RANTAI BABI
PESUGIHAN RANTAI BABI
Rantai babi adalah benda mustika yang dikeramatkan karena
keampuhannya.
Keberadaannya yang langka banyak orang mengaku memiliki barang
mustika ini, tapi belum tentu semua asli dan memiliki tuah.
Dari banyak pengakuan para sahabat, Mbah Noto adalah satu di antaranya.
Beliau mengaku memiliki mustika rantai babi yang benar-benar bisa dibuktikan keasliannya.
Mbah Noto bertutur jika pada suatu saat ketika beliau pulang
dari bepergian, beliau memutuskan melewati hutan. Di tengah perjalanan Mbah
Noto bertemu dengan segerombolan babi yang melintas. Tampak yang menjadi
pemimpin adalah seekor babi besar yang lehernya seperti memakai kalung.
Seketika Mbah Noto menepi bersembunyi di balik pepohonan. Dengan jelas beliau melihat babi-babi itu
menuju sebuah sungai.
Ketika gerombolan binatang itu mandi, Mbah Noto melihat si
raja babi hutan tersebut melepas kalungnya lalu ditaruh di bawah sebuah pohon.
Keanehan pun terjadi, raja babi tersebut berubah menjadi
manusia, yakni sosok ksatria yang gagah perkasa. Di saat ksatria tersebut
berbalik badan menuju sungai, secepat kilat Mbah Noto menyambar barang berupa
kalung itu.
Suara gemerincing membuat ksatria babi menoleh dan ketika
tahu kalungnya diambil dia pun langsung berhadapan dengan Mbah Noto.
Terjadilah pertarungan yang disaksikan oleh babi yang siap
jika diutus pemimpinnya, tapi saat melihat sang pemimpin mampu dikalahkan oleh Mbah
Noto semua terdiam tanpa ada reaksi.
Sang ksatria mengaku kalah karena barang yang selama ini
dijaga telah berpindah tangan. Barang tersebut adalah sebuah mustika rantai
babi.
Sang ksatria pun berjanji akan turut atas segala perintah
Mbah Amin. Pada akhirnya dia kembali menjadi babi dan pergi bersama rombongan
meninggalkan sungai, sedangkan Mbah Noto yang memiliki ilmu kebatinan mumpuni
melanjutkan perjalanan pulang dengan membawa mustika rantai babi.
Mbah Noto menyebut, siluman babi tersebut penguasa Gunung Gelap.
Memang pada dasarnya mustika ini hanya sebagai media
kesaktian dan kedigdayaan sehingga sangat jarang juga bisa digunakan untuk
pesugihan. Hanya segelintir orang saja yang mampu dan mampu menjadikan mustika
rantai babi sebagai sarana pesugihan.
Mungkin orang-orang tersebut punya alasan tersendiri sehingga
menuruti kemauan para pelaku ritual. Bisa jadi mustika rantai babi memang mengharuskan
hal tersebut bagi si pemilik.
******
Malam itu.
Seorang lelaki berusia sekitar 40 tahun datang bertemu ke
rumah Mbah Noto.
Lelaki yang mengaku bernama Slamet berasal dari salah satu
kota di Jawa Tengah itu datang seorang diri. Dia mengaku tahu tentang keadidayaan
Mbah Noto dari seorang kawannya yang tidak lain adalah tetangga Mbah Noto, yang
mana sekitar setengah tahun yang lalu dia bertemu di perantauan tambang di Kalimantan.
Slamet berbicara jika dia dihadapkan banyak masalah
perekonomian dan alasan utama yang membuat datang menemui Mbah Noto untuk
meminta bantuan adalah karena dia sering dipinggirkan oleh mertuanya.
Ucapan-ucapan pedas sering ia dapatkan, baik dari mertua
laki-laki maupun perempuan, termasuk pula dari dua saudara istrinya.
Saat ini Slamet yang sudah memiliki dua anak masih satu rumah
dengan mertuanya.
Semenjak pernikahannya dulu dia merasa ada saja yang membuat
sulit untuk mengumpulkan uang. Hasil dari pekerjaannya selalu mengalir deras
sehingga tidak pernah memiliki tabungan ataupun sisa uang untuk membeli lahan
dan membangun rumah sendiri.
