Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

ETDAH! ABU NAWAS MENAGKAP MATAHARI DENGAN EMBER

 

Suatu hari, sang raja mengadakan sayembara menangkap matahari. Hal ini didasari oleh keluhan masyarakatnya yang merasakan betapa panasnya terik matahari.

Kala itu tak ada seorang pun yang menyatakan kesanggupannya menangkap matahari. Sang raja pun lalu langsung menunjuk si cerdik Abu Nawas untuk menangani hal ini.

“Cepat panggil Abu Nawas kemari. Ada tugas penting yang harus dia lakukan,” perintah Baginda Raja kepada beberapa pengawalnya.

Singkat cerita, datanglah Abu Nawas menghadap Baginda Raja.

“Ampun, Paduka Yang Mulia. Ada gerangan apa Paduka, memanggil hamba?” tanya Abu Nawas.

“Begini, Abu Nawas. Beberapa hari ini saya mendapatkan banyak pengaduan dari rakyatku,” jawab Baginda Raja.

“Kalau boleh tahu apa pengaduan mereka, Paduka Yang Mulia? Barangkali hamba bisa membantu Paduka,” balas Abu Nawas.

“Akhir-akhir ini mereka mengeluh dengan panasnya terik matahari. Karena panasnya kali ini tidak seperti biasanya. Hal inilah yang membuat mereka tidak kuat berlama-lama bekerja di ladang,” tutur Baginda Raja.

“Lalu menurut Paduka sendiri apa solusinya?” tanya Abu Nawas.

“Saya ada ide. Bagaimana kalau matahari ditangkap saja, Abu Nawas, dan orang yang pantas untuk melakukan pekerjaan itu adalah kamu,” ujar Baginda Raja.

Perintah Baginda Raja membuat Abu Nawas langsung tertunduk lemas.

“Apa tidak ada cara lain, Paduka? Misalnya mereka diliburkan dulu bekerja di ladang,” kata Abu Nawas mengusulkan.

“Tidak bisa, Abu Nawas. Kalau mereka libur lalu mereka mau makan apa? Jalan satu-satunya matahari harus ditangkap,” balas Baginda Raja.

Untuk kedua kalinya Abu Nawas hanya terdiam. Dalam hatinya berkata, “Bagaimana mungkin matahari bisa ditangkap. Pekerjaan yang mustahil dilakukan.” Namun karena ini adalah perintah Baginda Raja mau tidak mau Abu Nawas harus menerimanya.

“Sekarang kamu pulang dulu, Abu Nawas. Besok kamu harus kembali lagi ke sini untuk menangkap matahari. Kalau kamu tidak bisa menangkapnya kamu akan menerima hukuman!” perintah Baginda Raja.

****


Setibanya di rumah.

Abu Nawas terus memikirkan cara supaya bisa lepas dari hukuman. Ia terus memutar otaknya hingga tengah malam. “Lebih baik aku Shalat Isya dulu, nanti aku malah ketiduran,” pikir Abu Nawas.

Ia pun langsung menuju kolam untuk mengambil air wudu. Saat hendak mengambil air, bayangan dirinya ada dalam air tersebut. Di situlah akhirnya Abu Nawas mendapatkan ide. “aku menemukan jalan keluarnya,” ucap Abu Nawas kegirangan.

Esok paginya.

Dengan wajah ceria Abu Nawas pergi ke istana menghadap Baginda Raja.

“Bagaimana, Abu Nawas? Apakah kamu sudah siap menangkap matahari?” tanya Baginda Raja.

“Saya sudah siap, Paduka, tapi saya minta disediakan peralatan untuk menangkapnya,” jawab Abu Nawas.

“Apa yang kamu butuhkan? Katakan padaku,” balas Baginda Raja.

“Saya minta ember yang berisi air dan juga kantong besar yang tidak bocor,” pinta Abu Nawas.

Setelah peralatan disiapkan, Abu Nawas mengajak salah satu menteri ke tengah lapangan. “Kamu lihat, ‘kan matahari itu?” kata Abu Nawas sambil menunjuk bayangan matahari yang berada di dalam ember yang berisi air.

“Sekarang matahari yang ada di ember ini akan aku masukkan ke dalam kantong,” ucap Abu Nawas sambil memasukkan air yang berada di dalam ember.

Sang menteri lantas menghadap Baginda Raja untuk mengkonfirmasi kebenaran pekerjaan yang sudah dilakukan Abu Nawas.

Baginda Raja tentu belum percaya, sebab panas matahari masih sangat menyengat. “Baiklah. Sekarang perintahkan Abu Nawas untuk membungkus matahari itu dan bawakan kepadaku!” perintah Baginda Raja pada menteri yang menghadapnya.

Abu Nawas lalu menghampiri Baginda Raja dengan membawa kantong berisi air. “Paduka Yang Mulia, mataharinya sudah aku bungkus dalam kantong ini,” tutur Abu Nawas.

“Hai, Abu Nawas. Coba kamu lihat keluar. Mataharinya masih ada dan aku juga masih merasakan panasnya,” sangga Baginda Raja tak percaya.

“Benar, Yang Mulia, tapi sesungguhnya itu matahari yang kedua tipbal Abu Nawas.

“Yang benar saja! Kan hanya ada satu matahari di dunia ini?” sahut Baginda Raja.

“Paduka Raja, memang benar, tapi ketika matahari berhasil saya tangkap dunia menjadi gelap seketika. Lalu Allah langsung menggantikannya dengan matahari yang baru,” ujar Abu Nawas kemudian.

Baginda Raja memastikan apakah isi kantong besar tersebut berisi matahari atau bukan. Ia pun membuka kantong tersebut.

Ternyata isinya hanya air. “Mana mataharinya, Abu Nawas? Kamu jangan mengada-ada!” hardik Baginda Raja.

“Paduka, jangan membukanya di dalam ruangan karena matahari paling tidak suka dengan ruangan tertutup. Pasti dia tidak akan menampakkan dirinya,” jawab Abu Nawas beralasan.

“Maksudmu bagaimana, Abu Nawas?” tanya Baginda Raja.

“Matahari hanya mau menampakkan dirinya kalau dia melihat ada saudaranya di atas,” ujar Abu Nawas.

Lalu Abu Nawas mengajak Baginda Raja ke tengah lapangan dengan membawa kantongnya yang berisi air.

“Ini saya buka kantongnya, Paduka. Itu, ‘kan ada mataharinya,” tutur Abu Nawas sambil menunjukkannya kepada Baginda Raja.

Baginda Raja hanya bisa geleng-geleng kepala dengan kecerdikan Abu Nawas.

 

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search