Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

RAHASIA CINCIN MILIK EYANG PART 1

 PART 1

Aku bangkit menuju teras rumah sambil terduduk di kursi kayu.

Sejenak kupandangi kilauan bintang yang begitu indah.

Tampak pula bulan separuh dengan pantulan cahayanya yang begitu berbinar. Kebalikan dengan hatiku yang risau tanpa sebab pasti.

Perlahan kuisap sebatang rokok yang diikuti bayangan masa lalu, bayangan itu memaksaku untuk mengenangnya kembali.

Waktu itu ....

****

Tahun 1992.

Cuaca sangat cerah.

Seperti hari-hari yang lain aku menghabiskan waktuku dengan bekerja di salah satu kantor asuransi.

Begitu aku pulang tampak Prayitno dan Silvi sudah berada di teras rumah. Sepertinya mereka sengaja datang untuk menemuiku. Aku langsung mendekat pada mereka.

Kami bersahabat sejak dibangku SMA dulu dan hubungan itu terus berlanjut sampai sekarang.

Kesibukan Prayitno adalah sebagai seorang dokter di salah satu rumah sakit elite, sementara Silvi sebagai sekretaris di salah satu perusahaan otomotif.

Meskipun kami mempunyai kesibukan masing-masing, tapi kami sering menghabiskan liburan dengan melakukan acara bersama dan sampai saat ini kami belum ada niatan untuk mencari pendamping hidup meski sudah beranjak dewasa dan juga sudah mapan,  kami masih senang dengan kebebasan tanpa ada yang mengikat.

“Ada apa kalian ke sini?” tanyaku.

“Nanti saja penjelasannya setelah kamu mandi,” jawab Silvi sambil melempar senyum cantiknya.

Setelah sedikit bercanda aku menyuruh mereka masuk ke dalam.

Kubiarkan dua sahabatku itu mencari tempat untuk bersantai, tapi mereka mendekat pada akuarium cukup besar yang aku taruh di sudut ruang tamu di mana beberapa ikan hias berenang tanpa beban.

“Kalian tunggu sebentar, ya,” ucapku serasa bergegas masuk kamar.

Ternyata dua sahabatku itu mengajak liburan ke desa, Prayitno mengajak aku dan Silvi menghabiskan liburan kali ini di rumah neneknya.

Prayitno menceritakan tentang neneknya yang tinggal sendirian di desa. Kata Prayitno, di desa neneknya terdapat tempat-tempat yang indah yang mampu memanjakan mata dan membuat kita lupa beban pikiran.

Karena Jumat dan Sabtu adalah tanggal merah akhirnya kami bersepakat berangkat pada malam Jumat.

“Bagaimana kalau besok bawa mobilku saja.”

Aku dan Prayitno menyetujui usulan itu.

****

Sekitar empat jam perjalanan.

Kami sampai di sebuah desa di kaki pegunungan. Aku melihat keindahan yang ditunjukkan dalam remang cahaya bulan. Gemerlap lampu kota tampak begitu memesona terlihat dari atas sini. Hawa dingin khas pegunungan didampingi hutan tampak begitu luas di kanan-kiri jalan.

Di sebuah rumah adat Jawa, Prayitno yang malam itu menyetir menghentikan mobil.

Prayitno terus menguap. Tampaknya dia kelelahan ketika kami sampai.

Rumah itu sepi dan juga agak berjauhan dari rumah lainnya.

Aku dan Silvi segera keluar lalu mengambil barang bawaan dari bagasi belakang.

“Eh, kalian sudah sampai, Cuk,” ucap nenek Prayitno yang mengagetkan. Wajahnya terlihat sedikit keriput, rambutnya yang masih hitam legam dibiarkan terurai.

Meskipun umurnya sudah sangat tua, neneknya Prayitno masih terlihat tangkas dan terlihat jauh lebih muda bahkan tampak lebih muda dari nenekku.

Prayitno lantas mengenalkan aku dan Silvi.

Kami bergegas masuk rumah, menaruh barang, dan beristirahat di ruang tamu.

Sambil menanti makan malam, aku melihat sekeliling ruang tamu cukup luas. Rumah dari papan itu terlihat sedikit angker bagiku.

“Mengapa aku merasakan ada rasa mencekam di hatiku.”

****

Selesai makan malam kami langsung menuju kamar untuk beristirahat.

Aku tidur bersama Prayitno, sementara Silvi tidur di kamar sebelah.

Aku langsung membanting tubuhku dengan tertelungkup, sementara Prayitno masih di luar.

Terdengar dia bercakap dengan neneknya, sepertinya mereka melepas rindu dengan saling bercerita.

Tidak lama kemudian aku terlelap dan mulailah aku bermimpi.

Di dalam mimpi, aku dan kedua sahabat memasuki lorong gua yang sangat gelap hingga tampak beberapa obor menerangi jalanan di setiap beberapa meter. Kami yang mengagumi setiap sisi gua tiba-tiba dikejutkan dengan kehadiran banyaknya kelelawar yang menghadang, disusul kemunculan seorang nenek renta. Pakaian juga rambutnya yang panjang terurai terlihat putih mulus, sementara wajahnya tidak begitu jelas.

Nenek itu hanya terdiam di antara kepakkan sayap kelelawar.

Tidak lama kemudian dia mengangkat tongkatnya dan saat itulah semua kelelawar menuju ke arah kami.

Seketika kami berputar arah lalu berlari dengan kencang menghindari kelelawar yang mengejar.

Aneh, ada persimpangan di gua tersebut, persimpangan yang tadinya tidak kami temui saat masuk.

Kami merasa lega karena saat menoleh gerombolan kelelawar itu sudah menghilang lalu terjadi perdebatan di sana, persimpangan itu membuat kami merasa yakin dengan jalan yang benar.

Setelah terjadi perbedaan pendapat akhirnya Prayitno dan Silvi memilih ke kanan, sedangkan aku sendirian ke arah kiri, kami terpisah di sana.

Aku terus melangkah melewati jalan licin sambil sesekali membungkuk menghindari berbatuan gua yang nyaris menghantam kepalaku dan tanpa kusadari aku telah melewati beberapa tengkorak manusia yang berserakan.

Akan tetapi, aku merasa tenang saat tiba di mulut gua.

Terlihat gemercik air terjun di hadapanku.

Kembali aku dikagetkan dengan suara anak-anak.

Mereka berteriak minta tolong.

“Tolong!”

“Tolong!”

Suara mereka yang menggema dari dalam gua membuatku semakin panik.

“Tolong!”

“Tolong!”

Saat aku akan kembali untuk mencari mereka tiba-tiba gua runtuh.

Dalam kondisi menegangkan aku segera berlari keluar menerobos air terjun lalu aku berteriak dengan kencang hingga aku terbangun.

Nafasku memburu diikuti aliran keringat membasahi seluruh tubuh.

Prayitno yang sudah tidur di sampingku terjaga karena mendengar teriakanku.

“Ada apa, ha!”

Aku ... aku mimpi ... mimpi buruk,” jawabku masih dengan nafas terengah.

PART 2 DI SINI

PART 3 DI SINI

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search