Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

ABU NAWAS DAN JENDERAL LUMPUH

 ABU NAWAS



Idham Alimudin, dia dulunya merupakan Jenderal perang yang sangat terkenal dan disegani. Ahli siasat perang, jago negosiasi, dan juga kaya raya, akan tetapi karier berperangnya berakhir setelah mengalami kelumpuhan. Di mana saat dirinya memimpin perang melawan Byzantium.

Setelah berselang lama, anak istrinya juga ikut terbunuh. Akhirnya ia pun memilih untuk pensiun menjadi tentara.

Kini Sang Jenderal hidup seorang diri dengan kekayaan yang berlimpah.

Meskipun sudah tua dan menderita kelumpuhan, naluri menantang orang masih melekat pada diri Sang Jenderal, namun kali ini bukan menantang adu kekuatan fisik melainkan kekuatan pikiran.

Rupanya ia bukan hanya ingin dikenal sebagai Jenderal perang, tapi ia juga ingin dikenal sebagai tokoh yang paling cerdik dan pandai di kota Baghdad. Untuk itulah ia tak segan-segan memberikan banyak hadiah bagi siapa saja yang bisa menjawab teka-tekinya.

Sampai hari ini sudah 100 orang lebih yang dia tantang, namun tak satu pun dari mereka yang berhasil menjawabnya.

Total pertanyaan yang diajukan Jenderal ada tiga, tapi uniknya dari permainan sang Jendral apabila berhasil menjawab pertanyaan pertama dan kedua, tapi gagal menjawab pertanyaan yang ketiga. Maka semua hadiahnya dianggap menjadi gugur.

Pernah suatu kali ada orang yang menerima tantangan Sang Jenderal, tapi pada pertanyaan yang ketiga ia gagal menjawabnya.

“Aku kesal dengan Jenderal lumpuh itu. Pertanyaan pertama dan kedua berhasil aku jawab. Sayangnya aku tak bisa menjawab di pertanyaan yang ketiga,” ucapnya kesal kepada kawannya.

“Memangnya apa pertanyaan yang ketiga?” tanya kawannya.

“Dia bertanya siapa malaikat yang menyiksa manusia di neraka. Langsung saja aku jawab Malaikat Malik, tapi dia bilang jawabanku katanya salah,” balas lelaki itu.

“Jawabanmu, ‘kan benar. Kenapa disalahkan?” tanya kawannya heran.

“Waduh aku kira kamu pintar. Bukan itu jawabannya. Malaikat Malik, ‘kan malaikat penjaga neraka yang menyiksa manusia itu namanya Malaikat Zabaniah,” ujarnya menjelaskan.

****

Hari berikutnya datanglah seorang pemuda ke rumah Sang Jenderal. Pemuda itu terkenal paling cerdik dan pandai di kampungnya. Ia menerima tantangan Sang Jenderal untuk menjawab teka-tekinya, namun seperti penantang-penantang lain, ia harus mengalami kegagalan.

Karena kecewa pemuda itu berkata, “Wahai, Jendral. Apakah Anda, berani menantang Abu Nawas?”

Sang Jenderal merasa tertarik dengan tawaran tersebut.

“Wah! Ide bagus itu. Sampaikan kepada Abu Nawas. Saya ingin menantang dia!” ucap Sang Jenderal.

Maka pergilah pemuda itu ke rumah Abu Nawas. Ia menyampaikan tantangan debat dari Sang Jenderal.

****

Sementara Sang Jenderal menyiapkan pertanyaan yang lain dari biasanya. Bisa dibilang kali ini teka-tekinya sangat sulit dipecahkan mengingat reputasi Abu Nawas adalah orang yang terkenal paling cerdik di kota Baghdad. Oleh karenanya Sang Jenderal sangat berhati-hati dan tidak sembarangan dalam membuat pertanyaan dan ini adalah kesempatan besar bagi Sang Jenderal untuk bisa mengalahkan Abu Nawas.

****

Esok harinya datanglah Abu Nawas ke rumah Sang Jenderal.

Setibanya di sana, Abu Nawas langsung disambut dan dijamu berbagai macam hidangan lezat.

“Wahai, Abu Nawas. Sebelum kita memulai permainannya mari kita makan dulu, biar badanmu kuat, Abu Nawas,” ajak Sang Jenderal.

Singkat cerita setelah mereka berdua selesai makan Sang Jenderal berkata begini, “Abu Nawas, saya ada tiga pertanyaan yang harus kamu jawab dengan benar. Kalau kamu bisa menjawab semuanya saya akan memberimu hadiah 1000 Dinar, tapi kalau kamu tidak bisa menjawabnya, sebagai hukumannya kamu harus berpidato di depan umum dan memberitahu kepada orang-orang kalau aku adalah pujangga paling pintar di kota Baghdad.”

Mendengar tawaran tersebut Abu Nawas langsung terperanjat.

Tanpa basa-basi ia pun langsung menerima tantangan tersebut.

“Baiklah, Abu Nawas, tapi permainan kali ini ada peraturannya,” ucap Sang Jenderal.

“Apa itu peraturannya?”

“Banyak, Abu Nawas. Kamu harus menutup matamu dengan kain dan kamu harus menggendongku menuju suatu tempat,” ujar Sang Jenderal.

“Baiklah. Saya setuju,” balas Abu Nawas.

Maka Abu Nawas langsung menggendong sang Jendral dengan keadaan mata tertutup.

****

Setelah berjalan agak lama sampailah mereka di tempat peternakan unta milik Sang Jenderal.

