Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

DERITA HIDUP SANG PENJUDI PART 2

 PART 2

Sekitar satu jam.

Tibalah mereka di desa yang dituju.

Setelah yakin tentang nama kampung serta RT/RW Bagas bertanya pada salah satu warga di mana tepatnya rumah Hermawan.

“Di ujung Kampung, Mas. Rumah limas dengan keramik dinding berwarna putih,” jawab warga yang ditanya yang langsung tahu siapa Hermawan.

Mungkin hanya ada satu nama Hermawan di kampung tersebut atau mungkin memang Hermawan pergaulannya luas sehingga dikenal satu kampung?

Setelah mengucap terima kasih Bagas kembali melajukan motor dan langsung menuju rumah Hermawan.

Kebetulan orang tua Hermawan  duduk di kursi teras.

Mereka pun langsung disambut dan dipersilahkan masuk, tapi  Bagas maupun Joko memilih duduk dan mengobrol di teras saja.

Setelah memperkenalkan diri perbincangan pun dimulai.

Ayah Hermawan menceritakan tentang kelakuan anak mereka yang meresahkan selama meninggalkan rumah.

“Dia selalu meminta uang kiriman begitu pun saat pulang, hanya uang saja yang dipikirkan.”

“Bahkan sempat terjadi pertikaian soal rumah orang tuanya yang hendak dijual oleh Hermawan.”

“Semenjak kejadian sekitar satu setengah tahun yang lalu itu membuat Hermawan tidak pernah pulang menengok orang tuanya meski di hari raya.”

“Bukan itu saja, beberapa bulan terakhir setidaknya sudah ada 4 orang yang datang ke rumah, mencari Hermawan dengan tujuan menagih hutang. Jumlahnya pun cukup banyak,” tutur ayahnya Hermawan.

“Terima kasih, Mbak,” ucap Joko saat seorang perempuan mengantarkan minuman serta kudapan.

Untuk sejenak obrolan terhenti. Sementara itu, ibu Hermawan lebih dulu mengusap air mata di pelupuk sebelum menetas membasahi pipi. Ada raut dan kecemasan di wajahnya yang mulai keriput. Rasa rindu itu tampak pula di mimik ayah Hermawan.

Joko dan Bagas tidak ingin membuat mereka terluka atas apa yang menimpa Hermawan. Mereka pun saling berbisik untuk tidak menceritakan tentang tunggakan kos dan para penagih hutang yang memburu Hermawan, tapi pada akhirnya mereka berkata jujur atas maksud kedatangan ke rumah Hermawan. Selain mencari keberadaan Hermawan karena selalu diburu, mereka juga merasa khawatir jika terjadi sesuatu. Joko yang hendak meraih segelas teh mendadak dikejutkan dengan kemunculan Hermawan di luar pagar rumah, tepatnya di bawah pohon rindang pinggiran jalan.

Saat tahu Joko memandangnya, Hermawan langsung bersembunyi di balik pohon tersebut.

Tanpa berpamitan ataupun memberitahu yang lain Joko bangkit beranjak menuju lokasi Hermawan.

Dibawa pohon rindang tersebut Joko celingukan mencari keberadaan Hermawan, tapi tidak ada siapa pun.

Joko yakin jika tidak salah lihat. Jelas sekali kalau jaket yang dikenakan adalah milik Hermawan.

“Kamu mencari siapa, Joko?” tanya Bagas saat melihatnya kembali duduk dengan bingung.

Joko hanya menggeleng tanpa memberitahukan. Dirasa cukup mendapat penjelasan mereka pun berpamitan. Sempat orang tua Hermawan menawarkan agar mereka menginap saja, tapi mereka menolak.

****

Sore menjelang senja.

Mereka nikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Ketika asyik menikmati panorama pegunungan Bagas dikejutkan dengan tepukan Joko yang menyuruhnya berhenti.

Joko seperti melihat Hermawan duduk di barak tepian jalan.

Memang ada beberapa barak sepanjang tepian jalan desa yang mungkin dibuat berjualan hasil bumi oleh pemiliknya.

Joko turun sendirian untuk melihat sekitar lokasi dan lagi-lagi dia tidak menemukan siapa pun di sana.

Ketika ditanya oleh Bagas, Joko pun memberitahukan tentang sosok yang dilihat. Joko juga memberitahu jika melihat Hermawan ketika berada di rumah orang tuanya tadi.

Bagas tidak lagi bertanya apa pun alu menyuruh Joko naik untuk melanjutkan lagi perjalanan.

