KAMANUSAN HIDUP SEJATI MELALUI SEBAB AKIBAT PART 4
PART 4
Dia yang tidak tahan memilih berdiam diri beberapa saat di
dalam kamar mandi.
Mendadak dia dikejutkan dengan kemunculan sosok tinggi besar
menyeramkan. Itulah sosok yang pernah ia lihat saat masih duduk di bangku SMP
dan ini adalah kali kedua sosok tersebut menemuinya.
Kali ini genderuwo itu seakan menyuruh agar Mujiono segera
pergi menjauh dari tempat yang disinggahi saat ini.
Di Saat itu pula rasa panas tentunya menyurut. Mujiono tidak
dapat berbuat apa-apa selain menggigil ketakutan meskipun makhluk tak kasat mata
itu telah lenyap, namun masih membayang di benaknya.
“Aku tidak mabuk!” gumam Mujiono sambil mengucek matanya.
Saat kengerian itu berhasil dilawan, dia pun segera keluar.
Dari sana ia membayar ke kasir dan meninggalkan tempat
tersebut dan tidak peduli dengan teriakan kawan maupun para gadis yang masih asyik
menikmati dosa.
****
Beberapa saat kemudian diskotek
itu pun digerebek.
Pasukan anti narkoba mencari Mujiono sekaligus melakukan
pemeriksaan termasuk melakukan tes urine bagi semuanya.
Segala yang mereka tahu tentang Mujiono dijabarkan malam itu.
Saat tahu Mujiono baru saja meninggalkan lokasi beberapa dari
mereka bergerak cepat melakukan pengejaran.
Sementara itu, Mujiono menghentikan mobil saat seorang pemuda
mencegatnya. Untung saja dia tepat waktu menginjak rem, jika terlambat beberapa
detik saja maka pemuda itu akan tertabrak.
Hasim nama pemuda itu yang juga menjadi kurir pengambil
pesanan berteriak pada Mujiono memberitahu bahwa Dawok sudah tertangkap dan
memberitahu Mujiono agar segera kabur.
Wajahnya sangat tegang, Hasim menyuruh agar Mujiono
meninggalkan mobilnya dan mereka pun berlari di gelap malam menjauh dari siapa pun
yang melihat mereka.
Harapan terbesar adalah selamat dari kejaran pihak berwajib dan
kabur sebagai musuh hukum.
****
Akhirnya malam itu pun terlewati dengan selamat.
Mereka bergabung dengan anak-anak jalanan yang secara
kebetulan akan berpindah ke kota lain.
Menumpang sebuah truk menuju satu kota baik Mujiono maupun
Hasim harus bersiap mental menghadapi nasib mereka di sebuah tempat baru dan
harus sembunyi-sembunyi dalam penyamaran.
****
Di tepi ibukota Jawa
Timur mereka tinggal.
Tidak ada lagi uang yang tersisa, kalaupun ada harus muncul
di muka umum untuk mengambil atau mengemis. Ada ketakutan tersendiri jika
polisi mengenal mereka.
Mereka pun hanya lontang-lantung mencari jalan keluar.
Mereka yang sama-sama kecanduan narkoba merasa sangat sakit
saat benar-benar membutuhkan, namun keadaan mampu membawa mereka melewatinya.
Secara perlahan rasa sakit itu mampu dilawan hingga akhirnya
Hasim bertemu dengan Ajir, kawan lamanya. “Masih kerja dengan Dawok kamu?”
tanya Ajir.
Hasim melirik Mujiono lalu menghela nafas panjang. Dia pun menjawab dengan jujur tentang apa yang telah terjadi.
Sebuah masalah besar ia dapatkan. Ajir tersenyum tipis lalu
dia memberitahu bahwa Tuhan sudah menunjukkan jalan yang benar pada mereka
karena dengan peristiwa tersebut maka sudah saatnya untuk melakukan pertautan.
Sedangkan untuk urusan dengan pihak berwajib semua akan hilang secara perlahan.
Selama mereka meninggalkan dunia narkoba maka tidak ada penangkapan atas mereka.
Ajir mengajak mereka menggeluti pekerjaan baru, satu
pekerjaan yang selama ini mampu membuatnya tenang.
****
Hasim dan Mujiono merasa tidak yakin jika mereka bisa dengan
tenang.
Ajir menjelaskan bahwa kelompok Jaranan yang diikutinya
sangat berbeda dengan yang lain di mana para pemainnya sebagian adalah
anak-anak yang sama sekali tidak profesional, tapi setiap kali pentas
penampilan mereka terlihat sangat terlatih seakan ada suatu hal gaib yang
menaungi. Bukan hanya gerakan saja, tapi suara mereka juga berubah sesuai tokoh
yang diperankan.
