Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

PART 7 END-MERTUAKU KEKASIH GELAPKU-END

 PART 7
KABAR DARI DESA

Sebelum pulang ke rumah, Sekar sempat belanja ke toko buah.

Sekar pun lanjut berbelanja buah-buahan dan ketika berbelanja HP-nya berbunyi kembali. Ibunya menelpon.

“Nduk, adik  ibu ambil, ya. Mau ibu ajak jalan-jalan sebentar.”

“Ibu ada di mana sekarang?” tanya Sekar.

“Sudah di rumah kamu, Nduk. Katanya kamu ke butik.”

“Ibu tadi ketemu bapakmu. Bapakmu yang gendong adik pas bangun tidur.”

“Terus apa kata bapak, Bu?”

“Cuma nanya kabar aja ibu. Enggak banyak ngomong. Malah ayahmu yang ngobrol sama bapakmu. Ditawarin mampir dan kata bapakmu kapan-kapan mampir.”

Alhamdulillah. Sekar seneng dengernya kalau bapak sama ibu akur.”

“Nanti malam ibu antar adik pulang, ya.”

Iya, Bu.”

****

Begitu Sekar sampai rumah.

Terlihat sunyi, padahal mobil Drajat masih terparkir. Sekar menuju ke kamar.

“Mas!” panggil Sekar.

Namun, tak ada jawaban.

Di meja makan pun kosong.

“Ah, mungkin Mas Drajat sedang bersantai di lantai 2 bersama bapak, tapi kenapa tidak di bawah saja? Di atas kan tidak ada TV?”

Sekar yang penasaran pun seketika naik ke lantai 2.

Namun, ketika langkah kakinya berjalan perlahan menaiki tangga atas ia mendengar suara bapaknya.

“Kamu benar-benar mirip Warsito, Le,” bisik Pak Kus dengan terus menggerakkan bokong maju mundur.

Derita tempat tidur terus menjerit!

Jujur saja, Pak. Bapak suka kan?”

“Oh, Le,” rintih Pak Kus dengan kembali mengakat kedua kaki Drajat lebih tinggi.

“Ssst. Oh ….”

“Rasanya sampai ke ubun-ubun, Le. Oh.”

“Pelan-pelan, Pak. Sakiittt. Oh!”

Sekar yang mendengarnya kontan menerobos masuk karena pintu kamar bapaknya memang tidak terkunci.

Di matanya hal menjijikkan ia lihat saat suaminya ada di bawah tindihan bapaknya yang tanpa busana selembar pun.

“Pak, Mas, apa yang …..”

Sekar pun ambruk pingsan.

Bruk!

****

Satu Minggu kemudian.

Saat ini Sekar berada di rumah ibunya. Rasa trauma membuat Sekar tak mau kembali ke rumah juga tak mau bertemu suami dan bapaknya meski bapaknya mencoba berkali-kali menemuinya, namun Sekar tetap tak mau bertemu dan mengurung diri di kamar, menangis sepanjang hari.

Sekar, anak ibu. Yang sabar ya, Nduk. Ibu nggak nyangka jadinya akan seperti ini. Ibu nggak nyangka bapakmu tega. Enggak cuma tega sama ibu, tapi sama kamu darah dagingnya sendiri,” kata ibunya Sekar.

Bapakmu benar-benar bejat! Manusia rusak! Sekarang kamu sudah dewasa. Kamu sekarang bisa tahu, itulah kenapa ibu memutuskan untuk meninggalkan bapakmu,” imbuhnya.

Karena bapakmu menyukai laki-laki dan karmanya kini menimpa anaknya sendiri. Bapakmu benar-benar menjijikan, Sekar!”

“Suamimu juga sama-sama menjijikan! Sekarang terserah kamu saja! Ibu tidak mau ikut campur urusan rumah tanggamu, tapi sebagai ibu, ibu tidak mau melihat anak ibu tersiksa batin!”

****

Sementara itu di desa.

Pak Kus benar-benar menyesal. Hari-harinya kini duduk termenung memikirkan putri semata wayangnya. Yang ditakut akhirnya terjadi.

Ia terus-menerus menghubungi Sekar, namun Sekar tak mau mengangkatnya.

Bertahun-tahun ia merindukan kehangatan keluarga kecil bersama putrinya, namun kebahagiaan itu lenyap karena ulahnya sendiri.

Ia merasa gagal menjadi seorang bapak, bapak yang durhaka pada anaknya sendiri.

Tiba-tiba HP-nya berbunyi.

“Halo.”

Pak, maafkan saya,” kata Drajat di ujung telepon.

Sudahlah. Semua sudah terjadi, Le. Kamu harus menentukan pilihan. Lupakan bapak dan jangan temui bapak lagi. Pertahankan keluarga kecilmu. Mintalah Maaf pada Sekar. Biar bapak yang mengalah. Toh bapak sudah terbiasa sendiri!”

Tut, tut, tut ….

Pak Kus penutup teleponnya sembari sesegukan.

Lagi-lagi ia teringat kata-kata Sekar. “Andai saja Sekar tahu bapak homo, Sekar takkan sudi mencari Bapak, dan sekarang aku juga tak sudi bertemu Bapak!”

Sekar jijik punya bapak homo! Sekar benci sama Bapak! Benci sebenci-bencinya!” marah Sekar kala itu setelah mengetahui apa yang bapaknya lakukan berdua dengan suaminya.