****

Setelah bersantai di beberapa tempat.

Selepas isya mereka tiba di lokasi yang dijadikan tujuan menginap. Mereka langsung mencari penginapan untuk melepas lelah, namun sebelum melakukan pencarian mereka dikejutkan dengan kemunculan Hermawan di depan sebuah penginapan.

Hermawan memanggil mereka serta melambaikan tangan.

Segera saja Bagas berbelok lalu parkir di depan penginapan tersebut.

Rupanya Hermawan sudah menginap di sana selama dikejar-kejar para penagih.

Setelah membersihkan badan, Hermawan mengajak mereka keluar untuk bersantai menenangkan pikiran.

Hermawan akan menjelaskan tentang semua termasuk hubungan dengan orang tua dan saudaranya yang sedang tidak baik.

Dengan berboncengan tiga mereka pun keluar.

Sesuai arah Hermawan menghentikan motor dan mengajak mereka turun ketika tiba di lokasi perbukitan. Sungguh suasana yang sangat adem.

Terlihat di kejauhan lampu berkelip warna-warni di setiap sudut sekitar. Sayangnya, cuaca agak mendung sehingga tidak tampak bulan ataupun bintang.

Di antara sebuah batu besar Hermawan mengajak mereka sambil berbincang.

Hermawan mulai menuturkan penyesalannya yang terlibat perjudian selama ini. Dia terpengaruh gelimang harta dari menang judi sehingga menjadi kacau kehidupannya.

Yang dirasa paling disesali adalah keputusan untuk menjauhi orang tuanya.

Dengan suara bergetar Hermawan meminta pada Bagas dan Joko agar mau kembali ke orang tua bersama Hermawan untuk menjadi saksi permintaan maaf.

Tampak pula Hermawan menyerahkan catatan hutang-hutangnya.

Selama ini Hermawan selalu dikejar rasa bersalah dan rasa rindu. Dia juga merasa tidak tenang dengan besaran hutang yang semakin hari kian menumpuk dan makin berlipat.

“Ayahmu sudah siap menjual rumah Wan, jika kamu membutuhkannya,” ucap Joko.

Tiba-tiba kabut mengaburkan kelap-kelip lampu dari kejauhan. Gerimis tipis membuat mereka bangkit lalu kembali.

Sebelum pulang mereka sempatkan diri mampir di sebuah warung kopi dan makan malam.

Setiba di penginapan hujan turun dengan deras.

****

Seiring azan subuh yang masih terdengar.

Joko tersentak saat terdengar pintu digedor oleh seseorang sambil berteriak.

Dok! Dok! Dok!

Rupanya ada beberapa warga yang langsung menginterogasinya karena penginapan tersebut sudah lama kosong.

“Apa?”

Warga khawatir jika dijadikan tempat mesum, tapi saat mendengar cerita Joko dan Bagas mereka menjadi bergidik ditambah lagi tidak ada Hermawan berada di dalam. Bukan hanya kamar yang dipenuhi sarang laba-laba, ruangan juga terlihat kotor tidak terawat.

****

Joko dan Bagas semakin terkejut ketika sampai di kos.

Keadaan dalam kondisi sangat ramai. Tampak pula beberapa anggota kepolisian berada di sana.

Ternyata Hermawan telah bunuh diri dan jasadnya ditemukan di kamar.


Hermawan gantung diri dengan kain sarung.

Suara keras yang didengar dari kamar Hermawan adalah jasad Hermawan yang terjatuh dari gantungan. Peristiwa di kos itu pun ditetapkan sebagai kasus murni bunuh diri.

Setelah diperiksa sebagai saksi, Bagas dan Joko kembali menemui orang tua Hermawan tepat di malam ketiga dari kematian Hermawan. Mereka menyerahkan catatan hutang piutang yang diberikan oleh Hermawan ketika berada di penginapan di malam misteri kala itu.

Pada akhirnya orang tua harus menepati janji yakni akan menjual rumah untuk melunasi semua hutang Hermawan. Dari kejadian tersebut beberapa pos perjudian terutama yang menyangkut terseretnya Hermawan diamankan oleh pihak berwajib.

Memang judi adalah cara curang yang membuat para pelakunya merugi di dunia dan di akhirat.

Hanya dengan pergaulan yang cermat dan iman yang kuat seseorang akan mampu menepis godaan perjudian dalam bentuk apa pun.

SELESAI

PILIH CERITA YANG MAU KAMU BACA: KLIK DI SINI


 

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search