Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
Budaya
cerbung
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
Terlarang
thriller

Labels

TRESNANING WAGIYAH PART 3

 PART 3

Pak Rahmat yang semula dengan sabar dan tanpa lelah mencoba menyadarkan Wagiyah terkejut bukan kepalang ketika pada suatu malam beliau secara diam-diam memang mendengar suara seorang laki-laki di kamar anaknya. Suara itu memang tidak benar-benar jelas, bahkan lebih terdengar seperti raungan atau tepatnya rintih kesakitan.

****

Beberapa hari ini Satiman juga mendengar Wagiyah tertawa-tawa di dalam kamar.

Akan tapi, herannya ketika Satiman mencoba mencari tahu apa yang sedang adiknya tertawakan Satiman justru mendapati kejadian ngeri. Bagaimana tidak, ketika Satiman menengok ke dalam kamar, ternyata pada saat itu Wagiyah tengah terlelap.

Pernah suatu hari Satiman mengikuti adiknya pada suatu malam ketika Satiman mendengar Wagiyah seperti sedang berbincang dengan seseorang. Ia pun mencoba mencari tahu dengan hati-hati sekali. Satiman menengok lewat ventilasi udara di atas pintu kamar. Di dalam kamar Wagiyah memang tampak seperti sedang berbincang dengan seseorang, padahal jelas sekali tidak ada siapa pun di dalam kamar, dan Satiman terkejut ketika tiba-tiba kepala Wagiyah menoleh ke arahnya.

Satiman melihat tetapan Wagiyah tajam mengerikan. Satiman juga melihat bagaimana wajah adiknya itu menampakkan ekspresi marah.

Wajah Wagiyah benar-benar tampak menyeramkan.

Satiman yang gugup nyaris kehilangan keseimbangan. Ia hampir terjatuh dari atas kursi dengan jantung yang dipompa dengan keras.

Satiman segera berlari masuk kamar. Tengkuknya merinding hebat.

Satiman yakin kalau adiknya  kesurupan atau jangan-jangan adiknya sudah gila.

Satu hal yang membuat Satiman semakin merinding adalah tiap kali ia mendengar adiknya seperti sedang berbincang pasti selalu diawali dengan terciumnya sebuah aroma wangi kapur barus yang kemudian berangsur berubah menjadi bau bangkai.

Herannya ketika pagi harinya Wagiyah selalu tampak ceria, namun pada akhirnya apa yang Wagiyah ceritakan tetap saja membuat bulu kuduk berdiri. Pasti dan tidak lain Wagiyah mengatakan semalam Widodo menemuinya.

Satu kalimat dari Wagiyah yang semakin membuat khawatir keluarganya adalah, “Pada saatnya nanti Mas Widodo akan menjemputku. Aku akan ikut dengannya pergi ke tempat yang sangat jauh, tempat yang sangat indah.”

Sang ibu menangkap sebuah kengerian pada raut wajah anaknya itu. Hati kecil sang ibu mengatakan ada sesuatu di luar kendali Wagiyah, sesuatu yang jahat, sesuatu yang bisa membuat Wagiyah celaka.

Hati sang ibu berdesir. Beliau sangat takut kehilangan Wagiyah, tapi sang ibu kembali menggunakan logikanya bahwa semua terjadi karena jiwa Wagiyah sedang terguncang.

Dalam gundah gulana itu tiba-tiba terpikirlah Ustaz Sopyan, beliau adalah seorang ustaz yang setiap malam Jumat memimpin bacaan Surat Yasin dan Tahlil.

Sang ibu merasa lega. Ada harapan bahwa anaknya akan segera sadar dan bisa menjalani kehidupan secara normal kembali.

Sang ibu telah merencanakan esok hari akan menemui Ustaz Sopyan ketika tiba-tiba Wagiyah keluar dari kamarnya, dan dengan tatapan bengis memandangi ibunya.

Lamunan sang ibu pun buyar, berganti oleh rasa heran bercampur takut ketika tatapan anaknya yang tajam tak kunjung berhenti.


 “Ada apa toh, Nak? Kamu kok ngeliatin ibu seperti itu?” Sang Ibu bertanya dengan sedikit gugup.

“Ibu tidak usah ikut campur urusanku!” bentak Wagiyah pada ibunya.

Ada suara yang sedikit berbeda dari suara asli Wagiyah.”

Kalau memang Ibu nekat membawa ustaz itu kemari, akan aku buat ustaz itu kehilangan nyawanya!” Wagiyah mengancam sembari meninggalkan ibunya yang tertegun.


