ABU NAWAS MAKAM KERAMAT
ABU NAWAS
MAKAM KERAMAT
Biasanya ketika ada sebuah makam keramat yang diziarahi
banyak orang hal itu disebabkan karena di tempat itu dikuburkan seorang yang
alim atau bisa juga seorang pahlawan yang berjasa bagi negaranya.
Tujuan para peziarah pun berbeda-beda. Ada yang sekedar
mendoakan, ada pula yang meminta keberkahan.
****
Kisah ini berawal ketika Abu Nawas silaturahmi ke rumah
sahabatnya yang berada di kampung seberang.
Sepulangnya dari sana, Abu Nawas diberi hadiah seekor keledai
sebagai kenang-kenangan.
Beberapa hari kemudian Abu Nawas mendengar kabar bahwa
sahabatnya itu meninggal dunia.
Sedihlah hati Abu Nawas. Ia tak menyangka sahabatnya yang
sangat ia cintai pergi begitu cepat meninggalkan dunia ini.
Untuk mengobati rasa kehilangannya, Abu Nawas merawat dengan
baik keledai pemberian sahabatnya itu sebab keledai inilah satu-satunya
kenangan yang membuat dirinya selalu teringat akan sahabatnya.
Abu Nawas memperlakukan si Keledai dengan sepenuh hati
layaknya ia memperlakukan sahabatnya yang telah meninggal itu.
Tidak berselang lama, Abu Nawas kembali dirundung duka. Keledai
pemberian sahabatnya juga ikut mati.
Ia pun lalu menguburkannya di kampung sahabatnya yang telah
meninggal.
Setelah usai mengubur, Abu Nawas bersimpuh di pusara sambil
meratapi keledainya.
Untuk beberapa lama Abu Nawas terlihat khusuk berdoa dengan
bercucuran air mata.
Di saat situasi demikian lewatlah rombongan warga melintas di
tempat itu. Mereka berpikir pasti yang dimakam tersebut adalah makam orang suci
sebab Abu Nawas yang terkenal alim dan pintar saja sampai rela datang ke
kampung mereka hanya untuk menziarahi makam itu, apalagi ketika mereka melihat
Abu Nawas tampak sedih sampai sebegitunya meratapi kepergian orang di makam itu.
Rombongan warga ini lalu berhenti dan ikut berdoa di makam
tersebut.
Ada yang minta keberkahan. Ada pula yang berdoa agar hajatnya
terkabul.
Tentu saja hal ini membuat Abu Nawas kaget. “Hai, apa yang
kalian lakukan?” tanya Abu Nawas heran.
“Kami juga ingin mendapatkan berkah seperti dirimu. Kami
yakin kalau makam ini adalah bukan makam orang sembarangan,” jawab mereka.
Bertambah kagetlah Abu Nawas mendengarnya.
Kemudian Abu Nawas memberitahu bahwa kuburan tersebut
bukanlah kuburan siapa-siapa melainkan kuburan keledai miliknya, tapi mereka
tak mempercayainya.
“Mana mungkin ini makam keledai. Buktinya kamu sampai
sebegitu sedihnya. Kamu pasti ingin mencari keuntungan dari makam ini hanya
untuk dirimu saja,” ujar mereka.
Abu Nawas sudah berkali-kali meyakinkan mereka, tapi mereka
tidak menghiraukannya yang akhirnya membuat Abu Nawas kewalahan.
Ia pun akhirnya menyerah dan meninggalkan kampung tersebut.
****
Bertahun-tahun
kemudian.
Abu Nawas diajak kawannya jalan-jalan mengunjungi kampung
tempat keledai Abu Nawas dimakamkan.
Sesampainya di sana Abu Nawas dan kawannya merasa heran
kenapa ada banyak orang mengunjungi sebuah makam.
Ratusan orang terlihat antre bergantian menziarahi makam
tersebut.
Abu Nawas dan kawannya pun menjadi penasaran. Mereka berdua
ingin mengetahuinya.
“Makam siapa yang kau kunjungi?” tanya Abu Nawas kepada
seseorang yang kebetulan melintas di hadapannya.
“Itu makam keramat,” jawab orang itu singkat.
“Ayo, Abu Nawas. Kita ke sana. Saya sangat penasaran,” ajak
kawannya.
Mereka berdua lalu mendekati makam keramat yang dimaksud yang
ramai dikunjungi sampai ribuan orang dan ternyata makam tersebut adalah makam
keledainya Abu Nawas yang telah bertahun-tahun meninggal.
Melihat hal itu spontan Abu Nawas tertawa terpingkal-pingkal.
“Hai, Abu Nawas! Kenapa kamu tertawa? Apa ada yang lucu?”
ujar kawannya heran.
“Kamu tahu tidak? Makam siapa itu?” tanya Abu Nawas.
“Memangnya kamu tahu?” kata kawannya balik bertanya.
“Tentu saja saya tahu. Aku sangat mengenali makam itu,” jawab
Abu Nawas.
Abu Nawas pun lalu menceritakan kisah tentang makam keledai
pemberian sahabatnya.
Mendengar cerita Abu Nawas kawannya itu seketika ikut tertawa
terpingkal-pingkal.
Tingkah Abu Nawas dan kawannya ini membuat ratusan peziarah
merasa terganggu dan menganggap Abu Nawas mengolok-olok makam keramat.
Orang-orang lalu menegur Abu Nawas agar menjaga sikap, tapi
Abu Nawas justru malah tertawa lebih kencang.
Tentu saja hal ini membuat orang-orang emosi. Mereka segera
menangkap Abu Nawas dan hendak memukulinya.
“Tunggu dulu! Kalian jangan cepat emosi. Kalian tahu tidak
makam yang kalian anggap keramat itu bukan makam orang alim, tapi makam
keledaiku yang mati. Aku sengaja menguburkannya di situ.”
“Kalau kalian tidak percaya gali saja kuburan itu kalau saya
berbohong silakan kalian boleh membunuh saya,” ucap Abu Nawas.
Ratusan orang yang hadir saling tatap satu sama lain. Ada
yang percaya. Ada pula yang tidak percaya.
Akhirnya untuk membuktikan ucapan Abu Nawas mereka
beramai-ramai menggali tanah makam tersebut dan ternyata memang benar yang
mereka temukan adalah tulang belulang seekor keledai.
Kemudian salah seorang warga bertanya kepada Abu Nawas.
“Kenapa bisa seperti ini, Abu Nawas?”
Abu Nawas pun lalu menjelaskan awal mulanya dan kenapa
keledainya dimakamkan di kampung mereka itu, dikarenakan keledai miliknya
adalah pemberian sahabatnya yang telah meninggal yang juga merupakan penduduk
kampung itu.
Sejak saat itulah akhirnya orang-orang menjadi sadar dan
tidak lagi menganggap keramat makam tersebut.
Baca juga cerita lainnya ➡️ Di sini
No comments:
Post a Comment