“Berhenti, Abu Nawas. Kita sudah sampai,” kata Sang Jenderal.

“Kita mulai dengan pertanyaan pertama.”

“Katakan padaku. Kita sedang berada di mana?” tanya Sang Jenderal

“Apa-apaan ini? Mana mungkin saya tahu dengan keadaan mata tertutup,” pikir Abu Nawas.

Tak lama kemudian Abu Nawas menjawab, “Kita sedang berada di peternakan unta, Tuan Jenderal.”

Sang Jenderal sangat terkejut. Bagaimana mungkin Abu Nawas bisa tahu padahal peternakan unta miliknya tidak sembarangan orang diizinkan masuk.

“Baiklah, Abu Nawas. Jawabanmu benar.”

“Mari kita lanjutkan perjalanan untuk pertanyaan yang kedua.”

Mereka lalu melanjutkan perjalanan.

Sang Jenderal tetap digendong oleh Abu Nawas.

****

Satu jam kemudian.

Sang Jenderal berkata, “Berhenti, Abu Nawas. Sekarang waktunya pertanyaan yang kedua,”

“Katakan padaku kita sedang berada di mana?” tanya Sang Jenderal.

Sejenak Abu Nawas berpikir. “Kita berada di kebun yang indah, Jendral. Di mana di sini terdapat sungai kecil dan di samping sungai tersebut terdapat beberapa pohon tin dan pohon zaitun,” jawab Abu Nawas.

Sang Jenderal kembali dibuatnya kaget. Pasalnya Abu Nawas bisa menjawab dengan tepat dan detail padahal kondisi matanya tertutup oleh kain.

“Jangan-jangan Abu Nawas punya ilmu sihir,” pikir Sang Jenderal.

“Dua pertanyaan sudah kamu jawab dengan benar, Abu Nawas. Mari kita lanjutkan perjalanan untuk pertanyaan yang terakhir,” ucap Sang Jenderal.

Kemudian Abu Nawas kembali menggendong sang Jendral berjalan melewati padang pasir.

****

Setelah 4 jam kemudian.

Sampailah mereka di tempat pelacuran yang terletak di tengah padang pasir.

“Berhenti, Abu Nawas. Sekarang katakan padaku kita sedang berada di mana?” tanya Sang Jenderal.

Abu Nawas tidak langsung menjawab.

Ia berkonsentrasi penuh agar jawabannya tidak salah.

Kemudian ia berbisik kepada Sang Jenderal, “Tuan Jenderal, ngapain kita ke tempat pelacuran? Lihatlah ada wanita telanjang di depan kita,” ucap Abu Nawas.

Mendengar jawaban Abu Nawas, Sang Jenderal terkejut dan heran. Bagaimana mungkin Abu Nawas bisa mengetahui dengan kondisi mata tertutup kain.

****

Karena berhasil menjawab tiga pertanyaan dengan benar, maka sesuai kesepakatan, Abu Nawas berhak menerima hadiah dengan disaksikan Baginda Raja dan masyarakat.

Sang Jenderal menyerahkan hadiahnya di depan istana kerajaan.

Setelah menyerahkan hadiahnya Sang Jenderal berpidato di depan orang-orang dia menceritakan kegiatannya ketika dalam perjalanan bersama Abu Nawas.

“Wahai, Abu Nawas. Terus terang saya heran dan tidak habis pikir kenapa kamu bisa menjawab ketiga pertanyaanku dengan tepat padahal kondisi matamu tertutup kain?” tanya Sang Jenderal kepada Abu Nawas dengan suara lantang.

Abu Nawas menjawab, “Itu mudah saja, Tuan Jenderal. Ketika Tuan, mengajukan pertanyaan pertama, kaki saya menginjak kotoran hewan dan di situ saya juga mendengar suara unta. Dari situlah saya bisa menebak kalau saya sedang berada di peternakan unta,” jawab Abu Nawas.

Baginda Raja dan orang-orang kagum dengan kecerdikan Abu Nawas.

“Oh begitu ya, Abu Nawas. Lalu bagaimana kamu bisa menjawab pertanyaanku yang kedua?” tanya Sang Jenderal melanjutkan.

“Begini, Tuan Jenderal. Meskipun mata saya tertutup tapi telinga saya mendengar suara air sungai mengalir dan suara kicauan burung hasun sedangkan burung hasun hanya mau memakan biji-bijian buah zaitun dan buah tin. Pohon tin dan pohon zaitun sendiri hanya bisa tumbuh di pinggiran sungai,” jawab Abu Nawas menjelaskan.

Mendengar jawaban Abu Nawas, Baginda Raja dan orang-orang bertambah kagum dengan kecerdikannya.

“Saya akui kamu memang cerdik, Abu Nawas,” puji Sang Jenderal.

“Tapi bagaimana bisa kamu menjawab pertanyaan terakhir dengan tepat?” tanya Sang Jenderal penasaran.

“Justru pertanyaan terakhir itu pertanyaan yang paling mudah, Jenderal,” balas Abu Nawas cengengesan.

“Ketika Tuan, menyuruh saya berhenti, tiba-tiba saja saya merasakan ular di celana tuan bergerak-gerak di punggung saya. Ndut-endutan, Tuan Jenderal,” jawab Abu Nawas menahan tawa.

“Dari situlah saya bisa mengetahui kalau di depan saya pasti ada wanita telanjang,” kata Abu Nawas melanjutkan.

Spontan Baginda Raja dan orang-orang yang hadir tertawa terpingkal-pingkal mendengarnya.

Sedangkan sang Jendral hanya bisa tersenyum kecut menahan malu.

 

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search