Sudah beberapa kali ia melakukan ritual buang sengkolo sesuai anjuran orang pintar, tapi tetap saja tidak ada perubahan, termasuk pula melakukan bangun nikah di hari yang baik.
Sayangnya tidak juga ada hasil hingga hari ini ketika bekerja di tambang tidak membuahkan hasil malahan justru terlilit banyak hutang.
Slamet pun putus asa dengan cobaan hidupnya dan atas kisah
dari kawannya itulah dia nekat menemui Mbah Noto. Dia akan minta bantuan
melakukan pesugihan mustika rantai babi.
Sebenarnya ada banyak pilihan tentang pesugihan yang akan
dilakoninya. Akan tetapi, dia lebih mantap pada kemampuan Mbah Noto.
Mendengar penuturan Slamet untuk sesaat Mbah Noto terdiam.
Suasana hening sejenak.
Setelah menyuruh beberapa teguk kopi barulah Abang Amin ganti
bertutur. Beliau memberi nasihat pada Slamet agar menenangkan hati dan jangan
putus asa.
“Tekadku sudah bulat, Mbah,” kata Slamet.
“Aku ingin penderitaanku di dunia segera berakhir.”
Slamet menyela Mbah Noto yang melihat tamunya memiliki semangat
berapi-api.
Mbah Noto kemudian melanjutkan tuturnya. Memang selama ini
ritual malam berkah lewat barang azimat yang dimilikinya tidaklah pernah gagal,
setidaknya sudah ada lebih dari 8 tamu yang datang padanya dan berhasil, hanya
saja Mbah Noto putus silaturahmi setelah pertemuan beberapa kali sehingga tidak
tahu kelanjutan para pelaku pesugihan tersebut.
Atas hal itulah Mbah Noto menyuruh agar Slamet berpikir ulang.
Beliau tidak tahu apa yang harus ditanggung oleh para pasiennya setelah
mendapat banyak harta.
Karena Slamet berulang kali berucap tentang kemantapan hatinya
maka Mbah Noto meminta hari weton serta nama ibu.
Selang beberapa menit setelah melakukan perhitungan barulah Mbah
Noto mengabulkan permintaan Slamet.
Beliau akan menuruti kemauan Slamet dan berharap prosesnya lancar
seperti yang lain.
Setelah itu Mbah Noto menjelaskan tentang syarat dan hari
pelaksanaan ritual.
Syarat utamanya adalah Slamet harus mencuri Segenggam tanah
milik sasaran yang akan dikuras hartanya maksimal 7 orang, sedangkan sesaji
yang dibutuhkan cukuplah banyak.
Namun, yang terpenting adalah dua ekor kambing dan darah ayam
cemani di dalam labu. Untuk pelaksanaannya dilakukan pada malam Jumat Kliwon.
Kemudian setelah paham Slamet mengucap terima kasih lalu
berpamitan.
******
Hari itu pun tiba.
Sesuai amanah Mbah Noto, Slamet datang sekitar pukul 3 dini hari
dengan membawa dua ekor kambing. Kemudian lewat jalan setapak ditunjukkanlah
lokasi di mana kambing-kambing itu harus ditaruh. Di lokasi ujung hutan itu
pula nantinya ritual akan dilaksanakan.
Setelah sampai di lokasi Mbah Noto menyuruh agar Slamet
menunggunya di sana sambil berpuasa sampai dia datang menemuinya lagi.
Sebelum meninggalkan Slamet, Mbah Noto memberinya kain untuk
menaruh sesaji yang lain.
******
Pukul 23.00.
Mbah Noto sudah kembali ke lokasi. Beliau membawa nasi
dibungkus daun jati beserta minuman untuk Slamet, tapi tampaknya Slamet tidak
merasakan lapar ataupun haus. Yang ada di otaknya hanya secepatnya melakukan
ritual dan menjadi seorang kaya raya, menjadi orang yang tidak dipandang sebelah
mata lagi oleh mertua, kerabat, maupun para tetangganya. Dia ingin ritual malam
ini segera terlaksana dan berhasil sepenuhnya.
Mbah Noto mulai berkonsentrasi pada janjinya. Dia membuka
kain yang berisi sesajen kemudian meletakkan labu yang sudah dibelah dua dan di
lubangi pada bagian tengahnya.
