Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

PART 5 MERTUAKU KEKASIH GELAPKU-HOMBRENG

 PART 5
DIHAJAR PAK KUS

Sejak kepergian Drajat ke kota, Pak Kus jadi kepikiran terus wajahnya. Drajat sangat mirip Warsito, padahal Drajat anak laki-laki.

Pak Kus juga heran mengapa menantunya itu diam saja saat Pak Kus mencium bibirnya dan terlihat menikmati atau jangan-jangan menantunya itu?

Entahlah, yang jelas Pak Kus harus bisa menahan hasratnya meski jujur rasa bibir Drajat manis semanis bibir Warsito bapaknya, bahkan ketika Pak Kus memeluknya, rasanya seperti memeluk Warsito kekasih hatinya yang telah pergi mendahuluinya.

Lagi-lagi Pak Kus meneteskan air mata mengingat-ingat saat kenangan bersama Warsito. Rasa-rasanya Drajat adalah titisan Warsito. Rupanya, tubuhnya, gerak-geriknya, sama persis saat Warsito muda dulu. Sungguh Pak Kus merindukan Warsito. Hanya doa yang bisa ia berikan kini.

Pak Kus pun membolak-balikkan singkong. Ketika ia sedang membolak-balikkan singkong, suara langkah kaki terdengar mendekat di telinganya.

Pak!” Drajat berteriak.

Pak Kus yang seketika terkejut dengan kedatangan menantunya.

Pak Kus pun berjalan perlahan menghampiri Drajat.

Wah! Lagi bakar singkong nih.”

“Mana Sekar dan cucu bapak, Le?”

“Saya sendiri, Pak. Sekar dan adik di rumah neneknya. Jadi, saya yang jemput bapak ke kota.”

“Bukannya Sekar menyuruh supir untuk jemput bapak besok pagi, Le?”

“Saya sudah minta izin Sekar untuk jemput bapak langsung,” ucap Drajat sembari tersenyum.

Senyum Drajat membuat Pak Kus bergejolak, apalagi saat ini mereka hanya berdua saja di rumah.


“Tidak, tidak!” Pak Kus mencoba menahan gejolak birahinya.

Keduanya pun masih saling berpandangan.

Entah mengapa keduanya sama-sama mematung, keduanya bingung mau ngomong apa.

“Le, kamu tunggu di depan saja. Nanti bapak buatkan kopi. Bapak masih bakar singkong, bapak lagi pengen singkong soalnya,” ucap Pak Kus.

“Apa Bapak nggak pingin singkong saya?”

Drajat justru menarik tangan Pak Kus dan mencium bibir mertuanya yang malam itu sempat ia rasakan, malam ini Drajat dapat merasakannya lagi.

Drajat mencium mertuanya dengan penuh gairah dan sedikit memaksa.

Jangan, Le!”

Namun, Drajat justru mendorong mertuanya itu sampai ke dinding pawon.

Drajat yang kepalang menahan hasratnya sejak dari di kota tadi kini benar-benar ingin melampiaskan gejolak birahinya yang sudah lama ia pendam sejak menikah dengan istrinya, kini bobol juga pertahanannya gara-gara mertuanya yang sangat menggairahkan itu.

 “Drajat rindu, Pak. Semenjak kejadian Bapak mencium Drajat malam itu, Drajat kepikiran Bapak.”

Drajat sayang sama Bapak sebagaimana mendiang bapaknya Drajat menyayangi Bapak. Drajat janji akan menggantikan mendiang bapak menemani Bapak, agar Bapak nggak kesepian.”

“Mulai malam ini Drajat akan menggantikan posisi mendiang bapak.”

Pak Kus tak bisa berkata apa pun. Dia diam dan hanya mendengarkan ketulusan hati anak dari mendiang kekasihnya.

Drajat membuka kancing kemeja lurik dan memainkan lidahnya di seluruh permukaan tubuh Pak Kus, mulai dari leher, puting, perut, dan kini mulai turun membuka celana Pak Kus.

Pak Kus pun tak bisa menolaknya.

Jimat keramat yang sudah lama nganggur itu sepenuhnya ada di tangan Drajat.

“Oh, Le,” rintih Pak Kus saat Drajat makin berani memainkan jimat tua itu.

Drajat benar-benar tak menyangka akhirnya bisa menikmati tubuh mertuanya malam ini.

“SSst. Oh, Le.”

 Setelah puas menghisap jimat keramat milik Pak Kus, kini justru tubuh Drajat yang menjadi sasaran birahi Pak Kus.

Pak Kus pun membatin, Warsito, mengapa kau datang dengan cara seperti ini. Apa yang aku rasakan pada anakmu sama seperti yang aku rasakan kepadamu. Maafkan aku, Warsito. Aku tidak dapat menolak putramu.”

