BERCERAI LALU SELINGKUH DENGAN MANTAN SUAMI
PELET SINDUKA
Tangan Sumiyati kian gemetar,
dadanya semakin
kencang berdetak, dan matanya juga mulai memanas.
Dia masih terpaku di tempatnya
seolah tanpa daya. Suaminya yang bernama Maryono
dan sangat
dicintai benar-benar telah berpaling. Maryono pergi dengan perempuan lain, dan perempuan tersebut adalah
kawannya sendiri, sahabat karib semasa SMA dulu yang bernama
Mujilah.
Sebenarnya kecurigaan itu
sudah sangat lama mengganggu pikiran Sumiyati, tapi dia masih bisa bersabar
dengan berbagai omongan miring tentang suaminya hingga saat kesabaran itu
semakin menipis ia pun mencoba mencari bukti-bukti konkrit.
Hari ini bersama putrinya
yang bernama Sifa, Sumiyati telah menemukan bukti tersebut. Suami yang telah memberinya 3
buah hati itu melangkah ke bioskop bersama Mujilah kawannya
yang selama ini
dianggapnya setia.
Saat mereka sedang bergandeng tangan memasuki bioskop sebenarnya Sumiyati ingin menegur, tapi dia tidak memiliki kekuatan atau lebih te
pat tidak memiliki keberanian. Bukan hanya itu, Sumiyati juga menjaga perasaan putrinya yang terlihat kecewa. Meski begitu sang putri yang duduk di bangku kelas 3 SMP itu masih berusaha untuk membesarkan hati sang ibu. Dengan penuh sayang dia bangkitkan kekuatan di jiwa Sumiyati. Pada akhirnya sakit hati itu kembali tersimpan.
Ibu dan anak itu pun bergandengan
menuju pulang dengan air mata kepedihan.
****
Ketika ayam berkokok kesekian kali
barulah Maryono pulang ke rumah.
Saat ditanya, dengan ringan Maryono menjawab kalau menjamu tamu
dari ibukota.
Tanpa bertele-tele Sumiyati
mengatakan kalau ia dan Sifa melihatnya berada di bioskop bersama
Mujilah.
Ucapan dengan nada gemetar itu tidak membuat
Maryono gentar. Ia tampak tenang sambil merebahkan badan.
Tanpa berucap apapun Maryono tidak lagi bergerak, dia tidur.
Sumiyati
terus mendesak
agar Maryono mengakui seputar hubungannya dengan Mujilah, tapi tetap saja tidak mau
mengaku.
****
Seiring
berjalannya waktu.
Sumiyati mencoba bersabar. Dia alihkan perhatian pada
anak-anak dan pekerjaan. Akan tetapi, semakin lama ocehan orang-orang dekat
membuatnya tidak kuat. Perlakuan suami terhadapnya
juga kian berubah. Kasih sayang yang dulu terasa
sempurna semakin hilang sama sekali, itu pula yang dilakukan Maryono pada
anak-anaknya, perhatian yang dulu hangat semakin hilang.
Untuk menyelesaikan
permasalahan yang kian menyakiti hatinya, Sumiyati memutuskan ke rumah Mujilah.
Sumiyati menanyakan tentang apa yang terjadi pada
kawannya itu hingga tega merebut suaminya.
Dengan terang-terangan Mujilah
mengakui kalau hubungannya dengan Maryono sudah berjalan jauh. Mereka terlibat asmara ketika sama-sama berada
di luar kota yang kala itu Rin masih memiliki dua anak dan hubungan itu kembali
berlanjut saat Mujilah dipindah tugaskan.
Meskipun Mujilah meminta maaf
karena cinta yang dirasakannya pada Maryono sangat kuat, tapi Sumiyati keluar dengan penuh amarah
dan air mata kesedihan. Sumiyati tidak percaya lagi pada
kawannya itu dan berucap tidak akan memberinya maaf sampai kapan pun.
****
Pengakuan Mujilah membuat hati Sumiyati
dikuasai emosi.
Pertengkaran dengan suaminya
pun kian beruntun. Maryono yang mulai jarang pulang
menambah pertikaian semakin memuncak hingga akhirnya sampailah di pengadilan.
Mereka pun
bercerai.
Tiga anak diputuskan hak asuhnya
pada Sumiyati. Setelah itu tanpa rasa malu sedikitpun
Maryono
menikah dengan Mujilah.
****
Setahun
kemudian.
Sumiyati mengenal seorang lelaki yang bernama Giman.
Atas hubungan tersebut, Sifa putrinya menyarankan agar
menikah saja. Mendengar restu dari putrinya membuat Sumiyati menangis.
Giman yang masih lajang merupakan
seorang pendiam yang usianya lebih muda 2 tahun dari Sumiyati.
Setelah pernikahannya tersebut
tentu saja Giman sangat menginginkan anak dari benih Sumiyati, tapi tidak demikian dengan Sumiyati, baginya tiga anak sudah
cukup, apalagi si bungsu masihlah kecil, masih kelas 2 Sekolah Dasar.
Secara diam-diam Sumiyati pun
menggunakan alat kontrasepsi.
