Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

PART 4 MERTUAKU KEKASIH GELAPKU-KERINDUAN

 PART 4
KERINDUAN PAK KUS 

Bapak sudah sempat mencarinya ke rumahnya. Namun, ternyata dia sudah tak tinggal di sana dan tak tahu entah ke mana. Yang jelas dia menghilang begitu saja dari bapak, bahkan sampai saat ini bapak masih menunggunya, Le.”

Oh, begitu rupanya,” ucap Drajat yang seketika membuat Pak Kus lagi-lagi menetapnya.

Ketika Drajat menatapnya balik, kali ini Pak Kus tak memalingkan wajahnya dan terus menatap wajahnya yang membuat Drajat sedikit gugup.

“Le.”

“Ya, Pak.”

Wajahmu sangat mirip sekali dengannya atau jangan-jangan ….”

“Maksud Bapak?” Drajat merasa heran kini.

“Apakah kamu anak Warsito?”

“Ha! Kok Bapak mengenal bapak saya?” Makin heran Drajat dibuatnya.

“Dia sahabat bapak, Le.”

“Bapak saya sudah meninggal, Pak!” balas Drajat.

Gelas di tangan Pak Kus pun jatuh.

Pluk!

Pak Kus duduk terjatuh lemas di pematang sawah yang membuat Drajat panik.

Pak! Bapak nggak apa-apa!”

Drajat merangkul dan mencoba menenangkan mertuanya itu.

“Bapak tak menyangka ternyata dia sudah berpulang lebih dulu, meninggalkan bapak, Le. Hu hu hu.”

Iya, Pak. Bapak saya mengidap kanker kelenjar getah bening setelah berpisah dari ibu,” terang Drajat.



“Jadi itu, Warsito tak menemuiku?”

Drajat menganguk lemah. Dilihat mertuanya seketika bersedih.

“Warsito, kenapa kamu gak jujur selama ini jika kamu sakit, kenapa kamu berpura-pura selalu sehat di depanku, dan kenapa kamu tak mengizinkanku merawatmu di saat-saat terakhirmu, padahal kamu sudah berjanji akan hidup bersamaku. Hu hu hu,” ucap Pak Kus lirih.

“Aku selalu menunggu kedatanganmu, tapi kenyataannya? Kamu pergi, Warsito. Hu hu hu.”

Sabar, Pak. Tak hanya Bapak yang sebagai sahabat kehilangan bapak saya, tapi Drajat sebagai anak juga sama kehilangan sosok bapak,” ucap Drajat mengelus-ngelus punggung Pak Kus dan posisi keduanya kini sangat dekat yang seketika membuat Pak Kus menghentikan tangisnya lalu menatap wajah menantunya itu.

Keduanya saling bertatapan. Wajah Pak Kus semakin tampan jika dilihat dari dekat meski air matanya bercucuran.

Kini Drajat mengerti kenapa orang tua Sekar dan orang tuanya berpisah. Ternyata ada rahasia besar yang kini telah terpecahkan.

Drajat tersenyum menenangkan Pak Kus. Namun, Pak Kus masih bersedih mengusap air matanya yang mengalir.

Drajat yang tak tega dan hendak mengusap air matanya, namun ketika hendak mengusap Pak Kus menahan tangan Drajat.

Drajat terkejut saat Pak Kus mencium bibirnya secara tiba-tiba.

Drajat terdiam menikmati ciuman mertuanya yang luar biasa itu, rasanya sedap betul.

Drajat tak bisa menolak! Yang ada pertahanan Drajat jebol dan berusaha membalas ciuman Pak Kus. Namun, ketika Drajat mulai membuka bibirnya dan hendak melumat bibir mertuanya itu, tiba-tiba Pak Kus melepas ciumannya yang membuat Drajat heran.

Bapak terlalu rindu pada bapakmu. Bapak khilaf. Lupakan kejadian tadi. Istirahatlah. Bapak juga mau istirahat,” ucap Pak Kus masuk ke rumah meninggalkan Drajat yang masih terduduk di pematang sawah sambil memegangi bibirnya.

****

Pagi hari kemudian.

Pagi ini Sekar memasak sarapan untuk bapak dan suaminya. Setelah siap, kebetulan bapaknya sudah bangun dan baru saja salat.

Pak, sarapan.”

Wah! Pagi-pagi sudah tercium aroma dari pawon. Terima kasih ya, Nduk.”

“Ini wedang jahenya, Pak.”

Iya, Nduk.”

Pak Kus pun menyeruput wedang jahenya, sedangkan Sekar membangunkan Drajat.