Bisa menjadi orang dewasa, ataupun orang tua, dan selama ini
penampilan kelompok tersebut termasuk sangat konsisten dan untuk saat ini masih
membutuhkan beberapa orang lagi sebagai anggota.
Hasim maupun Mujiono terus berpikir. Mereka masih ragu apakah
benar-benar amanah atau tidak.
Di sisi lain kegamangan itu juga muncul tentang kepiawaian
mereka. Apakah mereka bisa atau tidak.
Karena Ajir terus mendesak agar mereka mencoba terlebih
dahulu maka mereka pun akan bergabung sebagai pelaku seni.
****
Hari-hari terlewati.
Tanpa halangan, sungguh sesuatu yang ajaib, karena mereka langsung
bisa menguasai semua teknik sesuai yang diceritakan Ajir.
Ada sisi mistis di sebaliknya bahkan setiap kali pentas ada
para pemain yang mendapat wangsit tertentu dan mereka yang mendapat bisikan. Dari situlah kelompok ini menjadi laris manis
di kalangan masyarakat.
Mujiono juga Hasim sangat menikmati peran mereka. Beberapa
lakon yang dimainkan menjadi perenungan tersendiri bagi masing-masing. Mujiono juga
dipasrahi oleh ketua kelompok yakni Mbah Sarko sebagai tokoh utama malam ini.
****
Mujiono terjaga dari lelapnya.
Napasnya memburu sangat cepat. Sejenak dia mengatur setiap
irama dan detak jantungnya.
Wangsit, dia berpikir bahwa apa yang mendatanginya adalah
wangsit.
Setelah benar-benar tenang dia pun beranjak dari tempat tidur
dan berniat menemui Mbah Sarko meski malam menjelang dini hari.
“Inilah yang aku tunggu dari kamu, Nak. Ceritakanlah,” ucap
Ajir yang ternyata masih berada di teras.
Semenjak bergabungnya Mujiono, Ajir tahu ada sesuatu gaib
yang menempel di tubuh anak itu sehingga dia selalu melakukan pagar gaib demi
keamanan Mujiono.
Mbah Sarko sendiri adalah seorang tokoh yang memiliki
kebatinan mumpuni. Hanya saja apa yang menempel di tubuh Mujiono pada di bagian
tengkuk sangat kuat auranya. Ia berharap secepatnya Mujiono mendapat wangsit
karena bisikan gaib itulah yang akan melunturkan seluruh kekuatan iler genderuwo.
Mujiono mulai menyampaikan apa yang ditemuinya yakni sebuah
bisikan gaib bahwa harus diadakan sebuah pementasan yang berjudul Kamanusan
atau hidup sejati, dan sejatinya hidup ada 4 adegan dalam cerita tersebut.
Yang pertama adalah menggambarkan pengantar cerita bahwa
penciptaan itu berlaku hukum sebab akibat, maksudnya adalah bahwa sesuatu yang
dialami seseorang itu merupakan akibat dari perbuatannya.
Kemudian adegan kedua adalah benih takdir, yaitu keinginan
manusia dalam kesadaran yang tiada pernah berhenti.
Sedangkan yang ketiga adalah cahaya dan mendung, yaitu
sesuatu yang kontradiksi bahwa setiap orang mempunyai kebanggaan tersendiri dan
juga kesombongan.
Yang keempat atau yang terakhir adalah tahta kosong yaitu keramaian
yang dijadikan renungan.
Mujiono melanjutkan bahwa saat pementasan maka harus
disediakan persyaratan wajib yaitu menyebarkan bunga mawar dan melati di atas
panggung, menyediakan air yang diambil dari sumber air Wali Songo, kemudian
menyediakan air perenungan yang diambil dari air Gunung Lawu, Gunung Arjuno,
dan Air Terjun Sedudo, yang terakhir adalah menyediakan bubur sengkolo terdiri
dari 5 warna.
“Semua syarat itu harus disiapkan sebelum pementasan, Mbah,”
ucap Mujiono mengakhiri.
Mbah Sarko yang ditemuinya terdiam sejenak. Dihisap
dalam-dalam rokok keretek berbau khas kemenyan. Itulah kebiasaannya, selalu
mengoles rokoknya dengan wewangian khas.
Setelah beberapa isapan Mbah Sarko berkata, akan segera
menyiapkan semua sarannya dan segera mementaskan lakon Kamanusan.
BERSAMBUNG KE PART 5
Dukung Pakde Noto di Trakteer

No comments:
Post a Comment