ETDAH! ABU NAWAS MENAGKAP MATAHARI DENGAN EMBER
Suatu hari, sang raja mengadakan sayembara menangkap matahari.
Hal ini didasari oleh keluhan masyarakatnya yang merasakan betapa panasnya
terik matahari.
Kala itu tak ada seorang pun yang menyatakan kesanggupannya
menangkap matahari. Sang raja pun lalu langsung menunjuk si cerdik Abu Nawas
untuk menangani hal ini.
“Cepat panggil Abu Nawas kemari. Ada tugas penting yang harus
dia lakukan,” perintah Baginda Raja kepada beberapa pengawalnya.
Singkat cerita, datanglah Abu Nawas menghadap Baginda Raja.
“Ampun, Paduka Yang Mulia. Ada gerangan apa Paduka, memanggil
hamba?” tanya Abu Nawas.
“Begini, Abu Nawas. Beberapa hari ini saya mendapatkan banyak
pengaduan dari rakyatku,” jawab Baginda Raja.
“Kalau boleh tahu apa pengaduan mereka, Paduka Yang Mulia? Barangkali
hamba bisa membantu Paduka,” balas Abu Nawas.
“Akhir-akhir ini mereka mengeluh dengan panasnya terik
matahari. Karena panasnya kali ini tidak seperti biasanya. Hal inilah yang
membuat mereka tidak kuat berlama-lama bekerja di ladang,” tutur Baginda Raja.
“Lalu menurut Paduka sendiri apa solusinya?” tanya Abu Nawas.
“Saya ada ide. Bagaimana kalau matahari ditangkap saja, Abu
Nawas, dan orang yang pantas untuk melakukan pekerjaan itu adalah kamu,” ujar
Baginda Raja.
Perintah Baginda Raja membuat Abu Nawas langsung tertunduk
lemas.
“Apa tidak ada cara lain, Paduka? Misalnya mereka diliburkan
dulu bekerja di ladang,” kata Abu Nawas mengusulkan.
“Tidak bisa, Abu Nawas. Kalau mereka libur lalu mereka mau
makan apa? Jalan satu-satunya matahari harus ditangkap,” balas Baginda Raja.
Untuk kedua kalinya Abu Nawas hanya terdiam. Dalam hatinya
berkata, “Bagaimana mungkin matahari bisa ditangkap. Pekerjaan yang mustahil
dilakukan.” Namun karena ini adalah perintah Baginda Raja mau tidak mau Abu
Nawas harus menerimanya.
“Sekarang kamu pulang dulu, Abu Nawas. Besok kamu harus
kembali lagi ke sini untuk menangkap matahari. Kalau kamu tidak bisa
menangkapnya kamu akan menerima hukuman!” perintah Baginda Raja.
****
Setibanya di rumah.
Abu Nawas terus memikirkan cara supaya bisa lepas dari
hukuman. Ia terus memutar otaknya hingga tengah malam. “Lebih baik aku Shalat
Isya dulu, nanti aku malah ketiduran,” pikir Abu Nawas.
Ia pun langsung menuju kolam untuk mengambil air wudu. Saat hendak mengambil air, bayangan dirinya ada dalam air tersebut. Di situlah
akhirnya Abu Nawas mendapatkan ide. “aku menemukan jalan keluarnya,” ucap Abu
Nawas kegirangan.
Esok paginya.
Dengan wajah ceria Abu Nawas pergi ke istana menghadap
Baginda Raja.
“Bagaimana, Abu Nawas? Apakah kamu sudah siap menangkap
matahari?” tanya Baginda Raja.
“Saya sudah siap, Paduka, tapi saya minta disediakan
peralatan untuk menangkapnya,” jawab Abu Nawas.
“Apa yang kamu butuhkan? Katakan padaku,” balas Baginda Raja.
“Saya minta ember yang berisi air dan juga kantong besar yang
tidak bocor,” pinta Abu Nawas.
Setelah peralatan disiapkan, Abu Nawas mengajak salah satu
menteri ke tengah lapangan. “Kamu lihat, ‘kan matahari itu?” kata Abu Nawas
sambil menunjuk bayangan matahari yang berada di dalam ember yang berisi air.
“Sekarang matahari yang ada di ember ini akan aku masukkan ke
dalam kantong,” ucap Abu Nawas sambil memasukkan air yang berada di dalam ember.
Sang menteri lantas menghadap Baginda Raja untuk
mengkonfirmasi kebenaran pekerjaan yang sudah dilakukan Abu Nawas.
Baginda Raja tentu belum percaya, sebab panas matahari masih
sangat menyengat. “Baiklah. Sekarang perintahkan Abu Nawas untuk membungkus
matahari itu dan bawakan kepadaku!” perintah Baginda Raja pada menteri yang
menghadapnya.
Abu Nawas lalu menghampiri Baginda Raja dengan membawa
kantong berisi air. “Paduka Yang Mulia, mataharinya sudah aku bungkus dalam
kantong ini,” tutur Abu Nawas.
“Hai, Abu Nawas. Coba kamu lihat keluar. Mataharinya masih
ada dan aku juga masih merasakan panasnya,” sangga Baginda Raja tak percaya.
“Benar, Yang Mulia, tapi sesungguhnya itu matahari yang kedua
tipbal Abu Nawas.
“Yang benar saja! Kan hanya ada satu matahari di dunia ini?”
sahut Baginda Raja.
“Paduka Raja, memang benar, tapi ketika matahari berhasil
saya tangkap dunia menjadi gelap seketika. Lalu Allah langsung menggantikannya
dengan matahari yang baru,” ujar Abu Nawas kemudian.
Baginda Raja memastikan apakah isi kantong besar tersebut
berisi matahari atau bukan. Ia pun membuka kantong tersebut.
Ternyata isinya hanya air. “Mana mataharinya, Abu Nawas? Kamu
jangan mengada-ada!” hardik Baginda Raja.
“Paduka, jangan membukanya di dalam ruangan karena matahari
paling tidak suka dengan ruangan tertutup. Pasti dia tidak akan menampakkan
dirinya,” jawab Abu Nawas beralasan.
“Maksudmu bagaimana, Abu Nawas?” tanya Baginda Raja.
“Matahari hanya mau menampakkan dirinya kalau dia melihat ada
saudaranya di atas,” ujar Abu Nawas.
Lalu Abu Nawas mengajak Baginda Raja ke tengah lapangan
dengan membawa kantongnya yang berisi air.
“Ini saya buka kantongnya, Paduka. Itu, ‘kan ada mataharinya,”
tutur Abu Nawas sambil menunjukkannya kepada Baginda Raja.
Baginda Raja hanya bisa geleng-geleng kepala dengan
kecerdikan Abu Nawas.
No comments:
Post a Comment