Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

PART 3 MERTUAKU KEKASIH GELAPKU-PAK KUS

 PART 3
CERITA PAK KUS

Ketika selesai memandikan putranya dan menggantikan baju, Sekar hendak membuatkan kopi untuk bapaknya yang baru saja keluar dari kamar. “Weh cucu mbah sudah mandi. Sini biar bapak yang gendong, Nduk.”

Iya, Pak. Bapak mau Sekar buatin kopi?”

“Nanti saja, Nduk. Sebentar lagi kita akan keluar to?”

Iya, Pak,” jawab Sekar.

“Suamimu mana, Nduk?”

“Masih salat, Pak.”

Yo, wes. Biar bapak yang jaga anakmu. Sini ikut mbah, Le Cah Bagus.”

 Pak Kus pun menggendong cucunya yang sedang meminum susu sembari berjalan keluar rumah menikmati pemandangan sawah dengan lampu-lampu kelap-kelip di malam hari.

Pak!” sapa Drajat menghampiri Pak Kus.

“Anakmu mau tidur,” ucap Pak Kus sembari menimbang-nimang cucunya.

Oh, iya, Pak. Mungkin ngantuk. Dari tadi nggak tidur di perjalanan.”

Iya. Kasihan, Le.”

Setelah menyerahkan anaknya Drajat, Pak Kus melihat Sekar keluar.

Bapak kunci dulu rumahnya ya, Nduk.”

Iya, Pak,” balas Sekar.

****

Mobil melaju meninggalkan rumah Pak Kus.

Entah mengapa Drajat jadi gugup ketika duduk bersama mertuanya itu.

Drajat sesekali memperhatikan Pak Kus yang memakai kemeja lengan panjang dan sarung itu. Sungguh tampan, dan tubuhnya benar-benar padat. Entah mengapa Drajat merasa ketakutan yang berlebihan pasalnya Drajat sudah menganggap penyakit homonya sudah sembuh, bahkan ketika beberapa teman tampannya ada yang menggodanya. Namun, Drajat tak tergoda, tapi kenapa setelah bertemu mertuanya sendiri justru membuat jiwa homonya kembali meronta-ronta.

Aneh, pesona sang mertua bisa merobohkan benteng kesetiaannya yang selama ini ia jaga untuk istrinya.

“Gawat! Tidak, tidak!” teriak batin Drajat.”

“Ini sangat beresiko! Iya Kalau Pak Kus gay, kalau nggak? Bisa-bisa aku dipukul olehnya karena tak terima dan dianggap tidak sopan alias menantu tak tahu diri, dan bisa-bisa berdampak pada rumah tanggaku.”

Bagaimana kalau Sekar mengetahui aku ada main sama bapaknya. Gawat!”

“Aku tidak boleh kelepasan, aku harus bisa menahan sekuat mungkin dari godaan pesona mertuaku. Apa pun itu! Aku tak ingin mengorbankan rumah tanggaku. Jangan sampai istriku tahu apa yang aku rasakan saat ini.” Kegelisahan menghinggapi hati Drajat kini.


****

 Ketiganya pun mengobrol di mobil.

Sekar dan Pak Kus membahas masa-masa kecil Sekar yang dulu saat sempat berkunjung dan tinggal di rumah neneknya dan Drajat hanya menjadi pendengar yang baik dengan sesekali merespon obrolan keduanya saat keduanya sedang mengobrol.

Drajat masih fokus menyetir.

Entah kenapa Drajat merasakan jika mertuanya itu terus-terusan memperhatikannya.

Drajat yang penasaran sengaja menoleh, menatap Pak Kus. Namun, Pak Kus terlihat buru-buru mengalihkan pandangannya ke jalan.

“Sungguh sangat aneh! Tatapan matanya juga tak sewajarnya tatapan mertua pada menantunya, tapi lebih kepada tatapan ah sudahlah!”

Drajat buru-buru menyingkirkan pikiran kotornya.

“Semoga saja dugaanku salah!”

 “Pak, apakah itu warungnya?” tanya Drajat.

Oh, iya, Le.”

Entah mengapa Drajat sangat senang ketika mertuanya itu memanggil tole dan suaranya sungguh terdengar seksi di telinganya, sangat tegas dan berat serak, namun menggairahkan.

****

Singkat cerita ketiganya pun makan malam bersama.

Ketika ketiganya makan bersama, gerak-gerik Pak Kus semakin terlihat mencurigakan saja. Ia selalu diam-diam memperhatikan Drajat. Namun, ketika Drajat balik menatapnya, Pak Kus lagi-lagi mengalihkan pandangannya. Sungguh Drajat penasaran.

****

Tak lama kemudian setelah makan malam ketiganya pun kembali ke rumah.