****
Seiring
berjalannya waktu.
Sumiyati mulai menyadari kalau dia benar-benar cinta
pada Giman. Sumiyati hanya ingin menunjukkan pada suaminya maupun teman-teman
dekatnya bahwa dia bisa mendapatkan lelaki yang baik dan lajang pula. Hubungan Giman dengan anak-anaknya sudah demikian
harmonis sebagaimana ayah dengan anak-anak kandungnya.
****
Tanpa terasa hampir tiga tahun rumah
tangga Sumiyati dan Giman sudah terlewati.
Tidak nampak ada kecurigaan
tentang KB yang dilakukan Sumiyati. Giman tidak pernah membahas akan hal
itu hingga datanglah hari yang tidak terduga.
Pertemuan Sumiyati dengan Maryono
secara tidak sengaja di sebuah pertokoan menumbuhkan kembali benih cinta yang
masih utuh. Tidak dipungkiri Kerinduan Sumiyati akan cinta kasih seakan
terobati, apalagi tatapan mata Maryono juga sangat teduh.
Semenjak hari itu wajah Maryono
terus membayang dalam setiap waktu.
Memang selama ini Maryono hanya beberapa kali saja
menemui anak-anaknya, itu pun kebetulan kalau Sumiyati dan Giman tidak di rumah, tapi meskipun begitu Maryono masih menunjukkan tanggung
jawab pada ketiga anaknya. Walaupun tidak terlalu sering, Maryono masih berkirim uang untuk
kebutuhan mereka.
Hari-hari menjadi siksaan bagi
Sumiyati. Cinta yang belum padam pada mantan suaminya membuatnya
terjebak kembali dalam nostalgia kenangan.
Semakin hari semakin
membuatnya tersiksa. Sumiyati pun sudah mencoba sekuat tenaga mencintai suami barunya, tapi kenyataan tidaklah
seperti harapan. Suatu hari kembali Sumiyati dipertemukan dengan Maryono, tapi kali ini Maryono sedang bersama Mujilah yang
menggendong putri mereka. Sumiyati benar-benar terpukul, dia redam cemburu dan mencoba bersikap
baik.
Percakapan sebentar dengan Maryono
mampu membuat hatinya sejuk.
Sumiyati benar-benar bingung. Ada apa dengan dirinya? Mengapa dia menjadi berat
berpisah dengan Maryono?
Sumiyati pun mulai berpikir realistis
bahwa inilah cinta, tidak bisa berpaling dan
tidak tergantikan.
Memang perjalanan asmaranya
dengan Maryono dulu sangatlah romantis, bahkan mereka curi-curi waktu
untuk memadu kasih.
Dulu, Maryono yang tergolong pewaris usaha
sang ayah banyak dikejar oleh para gadis kala itu, tapi hanya Sumiyati yang
mampu membuatnya terjungkal dengan ganasnya api asmara.
Selama berpacaran lebih dari 2
tahun, Maryono merupakan sosok yang penuh kejutan dan sosok yang setia. Hal itulah yang mungkin
membuat Sumiyati tidak mampu melupakan begitu saja mantan suaminya itu. Cinta itu masih utuh, bahkan Sumiyati menyematkan
dengan bingkai emas yang selain itu ternyata Maryono juga kekasih pertama
sekaligus terakhirnya.
Merasa ada kesempatan, Sumiyati mencoba terus berhubungan
dengan Maryono, tapi anggapannya keliru. Maryono disibukkan dengan pekerjaan dan juga
dengan berbagai masalah keluarganya. Hal itu pun membuat Sumiyati semakin
tersiksa akan kerinduan.
Secara diam-diam Sumiyati menceritakan tentang cara
memikat seseorang dari salah satu kawan karibnya.
Banyak usulan yang diberikan, mulai dari pasang susuk, menggunakan ajimat, mengasian, dan juga mengamalkan ajian
pelet.
Hati yang diselimuti kabut
pekat membuat Sumiyati mengajak kawannya ke rumah orang pintar, tentu saja yang dikenal ahli
dalam hal ilmu memikat.
Dari orang pintar yang bernama
Mbah Suro, diberitahu bahwa Mujilah memiliki satu barang mustika pemikat, barang bertuah itulah yang
dipakai untuk memikat Maryono.
Penjelasan itu membuat Sumiyati
tidak habis pikir sama sekali. Benar-benar kecewa Sumiyati dengan Mujilah.
Orang pintar itu pun memenuhi
permintaan Sumiyati agar menghilangkan benda bertuah tersebut secara jarak
jauh.
Setelah itu barulah Sumiyati diperkenalkan dengan salah
satu ajian yang disebut dengan pelet sinduka, sebuah ajian pemikat yang sederhana
dan mudah penggunaannya. Selain itu, tidak ada efek yang
ditimbulkan, juga tidak ada pantangan khusus.
Setelah dilakukan ritual pembersihan serta penyaluran transfer
energi, Sumiyati diberitahu satu mantra yang harus diamalkan ketika hendak tidur, amalan tersebut dibaca 7
kali sebelum tidur sambil menahan nafas dilanjutkan dengan menepuk bantal yang
akan digunakan tidur sebanyak tiga kali sambil menyebut namanya. Ilmu ini diyakini membuat sukma target akan
saling bertemu
di alam mimpi.