Pak Kus lalu melucuti pakaian menantunya.

Perlahan Pak Kus melakukan aksi untuk meminkan jimat keramatnya.

Bles!

“Oh, Pak. Sakittt,” rintih Drajat dalam rengkuh peluk Pak Kus yang terus memegangi pinggangnya.

“Oh, Le.”

Perlahan Pak Kus terus menghajar Drajat yang menumpu kedua tangan pada dinding pawon.

Suasana benar-benar panas! Sepanas gejolak nafsu Pak Kus yang sudah lama ia pendam.

“Ough, Le!” pekik Pak Kus dengan terus menggerakkan bokong.

****

Setelah selesai.

“Punya Bapak ternyata besar sekali. Pantas saja bapakku dulu tergila-gila sama Bapak. Drajat yakin andai bapak masih hidup, bapak nggak akan pernah melewatkan setiap malam bersama Bapak,” kata Drajat tersandar lemas setelah ‘dihajar’ oleh Pak Kus.

“Le, kamu benar-benar mengobati rasa rindu bapak pada bapakmu.”

“Drajat siap menggantikan bapak, menemani Bapak,” balas Drajat.

Kini giliran Pak Kus yang mencium Drajat.

“Terima kasih ya, Le. Jiwa bapak kembali bugar setelah menahan rindu pada bapakmu.”

“Pak?”

“Apa, Le?”

“Bolehkah saya juga ….”

“Kamu mau merasakannya?”

Drajat mengangguk.

“Kini gilaranmu. Ayo, ke kamar bapak!”

****

Bapak capek? Kita cari makan di warung saja.”

Bapak lagi malas keluar, lagi pula di luar gerimis, sebentar lagi hujan deras, Le,” tolak Pak Kus.

“Ada mobil, Pak.”

“Kasihan mobilmu, Le. Mobil bagus-bagus nanti kotor kena lumpur. Sudah di rumah saja.”

Ya, sudah. Saya ke kamar mandi dulu ya, Pak.”

Drajat pun pergi ke kamar mandi.

Ketika di dalam kamar mandi Drajat membatin dalam hatinya. Ada rasa senang dan sedih yang kini berkecamuk dalam hatinya antara senang bisa menikmati tubuh mertuanya, namun juga rasa bersalah pada istrinya.

Jujur meskipun Drajat menyukai laki-laki, namun Drajat juga mencintai istrinya. Kini hatinya bercabang. Drajat juga tak mengerti kenapa itu bisa terjadi.

Drajat pun menyelesaikan mandinya dan kembali menghampiri mertuanya. Namun, ternyata mertuanya sudah berpakaian rapi duduk di meja makan dengan sajian makanan yang sudah tersaji seolah menyambutnya untuk makan malam romantis. Meski sederhana ala kampung, tapi cukup romantis.

“Duduk.”

“Terima kasih, Pak.”

Cuma seadanya. Tidak mewah, hanya ada tempe telur dan kebetulan bapak masak oseng keong sawah tadi siang.”

“Keong sawah, Pak?”

Iya, Le, dan itu kesukaan bapakmu. Sewaktu masih hidup, setiap kami main di sawah, bapakmu selalu berburu keong dan menyuruh bapak memasaknya karena bapakmu suka masakan bapak.”

Wah! Ini sih mewah enak banget, Pak. Nggak nyangka bapak bisa masak dan rasanya mirip Sekar ketika masak oseng-oseng kerang, Pak.”

“Namanya juga anaknya.  Kamu tahu? Bapakmu sangat senang sekali.”

“Apa pun masakan Bapak, kalau menurut Drajat pasti bapak suka,” ucap Drajat tersenyum menggoda.

Pak Kus membalas senyumnya.

Keduanya pun makan malam bersama dengan nikmat. Di sela-sela keduanya makan Sekar video call dan ketiganya mengobrol bersama.

Setelah selesai makan malam bersama keduanya duduk-duduk di kursi depan, santai makan singkong goreng dan kopi sembari menikmati hujan di malam hari yang syahdu.

“Le?”

“Ya, Pak.”

“Jangan sampai Sekar tahu antara kamu dan bapak ….”

“Saya mengerti, Pak.”

Bapak sudah kehilangan keluarga. Istri bapak, bapakmu, dan bapak nggak mau kehilangan lagi putri bapak satu-satunya, Le.”

“Saya mengerti, Pak.”

“Apa kamu selama ini juga sering bermain di belakang Sekar. Baik dengan wanita atau pun pria?”

BERSAMBUNG KE PART 6

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search