 Setelah menidurkan anaknya, Sekar hendak membuatkan kopi bapaknya yang kini sedang duduk-duduk santai sembari merokok.

“Mas mau menemani bapak ngobrol. Kamu istirahat saja menemani adik,” kata Drajat kepada Sekar.

“Iya, Mas. Aku buatin kopi dulu buat kalian,” ucap Sekar.

Sekar pun ke dapur membuatkan kopi untuk bapak dan suaminya, sedangkan Drajat keluar rumah menghampiri mertuanya. Pak.”

Eh, kamu, Le. Kenapa tidak istirahat, he?”

“Belum ngantuk, Pak. Pingin ngobrol sama Bapak,” jawab Drajat.

“Sibuk apa sekarang, Le?”

Saya punya bisnis garmen, Pak.”

Oh, bagus. Lalu di mana kamu bertemu putri bapak sehingga kalian bisa menikah?”

“Enggak sengaja, Pak. Saat dia menemukan dompet saya. Dia menghubungi nomor telepon saya yang tertera pada kartu nama yang ada dompet lalu saya mengajaknya ketemuan dan nggak nyangka saja yang nemuin dompet secantik dia. Saya jatuh cinta dan akhirnya memutuskan menikahinya. Saya nggak heran. Ternyata wajah cantik istri saya menurun dari bapaknya yang tampan,” ucap Drajat yang membuat Pak Kus tersenyum sembari menatap tajam menantunya.

Kalian juga pasangan serasi, cantik dan tampan,” puji Pak Kus yang membuat Drajat salah tingkah.

Tak lama kemudian Sekar datang. Pak, Mas, kopinya.”

“Terima kasih, Sayang. Istirahatlah. Kamu pasti lelah. Biar Mas yang menemani bapak.”

Ya, sudah. Aku istirahat duluan ya, Pak.”

****

Keduanya pun kini menyeruput kopi.

Apa Bapak setiap malam duduk menikmati pemandangan sawah seperti ini?”

“Iya, Le.”

Apa Bapak nggak kesepian?”

Drajat mau, Bapak ikut kita ke kota,” kata Drajat.

Bapak lebih senang tinggal di desa. Di Kota tak ada sawah. Bapak tidak pernah merasa sepi,” jawab Pak Kus masih kukuh menolak ajakan Drajat.

“Sejujurnya alasan bapak tak mau ke kota karena adanya suatu hal yang membuat bapak tetap bertahan tinggal di desa, Le.”

Apa itu, Pak? Cerita saja sama saya. Saya tak hanya bisa menjadi mantu, tapi bisa juga menjadi teman ngobrol, Pak,” kata Drajat yang seketika membuat Pak Kus mematikan rokoknya yang tinggal sedikit lalu beranjak dari tempat duduknya, mengambil gelas kopi, dan berjalan perlahan ke pematang sawah.

Drajat berjalan mengikuti di belakangnya.

“Jujur, bapak sebenarnya tidak mau menolak keinginan baik kalian mengajak bapak tinggal bersama kalian di kota. Terima kasih. Bapak sangat senang senang sekali.”

“Orang tua mana yang tak senang jika anaknya berbakti pada orang tuanya, orang tua mana yang tak senang jika diperhatikan oleh anaknya, hanya saja bapak memiliki alasan tersendiri.”

Kenapa Bapak menolak?” tanya Drajat.

“Pertama. Selain bapak harus menjaga peninggalan ibu atau mbahnya Sekar. Kedua, bapak punya janji pada seseorang.”

“Maksud Bapak? Sahabat Bapak atau bagaimana?” tanya Drajat penasaran.

“Kamu bisa tahu dari awal saat bapak cerita jika kamu mirip sahabat bapak yang sudah lama tak bertemu.”

“Di situ saya merasakan jika Bapak amat merindukan beliau dan nampaknya beliau terlihat sangat berarti di hidup Bapak. Betulkah itu, Pak?” timpal Drajat.

“Iya, benar, Le. Kamu benar. Dia mirip sama kamu. Wajahnya, tubuhnya, semua mirip kamu. Kamu benar-benar mengingatkan bapak kepadanya. Sudah lama dia tidak menemui bapak. Bapak masih ingat janjinya jika dia akan menemui bapak dan akan tinggal bersama bapak selamanya di desa karena kami suka pemandangan sawah dan banyak kenangan yang telah kami lalui. Ketika melihat kamu, bapak langsung teringat dengannya, Le,” jabar Pak Kus panjang lebar.

Saya mengerti, Pak. Lalu kenapa Bapak tak mencari dan menemuinya saja?”

BERSAMBUNG KE PART 4

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search