Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

HADIAH DARI ALAM LAIN

 PART 1

Belum ada dua minggu aku dan istriku menempati rumah yang baru. Kami beli rumah dua lantai dengan luasan tanah sekitar 150 meter persegi.

Ada sedikit halaman kosong di depan maupun di belakang. Sementara itu, dari balkon belakang kami bisa melihat deretan pegunungan dan hamparan sawah yang sangat memanjakan mata.

Rumah yang kami beli ini memang berada di sebuah areal perumahan. Udaranya masih sangat bersih dengan air yang mengalir dingin menyejukkan hati.

Kalau malam hari kami bisa mendengar suara jangkrik bersahutan. Kami juga selalu tersenyum manakala kami mendengar suara katak saling memanggil.

Aku dan Istriku memang bukanlah seorang pegawai. Kami sama-sama bekerja sebagai pekerja seni.

Istriku seorang pelukis, sedangkan aku merupakan penulis cerita di sebuah surat kabar online.

Aku juga sesekali menulis novel, meskipun karyaku sepertinya masih agak berantakan dan belum dikenal orang.

Dari hasil tabungan yang kami kumpulkan sedikit demi sedikit pada akhirnya kami bisa membeli rumah dengan lokasi yang sangat cocok untuk pekerja seperti kami.

Beruntungnya, meski rumah ini tergolong baru, namun karena letaknya yang lumayan jauh dari kota maupun jalan besar, kami mendapatkan harga yang sangat miring.

Pada awalnya kami mengira kalau harga yang miring ini karena masih ada kendala karena tanah, sengketa keluarga, atau hal lain, tapi nyatanya semua lancar dan baik saja.

Lukisan yang dibuat oleh istriku sering kali bertema tentang kehidupan, terkadang juga lukisan wajah, atau gambar yang menurutku susah diterjemahkan.

Dari lukisan-lukisan itu istriku sering mengikuti pameran dan dari pameran itulah terkadang karya istriku laku dengan nilai yang sangat lebih dari cukup.

****

Untuk saat ini istriku sedang melukis wajah seseorang wanita yang usianya kurang lebih dari 30-an tahun.

Aku mengamati foto itu. Tampak seorang wanita dengan paras cantik jelita.

Kata istriku, wanita yang sedang dalam proses dilukis itu adalah tetangga sebelah kami.

Aku sendiri tidak tahu kapan wanita itu datang ke rumah, aku juga masih agak bingung saat istriku menunjukkan rumah si pemesan.

Aku memang tidak begitu memperhatikan rumah yang mana yang dituju oleh istriku karena telunjuk istriku juga mengarah pada sebuah pohon beringin tua.

Meski begitu, aku sangat yakin tidak ada rumah di sekitar pohon beringin itu, tapi saat ia menunjukkan rumah itu istriku tidak sedang bercanda.

Memang banyak rumah di sekitar kami, tapi hanya ada beberapa saja yang benar-benar dihuni, selebihnya hanya sebagai investasi atau rumah singgah saat musim libur. Jadi, kadang hanya seminggu sekali mereka datang atau bahkan ada yang sampai dua bulan sekali.


****

Pagi itu aku dan istriku sudah berkeliling ke perkampungan guna mencari sayuran segar.

Dalam perjalanan aku mengamati satu persatu rumah yang letaknya berada di sekitar rumah kami. Heran, ketika menanyakan pada istriku rumah wanita yang sedang ia lukis istriku justru terlihat kebingungan karena ia pun lupa.

Kami berlarian kecil karena memang niat kami juga sambil berolahraga.

Dari kejauhan aku melihat seorang wanita tengah berdiri di pinggir jalan. Wajahnya masih samar karena memang aku belum begitu hafal dengan wajah-wajah di lingkungan kami, tapi ketika kami semakin dekat aku merasa sepertinya pernah melihat wanita itu, tapi di mana?

Ketika kami benar-benar telah melewati wanita itu, aku sangat terkesima, wanita itu sangat cantik. Berkulit kuning bersih dengan rambut hitam menjuntai.

Aku pun dengan spontan mengangguk dan melempar senyum.

Baru beberapa langkah kami melewati wanita itu istriku sudah memperlihatkan mimik muka yang kurang sedap dipandang mata. Ia lantas menanyakan siapa yang barusan aku sapa.

Aku langsung paham kalau istriku cemburu. Maka dengan cepat aku menjelaskan kalau aku pun baru sekali ini melihat dia.

Istriku semakin memperlihatkan wajah yang serius, mungkin ia tidak puas dengan jawabanku, namun saat aku hendak kembali menjelaskan, istriku buru-buru memotong kalau ia tidak melihat siapa-siapa.

Aku segera menghentikan langkah yang disusul oleh istriku.

Kupandangi wajah cantiknya lalu kutanyakan maksud perkataan yang barusan.

Jawabannya pun tetap sama. Ia tidak melihat siapa-siapa.

Aku pun menengok yang tiba-tiba menjadi merinding hebat.

Itu tidak mungkin karena jalan yang kami lewati adalah jalan setapak. Tidak ada persimpangan, sementara kami belum terlalu jauh dari wanita itu, namun wanita itu sudah tidak lagi berada di sana.

****

Beberapa hari kemudian.

Aku duduk di belakang istriku. Kuamati ia yang sedang berkonsentrasi menyelesaikan lukisannya.

Tangannya tampak luwes  menggoreskan kuas lalu sedikit demi sedikit mencampur beberapa warna cat minyak yang ada di hadapannya.

Lukisan yang beberapa hari lalu masih dalam coretan sketsa itu ini sudah hampir benar-benar seperti gambar yang ada di dalam foto.

Dalam hati aku sangat mengagumi paras wanita itu. Andai saja aku belum beristri, aku akan dengan senang hati menerima wanita itu sebagai pendamping.

Aku pun terbawa lamunan sampai-sampai tersenyum-senyum sendiri.

Namun, tiba-tiba aku tercengang dari kursi plastik yang sedang kududukki. Bukan karena kaki kursinya patah, tapi sungguh aku benar-benar melihat wanita dalam lukisan itu juga tersenyum.

Aku yakin seyakin-yakinnya wanita dalam lukisan itu benar-benar tersenyum.

Bibir wanita itu bergerak.

Istriku yang tidak tahu apa-apa hanya sedikit mengomel karena aku telah mengganggu konsentrasinya.

Dia tidak tahu dengan apa yang baru saja kulihat. Ia masih sibuk menyelesaikan sketsa lukisan itu seperti dalam foto, sementara aku sedang dilanda merinding yang hebat, dan aku baru ingat. Ya, aku baru ingat.

PART 2

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search