Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

PAK BIRIN DAN POCONG GUDANG BERKAS

 PART 1

Kesibukan di kantor itu tidak mengurangi konsentrasi saat dua orang karyawan yang sedang menghadap kepala staf.

Keduanya tampak sedikit menunduk dan terkadang mengangguk-angguk saat diberi pengarahan.

Sesekali keduanya memang terlihat membantah, namun saat kepala staf menjelaskan keduanya kembali mengangguk-angguk.

Sudah satu jam lebih keduanya berada di ruang kepala staf.

“Sebagai karyawan, saya memang harus siap dipindah di bagian mana pun, Pak. Yang menjadi masalah bagi saya, alasan yang digunakan untuk memindah saya itu loh, Pak.”

“Bisa dilihat dari absensi, saya tidak pernah terlambat pekerjaan. Saya juga selesai tepat waktu,” protes Pak Birin seorang di antara mereka. Sedangkan yang satunya adalah Pak Arif teman sekantor sekaligus partner kerja.

Pak Birin yang protes itu menjelaskan kepada kepala staf bahwa ia orang yang akan dipindah tugaskan itu merupakan karyawan yang baik.

Pak Birin  juga merupakan sosok yang rendah hati. Intinya, Pak Birin adalah orang baik dan sangat profesional maka tidak salah saat manajer pusat mempromosikan Pak Birin menjadi kepala bagian.

Pak Arif melanjutkan jika yang dilakukan bukan tentang bagus tidaknya pekerjaan Pak Birin, tapi tentang suka atau tidak suka secara personal dan orang yang tidak suka padanya pasti juga menginginkan jabatan yang sedang dipromosikan untuknya.

Meskipun begitu, Pak Arif enggan menceritakan siapa orang yang berusaha menyingkirkannya, namun satu hal yang pasti, ada orang yang memfitnah Pak Birin sehingga Pak Birin bukannya naik jabatan, tapi justru turun.

Betapa pun Pak Birin maupun Pak Arif telah menjelaskan pada kepala staf, tapi sang kepala staf meminta maaf yang sebesar-besarnya bahwa ini semua adalah perintah langsung.

Pak Arif pun mengelus pundak Pak Birin, berharap Pak Birin bersabar dan menjalani pekerjaan barunya dengan ikhlas.

****

Gudang barang itu memiliki luas sekitar 300-an meter persegi tempat baru bagi Pak Birin bekerja.

Barang yang disimpan di sana utamanya adalah alat-alat tulis kantor beserta dokumen-dokumen dari tahun ke tahun. Secara umum gudang itu memang hanya berupa sebuah bangunan yang luas.

Namun, karena ada berpuluh-puluh bahkan ratusan rak untuk menyimpan dokumen maka gudang itu justru terlihat seperti sebuah perpustakaan.

Gudang itu meski luas dan bila malam terasa sangat sepi atau tidak ada satu pun karyawan yang pernah bekerja di sana mengeluhkan kalau tempat itu berhantu.

Tentu masalah apakah gudang itu berhantu atau tidak bukan sebagai alasan Pak Birin untuk tidak menerima tugas barunya. Itu hanya satu hal yang masih mengganjal di hatinya. Ia merasa seperti sedang dibuang secara perlahan.

****

Pak Birin berkeliling di tempat barunya.

Kali ini ia bertugas menginventaris berkas-berkas yang sudah selesai tutup buku tahunan. Ia juga harus segera menghafal letak-letak ataupun dokumen di sana. Hal itu karena bilamana ada petugas audit pajak yang datang maka Pak Birin yang bertugas menyiapkan segalanya. Bukan pekerjaan yang sulit sebenarnya, namun justru itulah letak kekecewaan Pak Birin. Ia yang terbiasa mengatur dan memikirkan strategi pemasaran di kantornya kini hanya dipasrahi pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh lulusan sekolah menengah.

Hari itu Pak Birin sudah akan pulang ketika telepon di ruangannya berdering.

Kringggg ....

Dengan terpaksa ia mengangkat telepon, siapa tahu memang ada hal yang penting.

Benar saja, dari seberang sana terdengar seorang mengatakan kalau besok jam 07.00 pagi akan ada pemeriksaan dari petugas pajak.

Pak Birin diminta menyiapkan beberapa berkas mengenai penjualan barang tertentu dari 2 tahun yang lalu. Artinya, Pak Hadi harus menunda kepulangannya karena harus menyiapkan apa yang diminta.

Pak Birin kembali duduk di kursinya. Ia pun menghirup nafas dalam-dalam dan mencoba bersandar.

Jam di tangan telah menunjukkan pukul setengah lima, ia harus bergegas agar bisa segera pulang.

 Pak Birin pun segera menuju ke ruang belakang untuk memulai mengambil berkas-berkas yang diminta. Meskipun di gudang itu telah diberi tanda tahun per tahun, tetap saja Pak Birin masih kebingungan karena saking banyaknya berkas.

Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh.

Gelotak!

Seketika Pak Birin menoleh, dan benar saja, ia melihat sebuah berkas yang jatuh dari tempatnya.

Pak Birin mengernyitkan dahi, ia bahkan belum memeriksa ke lokasi tersebut, lalu bagaimana mungkin berkas yang tebal itu bisa jatuh dengan sendirinya.

Secara tiba-tiba Pak Birin juga mendengar suara pintu berderit dan menutup.

Krekkk.

Brakkk.

Pintu ruang berkas itu memang menutup, tapi pada waktu itu Pak Birin sedang bekerja sendirian. Pak Birin juga tidak melihat siapa pun di sana.


Pak Birin baru juga memeriksa pintu depan ketika dari ruang berkas terdengar suara besi yang berderit seperti besi yang diseret-seret.

Srekkk!

Mau tidak mau Pak Birin merinding juga pada akhirnya.

Pak Birin pun kembali ke ruang berkas. Buru-buru ia menyelesaikan pencarian berkas-berkas yang diminta.

****

Pagi itu Pak Birin berdebat dengan Admin Pusat.

Pekerjaan kemarin sore ternyata sia-sia, apalagi Pak Birin sudah meluangkan waktu mencari berkas-berkas yang disuruh, namun jawaban dari Admin Pusat, “Loh! Yang telepon Pak Birin itu siapa? Pusat sedang tidak ada kunjungan dari kantor pajak. Kok Pak Birin mengapa repot-repot bawa berkas ke sini?”

Admin itu berkata tidak kalah mengotot, padahal sudah sangat jelas kalau kemarin sore Pak Birin menerima telepon dari Admin Pusat yang meminta berkas-berkas.

Pak Birin yang merasa dipermainkan lantas menanyakan pada para karyawan di kantor pusat. Namun, semua jawaban mengatakan tidak tahu. Pak Birin pun harus membawa kembali berkas-berkas itu.

PART 2

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search