Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

RAHASIA CINCIN MILIK EYANG PART 2

 PART 2

Suara jangkrik masih terdengar dibarengi suara binatang malam khas pegunungan yang begitu keras.

Prayitno menyuruhku minum air putih sebelum tidur kembali, sementara dia yang terlihat sangat mengantuk kembali melanjutkan tidurnya.

****

Hari Jumat.

Setelah kami sarapan, kami bersiap melakukan perjalanan ke hutan mencari tempat yang nyaman untuk bersantai.

“Kalian ingat, ya. Jangan sampai kalian mandi di bawah air terjun.” Neneknya Prayitno memperingatkan.

“Memangnya kenapa, Nek?” tanya Silvi.

Perempuan itu menjelaskan tentang bahaya jika berada tepat di bawah air terjun karena air terjun tersebut merupakan tempat berkumpulnya lelembut yang setiap saat akan mengganggu orang-orang yang berada di sana.

“Sudah banyak orang yang menghilang tanpa ada jejak. Kemungkinan dimakan bangsa demit.”

****

Kami membawa bekal yang sudah dipersiapkan kemudian memulai perjalanan masuk dalam hutan.

Matahari yang sudah terbit membawa kabut mulai menipis diiringi kicauan burung menemani sepanjang jalan setapak yang kami lewati.

Sekitar setengah jam perjalanan sampailah kami di persimpangan yang kemudian Prayitno mengajak kami berbelok ke arah kanan.

Medan yang sulit untuk kami lewati jalanan yang miring dengan jurang di sisinya.

Setengah jam kemudian terdengar suara gemercik air yang cukup keras. Suara dari bawah itu membawa kami berbelok menuju ke sana dan sampailah pada tempat yang begitu indah.

Air terjun yang mengalir deras lengkap dengan aneka bunga di sekitarnya juga hiasi capung dan aneka kupu-kupu.

Kami letakkan tas ransel kami di sekitar air terjun lalu beristirahat sambil mengamati alam sekitar seperti surga yang diciptakan untuk mendamaikan jiwa manusia.

Air terjun itu tidak terlalu tinggi, airnya sangat bening dan lumayan besar, tidak tanpa ada satu hal yang aneh seperti yang diceritakan neneknya Prayitno.

Kabut yang telah menghilang membawa dingin semakin jelas keindahan tempat ini.

Tidak lama kemudian kami menuju ke sana dengan masih berpakaian, kami saling bergandengan.

Berada tepat di bawah air terjun itu kami melupakan pesan dari neneknya Prayitno untuk tidak berada di sana.

Kami menikmati dingin air dengan tertawa riang melepaskan tangan lalu menceburkan diri. Prayitno lebih dulu yang kemudian disusul Silvi lalu aku pun menyusul mereka.

Byur!

Di tengah-tengah dua sahabatku, samar-samar kulihat kelelawar bergantian masuk menerobos air terjun. Hewan nokturnal itu menghilang tepat di tempat kami berdiri tadi.

“Mungkin di sana sarang mereka,” batinku.

 Setelah ganti baju kami menggelar tikar lalu menyeduh kopi sebagai teman bersantai.  Kami mulai menikmati suasana dengan berbagi cerita.

“Apakah ada tempat indah yang lainnya?”

“Banyak,” jawab Prayitno.

Prayitno menceritakan tentang beberapa tempat yaitu puncak gunung yang indah dan biasanya selalu ramai para pendaki juga tentang sebuah petilasan salah satu Wali Songo yang juga selalu ramai pengunjung.

Prayitno juga menceritakan tentang air terjun ini yang ditutup dari para pengunjung dikarenakan setiap pengunjung yang datang pasti menghilang secara misterius, mereka tidak diketemukan keberadaannya sehingga tempat tersebut dianggap berbahaya bagi orang-orang asing.

Prayitno juga mengatakan kalau dia sudah beberapa kali datang dan tidak mengalami gangguan yang mengancam jiwanya.

“Yang datang ke sini hanya orang-orang tertentu yang paham jalannya,” tutur Prayitno.

Tiba-tiba kami dikejutkan dengan bayangan yang melintas diikuti gerombolan kelelawar yang mengejarnya. Bayangan itu begitu cepat menerobos air terjun.

Beberapa saat kemudian Silvi mengajak ke sana, dia ingin tahu tentang apa yang tadi terlihat.

Kami kembali ke arah air terjun lalu menengok di baliknya.

Kami tercengang saat menemukan sebuah gua di sana.

“Apa yang harus kita lakukan, ha?” tanyaku.

Kemudian Prayitno mengajak kami masuk.

“Ayo, masuk!”

Dengan penuh kecemasan aku melarang mereka. Ada rasa khawatir yang muncul di hatiku. Selain cerita tentang para pengunjung yang hilang, aku juga teringat neneknya Prayitno, tapi mereka tetap ingin tahu tentang isi di dalam gua tersebut.

“Nantinya kita akan dikenal sebagai orang yang menemukan gua ini,” ucap Silvi.

Dengan terpaksa aku ikut masuk ke sana.

****

Ternyata gua itu cukup dalam.

Saat melihat penerangan obor yang terpasang di setiap beberapa meter aku teringat mimpi semalam.  “Tempat ini persis seperti mimpiku,” batinku.

Kami terus menyusuri gua hingga tiba-tiba muncul seorang perempuan yang sangat mengerikan.

Pakaiannya putih mulus, rambutnya panjang sepinggang, wajahnya pucat pasi dengan lidahnya menjulur dipenuhi darah.

Sontak kami yang terkaget langsung kembali keluar.

Perempuan itu melambaikan tangannya sambil berteriak tidak jelas seakan memanggil kami agar kembali, tapi rasa takut yang terlanjur datang membawa kami terus berlari Hai hingga tibalah di sebuah persimpangan misterius, padahal kami tidak menjumpai ada persimpangan tersebut.

Saat masuk tadi terjadi perdebatan antara kami dan kembali atau teringat mimpiku seolah hadir di dunia nyata hari ini.

Prayitno mengajak kami berbelok ke kanan, tapi entah kenapa sesuatu menggetarkan hatiku.

Tanganku bergetar hebat. Aku melihat cincin akik yang kupakai, cincin pemberian Eyangku Itu sekilas mengeluarkan cahaya dan di saat itulah gerombolan kelelawar muncul dari belakang kami semua menyerang ke kami.

Kulihat darah segar keluar dari badan kami akibat cabikan dan gigitan kelelawar. Secara refleks aku menepis semua serangan hewan malam itu.

Aneh, aku bagai terhempas badai besar, aku tidak tahu apa yang terjadi.

Aku melihat sahabatku  berlumuran darah dan sesaat kemudian kelelawar itu membawa mereka terbang ke dalam gua.

BERSAMBUNG KE PART 3

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search