Setelah itu Slamet mendekat dengan ayam cemani yang siap
disembelih di atas labu. Darah pun mengucur dan menetes masuk ke labu.
Setelah pisau kecil menggorok leher ayam tersebut Mbah Noto
menaruh pisau di samping labu dan menyuruh Slamet menaruh ayam tersebut.
Setelah darahnya tuntas Mbah Noto mundur beberapa langkah
lalu membuka seluruh pakaiannya, sementara itu auratnya sudah ditutupi dengan
anyaman daun sirih pertanda ritual akan segera dimulai.
Beliau menyilangkan tangan di depan dada disusul komat-kamit
membaca mantra.
Di satu sisi barang berupa mustika rantai babi tampak seperti
berputar sendiri. Terdengar suara berisik keluar dari benda tersebut.
Semakin lama angin semakin kencang yang mengakibatkan ranting
kering berjatuhan dan sebuah dahan yang cukup besar patah menimpa dua kambing sekaligus.
Dua hewan tersebut seketika pun mati dan karena hal itu ritual pun tidak bisa dilanjutkan.
Slamet harus menunggu bulan depan untuk melaksanakan ritual
yang sama.
******
Setelah cukup bersabar
selama sebulan.
Akhirnya Slamet sudah bersiap-siap untuk melakukan ritual
kembali. Kali ini dia membawa segenggam tanah yang berasal dari luar pulau Jawa
sesuai perintah.
Mbah Noto kembali melucuti pakaiannya dan hanya anyaman daun
sirih yang menutup auratnya.
Angin kembali berembus kencang disusul suara tawa menggema
dari dua sosok.
Dalam sekelebatan mata saja keduanya sudah menerkam kambing
yang disajikan.
Seketika kambingnya di serangnya itu pun mati menggelepar.
Setelah itu satu sosok melanjutkan dengan menghisap darah
ayam cemani di dalam labu sedangkan sosok satunya mencium aroma tanah yang
dibawa oleh Slamet.
Secepat kilat kedua sosok itu melesat dan menghilang di
kegelapan malam dengan diikuti suara tawa.
Tak berapa lama kemudian dua karung goni tiba-tiba sudah
berada di samping sesajen.
Angin kencang kembali
muncul dan menandakan ritual telah berakhir.
Mbah Noto mengenakan pakaiannya kembali kemudian mengambil
mustika rantai babi yang sudah tergeletak di antara karung goni, sedangkan Slamet
masih mengubur kambing-kambing yang tergeletak bersimbah darah.
Setelah itu Mbah Noto menutup kesuksesan ritual dengan
berkomat-kamit kemudian menyarungkan kembali Mustika azimatnya.
Slamet sangat bahagia dengan hasil yang didapatkan, di mana
karung goni tersebut berisikan uang bermacam pecahan.
Mbah Noto sendiri tidak pernah mau mendapat bagian dari hasil
ritual yang dilakoni, mungkin ada alasan tersendiri dari apa yang dilakukannya.
Yang pasti semua adalah tuntutan dari mustika rantai babi.
Untuk selanjutnya Mbah Noto menyerahkan seluruh pertanggungjawaban
pada si pelaku pesugihan dan sampai sekarang dia tidak pernah tahu bagaimana
nasib dari mereka yang pernah melakukannya termasuk Slamet.
*****
Dari penalaran tentang pesugihan, sudah barang tentu ada hal
buruk jika bersekutu dengan iblis.
Hal itu pasti juga berdampak pada pelaku pesugihan mustika
rantai babi.
Tidaklah mungkin mereka bisa menikmati hasil pesugihan dengan
bahagia, sementara bagi Mbah Noto, Slamet adalah orang terakhir yang dibantu
dalam ritual mustika rantai babi.
Setelah itu beliau melakukan perenungan lebih dari 3 bulan lamanya
yang pada akhirnya Mbah Noto memutuskan menaruh kembali mustika rantai babi di pohon
di mana beliau merebutnya dulu.
Beliau merelakan barang azimat tersebut demi kebaikannya.
Mbah Noto tetap dipandang sebagai orang pintar dan beliau
mulai mempergunakan bakat pemberian Tuhan tersebut ke jalan yang lebih baik.
Mbah Noto sadar jika yang dilakukan bersama mustika rantai
babi selama ini adalah satu keburukan.
No comments:
Post a Comment