ALASAN SUAMI SIBUK ISTRI MEMILIH DIGENJOT LELAKI LAIN PART 1
SUAMI SIBUK DENGAN PEKERJAAN
PART 1
Kisah ini terjadi di tahun 2008 yang lalu.
Kala itu Widyawati, berusia 34 tahun dan memiliki dua putra.
Pada saat itu ia sedang mengikuti sebuah acara pertemuan beberapa
pejabat provinsi. Kebetulan suaminya yang bernama Prabu adalah seorang pejabat
di pemerintahan provinsi.
Prabu memiliki jabatan dan kekuasaan yang cukup berpengaruh,
itulah sebabnya ia diundang dalam acara ramah-tamah yang juga dihadiri seorang
dari Jakarta sebagai perwakilan sebuah partai politik besar yang tengah
mengusung calon presiden.
Widyawati sendiri hanya mendampingi saat acara makan bersama
dan berkenalan saja, selepas itu acara dilanjutkan dengan rapat antar pejabat
dan tamu ibukota.
Ketika rapat berlangsung, Widyawati sindiran saja menonton TV
di kamar sambil tiduran.
Setelah merasa bosan berada di dalam kamar ia beranjak keluar
mencari angin segar di lobi hotel.
Saat minum teh dan menyantap makanan kecil matanya memandang
ke sekeliling hotel melihat hilir mudik orang-orang dengan segala aktivitasnya.
Ada yang berjalan cepat seperti mengejar sesuatu, ada juga yang berjalan
perlahan dengan mempermainkan telepon genggam.
Banyak di antara mereka yang berpasangan. Dalam pandangan
lainnya banyak pasangan yang wanitanya lebih muda dan lebih modis ketimbang
laki-laki.
Widyawati berpikir jika mereka pastilah pasangan yang tidak jelas.
Melihat hal itu Widyawati terbayang suaminya yang pernah
melakukan hal yang sama. Beberapa kali
ia melihat foto-foto wanita muda yang cantik di telepon genggamnya. Dia juga
pernah membaca pesan singkat dari wanita-wanita muda itu yang mengajak suaminya
jalan, kencan, dan sebagainya.
Bagi Widyawati tentu cemburu dan marah dengan pesan tersebut,
tapi suaminya berdalih jika para wanita muda itu hanya teman biasa di pergaulannya.
Prabu berdalih, sengaja nomornya disimpan karena jika suatu saat kliennya dari
luar daerah datang dan minta ditemani wanita, maka tinggal menghubungi saja.
Prabu tetap berkilah jika semua wanita tersebut bukanlah
simpanannya dan Widyawati akan luluh jika ujung-ujungnya disebut bahwa tidak
ada wanita yang dicintai selain dirinya dan tidak ada orang lain yang disayangi selain
buah hati mereka.
Memang beberapa kali terlihat adu argumen tapi Widyawati
lebih mengalah. Dia tahu perangai Prabu yang keras. Suaminya itu akan marah
jika terpojok yang tentu akan membuat masalah menjadi ruwet.
Prabu bukan tipe suami yang ringan tangan. Semarah apa pun ia
tidak pernah menggunakan tangannya untuk memukul, tapi ia kerap kali pergi dari
rumah entah ke mana. Jika begitu maka bisa berhari-hari tidak pulang dan tidak
ada kabar pula.
Widyawati tidak mungkin mencarinya ke kantor, ke rumah orang
tua, saudara, ataupun teman-teman Prabu. Mereka bukanlah anak-anak remaja lagi.
Jadi, harus bisa menyelesaikan masalah sendiri.
Prabu juga pasti akan marah besar jika Widyawati bertanya
pada orang lain. Menurut Prabu, itu sama saja menceritakan aib dalam rumah
tangga sendiri.
Jika suaminya keluar karena satu masalah maka Widyawati memilih
diam. Dia tidak bakal mencarinya, tapi tetap menghubungi melalui ponsel. Pada akhirnya
Prabu akan pulang sendiri tanpa diminta.
Setelah itu Prabu kembali bersikap biasa seolah tidak pernah
ada masalah di antara mereka.
