TRESNANING WAGIYAH PART 3
PART 3
Pak Rahmat yang semula dengan sabar dan tanpa lelah mencoba
menyadarkan Wagiyah terkejut bukan kepalang ketika pada suatu malam beliau
secara diam-diam memang mendengar suara seorang laki-laki di kamar anaknya. Suara
itu memang tidak benar-benar jelas, bahkan lebih terdengar seperti raungan atau
tepatnya rintih kesakitan.
****
Beberapa hari ini Satiman juga mendengar Wagiyah tertawa-tawa
di dalam kamar.
Akan tapi, herannya ketika Satiman mencoba mencari tahu apa
yang sedang adiknya tertawakan Satiman justru mendapati kejadian ngeri.
Bagaimana tidak, ketika Satiman menengok ke dalam kamar, ternyata pada saat itu
Wagiyah tengah terlelap.
Pernah suatu hari Satiman mengikuti adiknya pada suatu malam
ketika Satiman mendengar Wagiyah seperti sedang berbincang dengan seseorang. Ia
pun mencoba mencari tahu dengan hati-hati sekali. Satiman menengok lewat
ventilasi udara di atas pintu kamar. Di dalam kamar Wagiyah memang tampak seperti
sedang berbincang dengan seseorang, padahal jelas sekali tidak ada siapa pun di
dalam kamar, dan Satiman terkejut ketika tiba-tiba kepala Wagiyah menoleh ke arahnya.
Satiman melihat tetapan Wagiyah tajam mengerikan. Satiman
juga melihat bagaimana wajah adiknya itu menampakkan ekspresi marah.
Wajah Wagiyah benar-benar tampak menyeramkan.
Satiman yang gugup nyaris kehilangan keseimbangan. Ia hampir
terjatuh dari atas kursi dengan jantung yang dipompa dengan keras.
Satiman segera berlari masuk kamar. Tengkuknya merinding
hebat.
Satiman yakin kalau adiknya kesurupan atau jangan-jangan adiknya sudah
gila.
Satu hal yang membuat Satiman semakin merinding adalah tiap
kali ia mendengar adiknya seperti sedang berbincang pasti selalu diawali dengan
terciumnya sebuah aroma wangi kapur barus yang kemudian berangsur berubah
menjadi bau bangkai.
Herannya ketika pagi harinya Wagiyah selalu tampak ceria, namun
pada akhirnya apa yang Wagiyah ceritakan tetap saja membuat bulu kuduk berdiri.
Pasti dan tidak lain Wagiyah mengatakan semalam Widodo menemuinya.
Satu kalimat dari Wagiyah yang semakin membuat khawatir
keluarganya adalah, “Pada saatnya nanti Mas Widodo akan menjemputku. Aku akan
ikut dengannya pergi ke tempat yang sangat jauh, tempat yang sangat indah.”
Sang ibu menangkap sebuah kengerian pada raut wajah anaknya
itu. Hati kecil sang ibu mengatakan ada sesuatu di luar kendali Wagiyah, sesuatu
yang jahat, sesuatu yang bisa membuat Wagiyah celaka.
Hati sang ibu berdesir. Beliau sangat takut kehilangan Wagiyah,
tapi sang ibu kembali menggunakan logikanya bahwa semua terjadi karena jiwa Wagiyah
sedang terguncang.
Dalam gundah gulana itu tiba-tiba terpikirlah Ustaz Sopyan,
beliau adalah seorang ustaz yang setiap malam Jumat memimpin bacaan Surat Yasin
dan Tahlil.
Sang ibu merasa lega. Ada harapan bahwa anaknya akan segera
sadar dan bisa menjalani kehidupan secara normal kembali.
Sang ibu telah merencanakan esok hari akan menemui Ustaz Sopyan
ketika tiba-tiba Wagiyah keluar dari kamarnya, dan dengan tatapan bengis
memandangi ibunya.
Lamunan sang ibu pun buyar, berganti oleh rasa heran bercampur takut ketika tatapan anaknya yang tajam tak kunjung berhenti.
“Ada apa toh, Nak?
Kamu kok ngeliatin ibu seperti itu?” Sang Ibu bertanya dengan sedikit gugup.
“Ibu tidak usah ikut campur urusanku!” bentak Wagiyah pada
ibunya.
Ada suara yang sedikit berbeda dari suara asli Wagiyah.”
Kalau memang Ibu nekat membawa ustaz itu kemari, akan aku buat ustaz itu kehilangan nyawanya!” Wagiyah mengancam sembari meninggalkan ibunya yang tertegun.
Jantung sang ibu seketika itu berdesir. Bagaimana mungkin Wagiyah
bisa mengetahui kalau sang ibu akan memanggil ustaz ke rumah? Padahal sang ibu
belum bercerita pada siapa pun, bahkan pada suaminya.