“Seseorang yang dalam keadaan
tidur bisa dikatakan memiliki pertahanan yang lemah, maka saat itu juga alam bawah sadar bisa
dimasukkan dan dipengaruhi dengan membacakan dua pelet sinduka,”
ujar Mbah Suro.
“Dia akan terpengaruh secara
perlahan. Jika benar-benar menguasai ilmu pelet ini, maka bisa dengan mudah
mengajak si target bersetubuh dalam mimpi, Nduk,”
imbuhnya.
****
Sumiyati yang paham betul kapan mantan suaminya tidur
mengamalkan mantra tersebut dengan waktu yang tepat.
Seminggu kemudian usahanya
membuahkan hasil.
Pertemuan demi pertemuan
dengan Maryono membuat mereka dekat kembali. Sumiyati pun merasa puas karena Maryono
sudah berkeluh kesah tentang kondisi rumah tangganya yang sedang tidak baik.
Jiwa Sumiyati yang rapuh tidak dapat
disembunyikan, cinta yang tulus kembali subur, dia persembahkan pada Maryono dan
dia pun tidak mampu menghindari perselingkuhan yang seharusnya tidak terjadi.
****
Sumiyati menangis ketika Maryono kembali
menyentuhnya untuk yang pertama kali begitupun dengan Maryono yang menitikkan
air mata sembari menyesali kesalahannya yang dulu.
Meskipun begitu Sumiyati tidak ingin jika rumah
tangganya berantakan, dia sadar telah membuat kesalahan besar, dia telah menghianati Giman
yang setia, dia juga mengabaikan keinginannya untuk memiliki buah hati dari
rahimnya.
Perselingkuhan telah terjadi. Ingin rasanya Sumiyati bersatu
kembali dengan Maryono. Sebenarnya tidaklah sulit
mencari alasan untuk itu, tapi tetap saja ada
anak-anaknya menjadi pertimbangan.
****
Pada akhirnya Giman pun menaruh curiga
pada Sumiyati.
Perubahan sikap Sumiyati membuat hatinya
terombang-ambing. Lelaki pendiam itu yakin betul jika istrinya telah berkhianat
dan meski tidak tahu siapa sosok yang dicurigai namun Giman bersikap jantan dan
berucap, “Kalau hubungan ini kita pertahankan, hatimu akan semakin sakit. Aku tahu kamu tidak
bersungguh-sungguh mencintaiku. Janganlah membohongi dirimu sendiri, Rin. Kalau memang kita harus
berpisah, mengapa dipaksakan untuk tetap bersatu.”
Sumiyati menangis mendengar ungkapan Giman dan hampir setiap malam Giman yang tidak nyaman selalu
mengungkapkan keinginannya untuk berpisah, alasannya tetap sama, dia tidak ingin membuat Sumiyati
tertekan dengan mempertahankan hubungan tanpa cinta.
****
Semakin lama mereka pun tidak
dapat menghindari pertengkaran yang mulai muncul.
Kecurigaan Giman semakin kental dan perselingkuhan
Sumiyati
dengan mantan suaminya juga terus berlanjut.
Puncaknya perceraian pun
terjadi.
Hubungan Sumiyati dengan Maryono
semakin dekat. Maryono juga sering berkunjung ke rumah bahkan kerap memanfaatkan liburan
ke luar kota bersama anak-anak.
Sepintas mereka seperti
keluarga utuh, tanggung jawab Maryono telah dipenuhi, dia juga memberikan sebuah
mobil bagi Sumiyati demi untuk mengantar anak-anak ke sekolah.
Saat kebahagiaan dirasakan, Sumiyati dikejutkan dengan berita
duka atas meninggalnya Giman. Mantan suami keduanya itu
kecelakaan di sebuah jalan tol lintas ibukota juga bersamaan dengan
Mujilah melabrak
Sumiyati ke rumah dengan kasar. Mujilah menuduh kalau
Sumiyati telah
menggoda Maryono dan mengguna-gunanya.
Mujilah mengancam akan bunuh diri jika sampai ia
bercerai dengan Maryono dan ternyata ancaman itu bukan isapan jempol belaka. Berkali-kali Mujilah mencoba bunuh diri.
Kini yang dilakukan Sumiyati adalah
memadamkan bara asmara bersama Maryono, dia harus menerima takdir
bahwa sudah saatnya merelakan Maryono untuk menjauh, tapi sekali lagi Maryono adalah ayah dari anak-anaknya. Bagaimana bisa dia
menghindar dari kenyataan tersebut ditambah lagi jika dalam seminggu saja tidak
berjumpa, maka pellet sinduka membuatnya bermimpi berhubungan
badan dengan Maryono.
Ilmu pelet yang diberikan
telah menyatu dengan jiwanya. Tidak ada penawar, kecuali doa yang diijabah.
Sumiyati termenung. Ini semua tergantung pada
sang pencipta.
END
No comments:
Post a Comment