidah, mereka tidak salah telah menjodohkan
putrinya dengan lelaki yang tepat.
Dalam kegembiraannya Umar yang tidak berkunjung ke rumah kawannya
kembali ditemui oleh Melati, mantan kekasihnya yang masih belum menemukan
pasangan itu.
Melati kembali memberitahukan hal yang sama. Bahkan dia
bersedia menunjukkan apa yang telah diperbuat oleh Jubaidah bersama Hidayat.
“Aku mencintai istriku, Melati, dan aku percaya padanya,” ucap
Umar sambil berlalu.
Dia telah membuang jauh perasaannya semenjak menikah dengan
Jubaidah meski masih belum bisa melupakan kenangan indah yang pernah terlewati dengan
Melati.
Melati orang yang dicintainya itu benar-benar telah berubah.
****
Malamnya.
Umar yang duduk
sendirian di teras rumah memikirkan ucapan Melati.
Seharusnya hal itu tidak menjadi masalah, tapi entah kenapa
dia merasa seolah Melati ingin menyampaikan kebenaran.
Dalam lamunannya itu tiba-tiba dia dikejutkan dengan
kemunculan kucing hitam pekat yang terdiam menatapnya tajam. Matanya tidak
seperti kucing kebanyakan, tapi terlihat gelap.
Tidak pernah Umar
melihat penampakan kucing tersebut.
Yang lebih aneh adalah cara berdiri hewan tersebut terlihat menunduk.
Sedangkan kaki belakangnya lebih panjang.
Ketika hendak bangkit mendekat, kucing tersebut telah pergi
entah ke mana.
Belum reda rasa penasarannya, Umar kembali dibuat kelimpungan ketika
istrinya berteriak histeris.
“Akh”
Segera dia masuk ke dalam untuk mencari tahu apa yang terjadi.
Perasaan Umar semakin
cemas ketika terlihat bercak darah di lantai, sementara istrinya dalam kondisi
pingsan tergeletak di lantai tanah.
Darah segar terlihat masih mengalir dari selangkangannya.
Sebelum menolong istrinya mata Umar menangkap sosok kucing hitam yang mulutnya
berlumuran darah. Kucing hitam itu menatap Umar sebelum akhirnya menghilang.
****
Malam itu di
perkampungan menjadi ramai.
Orang-orang berdatangan ke rumah Umar.
Ketua adat melakukan satu ritual demi menyelamatkan nyawa
Jubaidah yang menurutnya telah menjadi korban sosok Parakang.
Penjelasan itu pun seketika membuat warga gentar.
Makhluk menakutkan itu kembali meneror setelah setahun lebih tidak
menampakkan diri.
Peristiwa kemunculan Parakang yang pernah terjadi kala itu
masih menyisakan trauma bagi sebagian warga yang kerabatnya menjadi korban. Sayang
makhluk jadi-jadian itu lebih dulu raib sebelum ditemukan dan dihabisi oleh
warga.
Nyawa Jubaidah masih terselamatkan meski kandungannya harus
diangkat. Jubaidah pun harus menerima keadaan tersebut, sementara kondisi desa
terus dihantui ketegangan.
Setelah kejadian malam itu beberapa nyawa melayang dengan
sosok Parakang yang disebut sebagai dalangnya.
Untuk memburu makhluk jadi-jadian itu tetua adat telah
membekali beberapa warga sebagai pemburu Parakang dengan kain mori lipat tujuh
yang diyakini nila membawa barang tersebut maka dengan mudah akan melihat sosok
Parakang jika berada di sekitar.
Maklum saja sosok Parakang yang diketahui bisa melihat tembus
pandang itu selalu terhindar terlebih dahulu.
Selain itu, para pemburu juga dibekali dengan tongkat yang
disisipi kayu sebagai alat pemukul.
Saran ketua adat jika melihat Parakang maka cukup dipukul
sekali saja dengan tongkat tersebut.
****
Setelah lebih sebulan.
Akhirnya perburuan Parakang pun membuahkan hasil. Hal itu bermula
ketika salah seorang warga bernama Endang diketahui sedang hamil anak pertama.
Pengintaian pun difokuskan pada wanita muda itu dan bertepatan
dengan bulan purnama.
Muncullah seekor kucing hitam pekat menuju rumah Endang.
Dengan cekatan para pemburu keluar dari persembunyian lalu mengepung.
Salah satu dari mereka langsung memukul kucing tersebut tanpa
memberi kesempatan berlari, namun setelah pemukulan itu, kucing hitam pekat
tersebut langsung lenyap tanpa jejak.
Kejadian itu membuat desa menjadi aman kembali. Tidak ada
teror Parakang yang mengambil korban.
****
Seminggu kemudian.
Warga dikejutkan dengan ditemukannya jasad Hidayat yang sudah
membusuk.
Yang pertama kali menemukan adalah Jubaidah yang sedang
berkunjung.
Kejadian tersebut sekaligus membuka kebenaran bahwa antara Hidayat
dan Jubaidah masih terjalin hubungan dekat.
Karena setelah suaminya melaut, Hidayat tidak datang seperti
biasanya, maka Jubaidah pun datang menjenguk.
Dia pun menangis tidak percaya saat melihat Hidayat sudah
membengkak dengan bau busuk menyengat.
Memang rumah Hidayat yang merupakan rumah kosong milik kepala
desa dan letaknya di ujung kampung.
Selain jarang dilewati warga rumah, tersebut juga jauh dari pemukiman
lain.
Para guru kawan-kawan Hidayat juga tidak menjenguk karena
sebelumnya itu Hidayat sudah berkata kalau akan mengunjungi keluarganya di luar
daerah.
Dari kematian Hidayat itu dengan tegas tetua adat mewartakan
bahwa Hidayat menjadi Parakang.
Seharusnya ilmunya sempurna dan tidak menjadi Parakang lagi
setelah memakan janin anaknya sendiri dari rahim Jubaidah, tapi mungkin masih
ada perjanjian baru yang membuatnya masih meneruskan hidup sebagai makhluk
jadi-jadian.
****
Setahun kemudian.
Matahari hampir tenggelam ketika Umar meninggalkan makam istrinya. Dia
Melangkah dengan wajah diselimuti duka setelah ditemukannya jasad Hidayat, istrinya
seolah dihantui rasa bersalah dan menjadi
pemurung serta menyendiri, padahal Umar
tidak mempermasalahkan perselingkuhan yang telah dilakukan Jubaidah. Umar Tetap Mencintai Jubaidah dengan sepenuh
hati.
Penyebab kematian Jubaidah adalah pada saat Umar sedang melaut Jubaidah yang mungkin tidak
kuat dengan masalahnya menceburkan diri ke laut dan ketika warga melihatnya
sosok Jubaidah sudah tidak bernyawa lagi.
Langkah Umar terhenti
ketika dia melihat sungging senyum dari bibir Melati. Perempuan ayu itu sedang
menunggunya di sebuah pondok milik salah seorang warga setelah tahu siapa sosok
Parakang sesungguhnya.
Umar pun meminta maaf karena
sempat memarahinya kala itu. Umar
membalas senyum manis itu lalu mendekatinya.
Mereka pun menikmati senja sambil menatap jauh gemuruh laut.
Mungkin cinta yang terhenti akan kembali merayap di hati
mereka.
SELESAI
No comments:
Post a Comment