Hal itu sudah terjadi beberapa kali dan Widyawati menganggap
sudah menjadi hal biasa, tapi akhir-akhir ini perilaku sang suami justru
membuatnya semakin resah. Entah kenapa sering pulang larut bahkan dengan alasan
kerja sampai tidak pulang beberapa hari.
Sedang asyik memikirkan kelakuan suaminya, Widyawati
dikejutkan dengan sebuah tepukan mendarat di punggungnya. Kontan ia menolak ke
belakang dengan maksud marah atau menegur orang yang melakukan hal itu, tapi
saat matanya tertuju pada mata seorang lelaki, rasa marah itu pun hilang
seketika.
“Lagi mikirin apa sih, Say?” ucapnya ramah dengan suara yang menyejukkan.
Inilah yang membuat Widyawati terpesona dengan lelaki yang kini ada di hadapannya
itu.
Tentu saja ia kenal baik dengan pria tersebut. Namanya adalah
Doni Setiawan, tapi biasanya dipanggil Dona, panggilan itu disematkan karena
perilakunya lebih mirip perempuan.
Semenjak kelas 1 SMA Widyawati mengenal Dona dengan akrab. Memang
lelaki itu lebih suka bergaul dengan para siswi dan lebih lucunya lagi ia malah
jatuh hati pada sesama laki-laki.
Kontan Widyawati langsung memukul dada Dona sambil tertawa
menahan marah.
Setelah itu mereka saling peluk dan hal itu memang kerap
dilakukan semenjak masih sekolah dulu.
Tidak ada rasa malu bagi keduanya. Bagi Dona mungkin karena
jiwanya perempuan sehingga tidak ada rasa apa pun ketika melakukan itu.
Bertemu dengan Dona di saat hatinya tidak baik seperti
menemukan mata air di padang tandus.
Bagi Widyawati, sosok Dona adalah teman berkeluh kesah yang
tidak pernah bosan dari SMA dulu.
Dona selalu ada ketika dia maupun teman-teman yang lain
membutuhkan tempat mencurahkan hati. Dona juga mempunyai solusi terbaik bagi teman-temannya
yang tengah dilanda masalah.
Setelah saling tertawa cekikikan menceritakan masa lalu yang lucu,
Dona menceritakan tentang teman-teman lain yang tidak diketahui.
Dona memang masih punya kebebasan pergi ke mana pun dan kapan
pun. Ia tidak terikat oleh tanggung jawab siapa pun karena masih hidup sendiri,
maka ia masih bebas seperti dahulu kala. Hal itulah yang membuatnya aktif dalam
menghubungi teman-temannya.
Sementara itu, Widyawati sendiri sudah hampir 4 tahun sudah
tidak bersua dengan Dona. Terakhir kali adalah ketika perayaan ulang tahun
putra bungsunya. Entah bagaimana Dona yang tidak diundang secara khusus tahu
jika ia mempunyai acara dan Widyawati selalu terbuka menerima kedatangannya.
Tidak ada hal negatif di pikirannya, termasuk keluarga dan suaminya
yang sudah tahu segalanya tentang Dona.
Setelah Dona selesai bergosip tentang teman-temannya, giliran
Widyawati menceritakan dirinya sendiri.
Widyawati memang tengah memendam masalah dengan suaminya. Intinya
dia menceritakan perilaku suaminya yang kambuh lagi dengan wanita idaman lain.
Memang tidak tahu persis apakah Prabu berselingkuh atau tidak,
dia belum pernah menangkap bahasa sang suami dan memang selalu berusaha untuk
tidak tahu demi menghindar masalah besar dalam rumah tangganya.
Widyawati menahan sakit hati setiap kali ada pihak yang
melapor tentang perselingkuhan suaminya. Semua ia jaga demi keutuhan
keluarganya.
Belum sempat Dona merespons, Widyawati melihat beberapa rekan
sang suami sudah keluar. Dia pun pamit pada Dona.
Dengan senyum Dona mengajaknya untuk keluar sore nanti.
****
Setelah berpamitan pada sang suami, usai berdandan Widyawati langsung keluar menemui Dona yang sudah menunggu.
Kembali ia berkeluh kesah selama berada di dalam mobil dan
sore itu Dona mengajaknya menemui seorang teman yang tidaklah jauh dari hotel.
No comments:
Post a Comment