Pak Kus ini hanya bisa meratapi nasibnya yang kini kembali kesepian.

****

 Di rumah ibunya Sekar.

Pagi ini Drajat kembali menemui Sekar di rumah ibunya.

Berkali-kali Sekar menolak bertemu, namun Drajat tetap memaksa ingin bertemu Sekar.

Setelah mengalami perdebatan yang alot dengan ibu dan ayah Sekar, Drajat pun diijinkan masuk ke kamar Sekar.

Sekar pun memilih keluar.

Sekar gak mau ketemu lagi dengan Mas. Mas tega! Sekar salah apa, Mas! Sekar kurang apa selama ini sama Mas!”

“Tidak ada. Kamu istri sempurna buatku, Sekar. Tak ada satu pun kekurangan yang ada pada istriku. Kekurangan justru ada pada diriku sendiri.”

“Jujur sebelum aku menikah denganmu, aku menyukai laki-laki.”

“Kenapa Mas gak bilang dari awal! Kenapa baru sekarang, Mas!”

“Kalau aku jujur, kamu nggak akan mau sama aku. Aku memilih menikah sama kamu karena cuma baru kamu satu-satunya wanita yang bisa membuatku jatuh cinta, Sekar!”

“Tujuanku menikahimu itu juga karena berharap aku bisa berubah, dan aku berhasil, tapi ketika bertemu bapakmu ….”

Maafkan aku. Aku yang salah.”

“Sekarang Sekar jadi tahu apa alasan ibu berpisah sama bapak sekali pun bapak selama ini baik, lemah lembut, tak pernah melakukan kasar, selalu mencukupi kebutuhan ibu, tak terlihat selingkuh dengan perempuan, tapi ternyata sama persis yang dengan apa yang Mas lakukan saat ini padaku! Itu artinya jangan tanyakan lagi hubungan kita ke depan seperti apa, Mas!”

“Enggak! Jangan pernah berpikiran sama seperti ibumu akan meninggalkanku, Sekar!”

“Maaf, Mas! Lebih baik kita pisah! Supaya Mas bebas dengan lelaki mana pun!”

“Aku sudah tidak mau dengan laki-laki mana pun. Yang aku mau cuma kamu dan anak kita, Sekar!”

 “Justru aku melakukan ini agar anak kita tidak tahu siapa bapaknya, Mas!”

Sebenarnya cukup aku, Mas! Cukup  aku! Jangan sampai ke anak kita!” Sekar masih tidak terima permintaan Drajat untuk kembali bersatu.

“Sekar, maafkan aku. Beri aku kesempatan.”

Tidak, Mas. Sekar kecewa sama Mas.”

“Coba pikirkan anak kita, Sekar.”

“Tidak, Mas. Cukup!”

 Oke! Baik! Kamu bisa cari lelaki yang lebih segalanya dariku, tapi apa kamu nggak mikir ketika anak kita sudah dewasa dan mempunyai ayah sambung, tapi dia masih mencari bapak kandungnya seperti kamu mencari bapakmu, ha!” geram Drajat yang mulai tak sabar menhadapi sikap istrinya.

“Andai aku tahu bapakku homo, aku pasti tak akan sudi mencarinya, apalagi bermain dengan menantunya sendiri! Itu menjijikan, Mas!”

Sekar, Maafkan aku. Aku mengaku salah. Beri aku kesempatan. Aku janji tidak akan menyakitimu lagi.”

Sekar terdiam sejenak

“Jika Mas ingkar?”

“Aku rela kamu tinggalkan. Aku bersumpah tidak akan melakukan kesalahan yang kedua kali.”

Sekar sudah mantap, Mas. Sekar ingin kita berpisah.”

Sekar, demi Tuhan! Aku ini sungguh-sungguh!”

 “Aku akan bersujud di kakimu.”

Drajat melakukan apa ucapannya.

Tak akan ada seseorang laki-laki yang telah melakukan kesalahan apa pun menjatuhkan harga dirinya bersujud di kaki wanitanya jika ia tidak benar-benar sungguh-sungguh memohon demi orang yang dicintainya,” ucap Drajat.

Sekar sesegukan. “Kalau Mas cinta, kenapa Mas nyakitiku. Hu hu hu.”

“Beri aku kesempatan lagi. Aku sayang sama kamu. Kita tidak perlu menemui bapakmu lagi. Anggap saja bapakmu orang lain yang kita tidak pernah bertemu sebelumnya.”

“Tolong maafkan aku, Sekar. Maafkan juga bapakmu. Kita hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.”

“Aku sayang sama kamu, Sekar. Aku tidak akan beranjak jika kamu tidak mau memaafkanku.”

Tiba-tiba HP Sekar berbunyi.



Tilulit … tilulit ….

“Halo. Ini siapa?”

Mukidi, Mbak.” Suara di dalam telepon.

 “Ini benar Mbak Sekar to?”

Iya. Ada apa?” jawab Sekar dengan balik bertanya.

“Anu … anu, Mbak.”

“Anu kenapa, ha?”

“Pakde Kuswanto sudah enggak ada. Gagal jantung, Mbak.”

Hancur lebur seketika hati Sekar mendengarnya.

“Oh, Bapak. Hu hu hu.”

SELESAI

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search