“Mas, bangun! Salat subuh! Habis itu kita sarapan dan harus kembali ke kota.”

“Rasanya mas gak ingin kembali ke kota, Sayang. Mas betah di sini,” jawab Drajat masih terpejam.

“Mas? Aku juga betah dan nggak tega ninggalin bapak sendiri, tapi Sekar kan nggak bisa lama-lama ninggalin karyawan di butik. Minggu depan kita ke sini lagi, ya. Atau bapak kita jemput dan kita bawa ke kota?”

“Apa Bapak sudah bangun?”

Sudah dari tadi. Ayo, buruan!” balas Sekar.

****

Setelah berganti pakaian Anggun pun menuju ke meja makan dan entah mengapa ia jadi canggung sekarang, saat Drajat dan mertuanya saling bertatapan.

Pak,” sapa Drajat dan Pak Kus tersenyum seperti biasa, seperti tak terjadi apa-apa di antara keduanya.

Duduk. Ayo, sarapan!” ajak Pak Kus.

Ketiganya pun sarapan bersama.

Ketika ketiganya sarapan, Drajat merasa mertuanya itu tak lagi menatapnya seperti biasanya, pandangannya cenderung merunduk, tatapannya hanya tertuju pada piring nasi, sesekali hanya pada Sekar dan cucunya saja.

****

Tiba waktunya Sekar dan Drajat berpamitan.

Pak, Sekar pamit dulu, ya. Minggu depan kita ke sini lagi,” ucap Sekar memeluk bapaknya.

Iya, Nduk. Jangan lama-lama. Bapak akan kangen kalian, terutama cucu bapak.

Iya, Pak.”

Pak, Drajat pamit, ya,” ucap Drajat memeluk Pak Kus dan Pak Kus juga memeluknya.

Drajat deg-degan saat Pak Kus mengelus punggungnya dan pelukannya begitu kencang, namun hanya sebentar lalu melepaskannya.

“Hati-hati,” ucap Pak Kus lalu Drajat tiba-tiba membisikan sesuatu di telinga mertuanya.

Drajat akan segera kembali,” bisik Drajat dengan sedikit mengecup pipi mertuanya. Beruntung Sekar di dalam mobil dan tak melihatnya dan Drajat pun menyusul masuk mobil meninggalkan Pak Kus yang terdiam dan mematung.

Assalamualaikum.”

Waalaikumsalam,” jawab Pak Kus.

Drajat pun mengkelakson mobilnya.

Dari spion mobil Drajat dapat melihat jika mertuanya masih berdiri melambaikan tangan hingga mobil pun menjauh dan keduanya kembali ke kota.

****

Satu Minggu kemudian.

Drajat pulang lebih awal dan sudah sampai rumah lebih dulu.

Drajat pun duduk di sofa sembari melepas dasinya.

Seminggu setelah kejadian di rumah mertuanya waktu itu, Drajat selalu berusaha menelpon Pak Kus. Namun, Pak Kus tak pernah menjawab teleponnya.

Kadang Pak Kus mengechatnya, meminta maaf karena jarang membawa HP ketika di sawah dan setiap Drajat mengechat dan menyinggung masalah pribadi, mertuanya itu tak pernah menjawab, selalu mengalihkan pembicaraan menanyakan pekerjaan, menanyakan cucu, dan lainnya. Jujur Drajat masih penasaran pada mertuanya itu, juga rindu dengan kecupan bibir khilaf mertuanya yang sempat Drajat rasakan di pematang sawah.

Drajat baru ingat ini sudah Weekend. Bukankah bapak berjanji akan datang sendiri menengok cucunya?”

Drajat mencoba menghubungi Pak Kus, namun mertuanya itu tak juga menjawab panggilan teleponnya.

Drajat pun lanjut menelepon Sekar, namun Sekar juga sama, tak mengangkatnya.

Drajat pun pergi ke kamar mandi.

****

 Sementara itu di desa.

Malam ini Pak Kus di pawon sedang membakar singkong untuk nantinya disantap bersama kopi di gubuk pinggir sawah.

Malam ini Pak Kus senang karena tadi Sekar menelponnya dan rencananya besok pagi Pak Kus akan ke kota dijemput oleh sopir pribadi Sekar.

Pak Kus sudah tak sabar bertemu putri dan cucunya meski ada sedikit rasa malu pada menantunya akibat kekhilafannya malam itu.

Jujur Pak Kus malu, tapi aneh, malu tapi rindu.

BERSAMBUNG KE PART 5

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search