Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
Budaya
cerbung
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
Terlarang
thriller

Labels

KAMANUSAN HIDUP SEJATI MELALUI SEBAB AKIBAT PART 4

 PART 4

Dia yang tidak tahan memilih berdiam diri beberapa saat di dalam kamar mandi.

Mendadak dia dikejutkan dengan kemunculan sosok tinggi besar menyeramkan. Itulah sosok yang pernah ia lihat saat masih duduk di bangku SMP dan ini adalah kali kedua sosok tersebut menemuinya.

Kali ini genderuwo itu seakan menyuruh agar Mujiono segera pergi menjauh dari tempat yang disinggahi saat ini.

Di Saat itu pula rasa panas tentunya menyurut. Mujiono tidak dapat berbuat apa-apa selain menggigil ketakutan meskipun makhluk tak kasat mata itu telah lenyap, namun masih membayang di benaknya.

“Aku tidak mabuk!” gumam Mujiono sambil mengucek matanya.

Saat kengerian itu berhasil dilawan, dia pun segera keluar.

Dari sana ia membayar ke kasir dan meninggalkan tempat tersebut dan tidak peduli dengan teriakan kawan maupun para gadis yang masih asyik menikmati dosa.

****

Beberapa saat kemudian diskotek itu pun digerebek.

Pasukan anti narkoba mencari Mujiono sekaligus melakukan pemeriksaan termasuk melakukan tes urine bagi semuanya.

Segala yang mereka tahu tentang Mujiono dijabarkan malam itu.

Saat tahu Mujiono baru saja meninggalkan lokasi beberapa dari mereka bergerak cepat melakukan pengejaran.

Sementara itu, Mujiono menghentikan mobil saat seorang pemuda mencegatnya. Untung saja dia tepat waktu menginjak rem, jika terlambat beberapa detik saja maka pemuda itu akan tertabrak.

Hasim nama pemuda itu yang juga menjadi kurir pengambil pesanan berteriak pada Mujiono memberitahu bahwa Dawok sudah tertangkap dan memberitahu Mujiono agar segera kabur.

Wajahnya sangat tegang, Hasim menyuruh agar Mujiono meninggalkan mobilnya dan mereka pun berlari di gelap malam menjauh dari siapa pun yang melihat mereka.

Harapan terbesar adalah selamat dari kejaran pihak berwajib dan kabur sebagai musuh hukum.

****

Akhirnya malam itu pun terlewati dengan selamat.

Mereka bergabung dengan anak-anak jalanan yang secara kebetulan akan berpindah ke kota lain.

Menumpang sebuah truk menuju satu kota baik Mujiono maupun Hasim harus bersiap mental menghadapi nasib mereka di sebuah tempat baru dan harus sembunyi-sembunyi dalam penyamaran.

****

Di tepi ibukota Jawa Timur mereka tinggal.

Tidak ada lagi uang yang tersisa, kalaupun ada harus muncul di muka umum untuk mengambil atau mengemis. Ada ketakutan tersendiri jika polisi mengenal mereka.

Mereka pun hanya lontang-lantung mencari jalan keluar.

Mereka yang sama-sama kecanduan narkoba merasa sangat sakit saat benar-benar membutuhkan, namun keadaan mampu membawa mereka melewatinya.

Secara perlahan rasa sakit itu mampu dilawan hingga akhirnya Hasim bertemu dengan Ajir, kawan lamanya. “Masih kerja dengan Dawok kamu?” tanya Ajir.

Hasim melirik Mujiono lalu menghela nafas panjang. Dia pun menjawab dengan jujur tentang apa yang telah terjadi.

Sebuah masalah besar ia dapatkan. Ajir tersenyum tipis lalu dia memberitahu bahwa Tuhan sudah menunjukkan jalan yang benar pada mereka karena dengan peristiwa tersebut maka sudah saatnya untuk melakukan pertautan. Sedangkan untuk urusan dengan pihak berwajib semua akan hilang secara perlahan. Selama mereka meninggalkan dunia narkoba maka tidak ada penangkapan atas mereka.

Ajir mengajak mereka menggeluti pekerjaan baru, satu pekerjaan yang selama ini mampu membuatnya tenang.

****

Hasim dan Mujiono merasa tidak yakin jika mereka bisa dengan tenang.

Ajir menjelaskan bahwa kelompok Jaranan yang diikutinya sangat berbeda dengan yang lain di mana para pemainnya sebagian adalah anak-anak yang sama sekali tidak profesional, tapi setiap kali pentas penampilan mereka terlihat sangat terlatih seakan ada suatu hal gaib yang menaungi. Bukan hanya gerakan saja, tapi suara mereka juga berubah sesuai tokoh yang diperankan.