Sang ibu semakin tersadar, memang ada sesuatu yang tidak
beres pada Wagiyah. Ada makhluk jahat yang telah merasuk dalam tubuh anaknya.
****
Ustaz Sopyan akhirnya
datang ke rumah Pak Rahmat.
Setelah beberapa hari ini sibuk keluar kota Ustaz Sopyan
diantar Pak Rahmat untuk berkeliling dalam rumah.
Mulanya tidak tampak ada hal aneh bila melihat raut wajah
Ustaz Sopyan, namun saat beliau masuk ke dalam kamar Wagiyah ada semacam rasa
waswas mengalir pada wajah beliau.
Ustaz Sopyan memandang sekitar kamar. Beliau langsung
berbicara kepada Pak Rahmat dan keluarga setengah berbisik kalau ada jin yang menguasai
kamar Wagiyah.
Pak Rahmat tentu sangat terkejut mendengar keterangan itu.
“Sudah berapa lama Wagiyah mengalami perubahan sikap?” tanya Ustaz
Sopyan sesaat setelah kembali ke ruang tamu.
Pak Rahmat pun menceritakan secara runtut kejadian dari awal
hingga akhir saat ini.
Pak Rahmat bahkan sudah beberapa kali membawa Wagiyah ke psikiater
karena pihak keluarga pada awalnya meyakini kalau semua adalah karena pikiran Wagiyah
yang terguncang, tapi semenjak keluarga mulai sering mencium suatu bau busuk
yang menyengat, keyakinan itu mulai tergeser.
Ustaz Sopyan mengangguk-angguk mendengarnya. Sebenarnya beliau
juga sudah mengetahui apa yang mengganggu Wagiyah, namun beliau juga tidak bisa
berbuat banyak lantaran Wagiyah dan keluarganya sendiri tampaknya tidak
membentengi diri dengan keimanan yang kuat.
“Semua ini memang salah kami, Ustaz. Semenjak kecil, kami
selalu memanjakan Wagiyah. Lebih dari itu, kami tidak mendidiknya dengan tuntunan
agama yang baik. Kami terlalu sibuk, Ustaz.” Pak Rahmat tampak menundukkan
kepala. Guratan penyesalan tampak menghias wajah yang mulai keriput itu.
Ustaz Sopyan memahami perasaan Pak Rahmat. Beliau pun
menghibur dan mengatakan kalau semua belum terlambat. “Sebelum pada ujung usia
semua masih bisa bertobat.”
Di ujung pertemuan itu, Ustaz Sopyan minta segelas air lalu beliau
membacakan doa dan ditiupkannya ke dalam air itu.
Beliau juga terlihat meniupkan doa-doa ke beberapa penjuru
rumah lalu berkata kalau bau tidak sedap itu datang disuruhnya mengambil sedikit
air pada gelas tersebut kemudian dibasuh pada muka dengan begitu atas izin
Allah mereka bisa melihat siapa sebenarnya yang sedang mengajak Wagiyah
berbicara.
Sebelum berpamitan, Ustaz Sopyan berpesan, “Mulai sekarang
Pak Rahmat dan sekeluarga memperbaiki ibadah. Terutama salatnya, karena dengan
salat akan membuat seseorang semakin dekat dengan Allah. Maka Allah pun akan melindungi
Pak Rahmat sekeluarga.”
****
Malam berjalan dengan
lambat.
Detik demi detik jam dinding berdetak. Jarum pada jam dinding
itu telah menunjukkan pukul 01.00 dini hari.
Saking heningnya malam itu, lolong anjing di kejauhan sampai
juga di telinga.
Di kamar masing-masing baik Pak Rahmat dan istrinya, maupun Satiman
di kamar yang lain, tampak gelisah.
Sejam yang lalu atau tepat ketika tengah malam mereka kembali
menjelma aroma busuk itu. Bahkan saking tidak kuatnya menahan Bu Rahmat sampai
muntah beberapa kali.
Setelah aroma itu makin menyengat mereka pun buru-buru
mengambil air yang telah diberi doa Ustaz Sopyan lalu membasuhkannya ke muka.
Setelahnya mereka tinggal menunggu apa yang terjadi
selanjutnya.
Benar saja, saat bau busuk itu kembali menyengat dari kamar Wagiyah
terdengar Wagiyah tertawa-tawa seperti sedang bercengkerama dengan seseorang.
Satiman yang pertama kali mendengar suara adiknya itu pun
bangkit dari kamar.
Satiman mulai berjingkat mendekat ke kamar adiknya.
BERSAMBUNG KE PART 4
Dukung Pakde Noto di Trakteer

No comments:
Post a Comment