Jantung sang ibu seketika itu berdesir. Bagaimana mungkin Wagiyah bisa mengetahui kalau sang ibu akan memanggil ustaz ke rumah? Padahal sang ibu belum bercerita pada siapa pun, bahkan pada suaminya.

Sang ibu semakin tersadar, memang ada sesuatu yang tidak beres pada Wagiyah. Ada makhluk jahat yang telah merasuk dalam tubuh anaknya.

****

Ustaz Sopyan akhirnya datang ke rumah Pak Rahmat.

Setelah beberapa hari ini sibuk keluar kota Ustaz Sopyan diantar Pak Rahmat untuk berkeliling dalam rumah.

Mulanya tidak tampak ada hal aneh bila melihat raut wajah Ustaz Sopyan, namun saat beliau masuk ke dalam kamar Wagiyah ada semacam rasa waswas mengalir pada wajah beliau.

Ustaz Sopyan memandang sekitar kamar. Beliau langsung berbicara kepada Pak Rahmat dan keluarga setengah berbisik kalau ada jin yang menguasai kamar Wagiyah.

Pak Rahmat tentu sangat terkejut mendengar keterangan itu.

“Sudah berapa lama Wagiyah mengalami perubahan sikap?” tanya Ustaz Sopyan sesaat setelah kembali ke ruang tamu.

Pak Rahmat pun menceritakan secara runtut kejadian dari awal hingga akhir saat ini.

Pak Rahmat bahkan sudah beberapa kali membawa Wagiyah ke psikiater karena pihak keluarga pada awalnya meyakini kalau semua adalah karena pikiran Wagiyah yang terguncang, tapi semenjak keluarga mulai sering mencium suatu bau busuk yang menyengat, keyakinan itu mulai tergeser.

Ustaz Sopyan mengangguk-angguk mendengarnya. Sebenarnya beliau juga sudah mengetahui apa yang mengganggu Wagiyah, namun beliau juga tidak bisa berbuat banyak lantaran Wagiyah dan keluarganya sendiri tampaknya tidak membentengi diri dengan keimanan yang kuat.

“Semua ini memang salah kami, Ustaz. Semenjak kecil, kami selalu memanjakan Wagiyah. Lebih dari itu, kami tidak mendidiknya dengan tuntunan agama yang baik. Kami terlalu sibuk, Ustaz.” Pak Rahmat tampak menundukkan kepala. Guratan penyesalan tampak menghias wajah yang mulai keriput itu.

Ustaz Sopyan memahami perasaan Pak Rahmat. Beliau pun menghibur dan mengatakan kalau semua belum terlambat. “Sebelum pada ujung usia semua masih bisa bertobat.”

Di ujung pertemuan itu, Ustaz Sopyan minta segelas air lalu beliau membacakan doa dan ditiupkannya ke dalam air itu.

Beliau juga terlihat meniupkan doa-doa ke beberapa penjuru rumah lalu berkata kalau bau tidak sedap itu datang disuruhnya mengambil sedikit air pada gelas tersebut kemudian dibasuh pada muka dengan begitu atas izin Allah mereka bisa melihat siapa sebenarnya yang sedang mengajak Wagiyah berbicara.

Sebelum berpamitan, Ustaz Sopyan berpesan, “Mulai sekarang Pak Rahmat dan sekeluarga memperbaiki ibadah. Terutama salatnya, karena dengan salat akan membuat seseorang semakin dekat dengan Allah. Maka Allah pun akan melindungi Pak Rahmat sekeluarga.”

****

Malam berjalan dengan lambat.

Detik demi detik jam dinding berdetak. Jarum pada jam dinding itu telah menunjukkan pukul 01.00 dini hari.

Saking heningnya malam itu, lolong anjing di kejauhan sampai juga di telinga.

Di kamar masing-masing baik Pak Rahmat dan istrinya, maupun Satiman di kamar yang lain, tampak gelisah.

Sejam yang lalu atau tepat ketika tengah malam mereka kembali menjelma aroma busuk itu. Bahkan saking tidak kuatnya menahan Bu Rahmat sampai muntah beberapa kali.

Setelah aroma itu makin menyengat mereka pun buru-buru mengambil air yang telah diberi doa Ustaz Sopyan lalu membasuhkannya ke muka.

Setelahnya mereka tinggal menunggu apa yang terjadi selanjutnya.

Benar saja, saat bau busuk itu kembali menyengat dari kamar Wagiyah terdengar Wagiyah tertawa-tawa seperti sedang bercengkerama dengan seseorang.

Satiman yang pertama kali mendengar suara adiknya itu pun bangkit dari kamar.

Satiman mulai berjingkat mendekat ke kamar adiknya.

BERSAMBUNG KE PART 4

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search