Bisa menjadi orang dewasa, ataupun orang tua, dan selama ini penampilan kelompok tersebut termasuk sangat konsisten dan untuk saat ini masih membutuhkan beberapa orang lagi sebagai anggota.

Hasim maupun Mujiono terus berpikir. Mereka masih ragu apakah benar-benar amanah atau tidak.

Di sisi lain kegamangan itu juga muncul tentang kepiawaian mereka. Apakah mereka bisa atau tidak.

Karena Ajir terus mendesak agar mereka mencoba terlebih dahulu maka mereka pun akan bergabung sebagai pelaku seni.

****

Hari-hari terlewati.

Tanpa halangan, sungguh sesuatu yang ajaib, karena mereka langsung bisa menguasai semua teknik sesuai yang diceritakan Ajir.

Ada sisi mistis di sebaliknya bahkan setiap kali pentas ada para pemain yang mendapat wangsit tertentu dan mereka yang mendapat bisikan.  Dari situlah kelompok ini menjadi laris manis di kalangan masyarakat.

Mujiono juga Hasim sangat menikmati peran mereka. Beberapa lakon yang dimainkan menjadi perenungan tersendiri bagi masing-masing. Mujiono juga dipasrahi oleh ketua kelompok yakni Mbah Sarko sebagai tokoh utama malam ini.

****

Mujiono terjaga dari lelapnya.

Napasnya memburu sangat cepat. Sejenak dia mengatur setiap irama dan detak jantungnya.

Wangsit, dia berpikir bahwa apa yang mendatanginya adalah wangsit.

Setelah benar-benar tenang dia pun beranjak dari tempat tidur dan berniat menemui Mbah Sarko meski malam menjelang dini hari.

“Inilah yang aku tunggu dari kamu, Nak. Ceritakanlah,” ucap Ajir yang ternyata masih berada di teras.

Semenjak bergabungnya Mujiono, Ajir tahu ada sesuatu gaib yang menempel di tubuh anak itu sehingga dia selalu melakukan pagar gaib demi keamanan Mujiono.

Mbah Sarko sendiri adalah seorang tokoh yang memiliki kebatinan mumpuni. Hanya saja apa yang menempel di tubuh Mujiono pada di bagian tengkuk sangat kuat auranya. Ia berharap secepatnya Mujiono mendapat wangsit karena bisikan gaib itulah yang akan melunturkan seluruh kekuatan iler genderuwo.

Mujiono mulai menyampaikan apa yang ditemuinya yakni sebuah bisikan gaib bahwa harus diadakan sebuah pementasan yang berjudul Kamanusan atau hidup sejati, dan sejatinya hidup ada 4 adegan dalam cerita tersebut.

Yang pertama adalah menggambarkan pengantar cerita bahwa penciptaan itu berlaku hukum sebab akibat, maksudnya adalah bahwa sesuatu yang dialami seseorang itu merupakan akibat dari perbuatannya.

Kemudian adegan kedua adalah benih takdir, yaitu keinginan manusia dalam kesadaran yang tiada pernah berhenti.

Sedangkan yang ketiga adalah cahaya dan mendung, yaitu sesuatu yang kontradiksi bahwa setiap orang mempunyai kebanggaan tersendiri dan juga kesombongan.

Yang keempat atau yang terakhir adalah tahta kosong yaitu keramaian yang dijadikan renungan.

Mujiono melanjutkan bahwa saat pementasan maka harus disediakan persyaratan wajib yaitu menyebarkan bunga mawar dan melati di atas panggung, menyediakan air yang diambil dari sumber air Wali Songo, kemudian menyediakan air perenungan yang diambil dari air Gunung Lawu, Gunung Arjuno, dan Air Terjun Sedudo, yang terakhir adalah menyediakan bubur sengkolo terdiri dari 5 warna.

“Semua syarat itu harus disiapkan sebelum pementasan, Mbah,” ucap Mujiono mengakhiri.

Mbah Sarko yang ditemuinya terdiam sejenak. Dihisap dalam-dalam rokok keretek berbau khas kemenyan. Itulah kebiasaannya, selalu mengoles rokoknya dengan wewangian khas.

Setelah beberapa isapan Mbah Sarko berkata, akan segera menyiapkan semua sarannya dan segera mementaskan lakon Kamanusan.

BERSAMBUNG KE PART 5

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search