ABU NAWAS MENGENCINGI WARUNG
Seperti biasa kalau tidak ada undangan ke istana Abu Nawas
menghabiskan waktunya nongkrong di warung Tuan Hamid karena di sanalah Abu
Nawas bisa tahu tentang semua kabar berita dari kawan-kawannya.
Pada suatu hari saat Abu Nawas duduk santai di depan rumah,
datanglah beberapa kawannya menghampiri Abu Nawas, kemudian salah satu dari
mereka berkata, “Abu Nawas, Aku ada tantangan untukmu. Apakah kamu berani
melakukannya?”
Dengan entengnya Abu Nawas menjawab. “Tentu saja saya berani. Tantangan apa yang akan kalian berikan?” tanya balik Abu Nawas.
“Begini, Abu Nawas. Kamu tahu, ‘kan warung Tuan Hamid dan
kamu pasti tahu kalau Tuhan Hamid orangnya sangat galak dan tantangannya adalah
kalau kamu berani mengencingi warung Tuan Hamid maka kami akan memberikanmu
hadiah, tapi ada syaratnya, Abu Nawas. Saat kamu mengencingi seluruh ruangan
warungnya Tuan Hamid harus tertawa. Kalau sampai Tuan Hamid jengkel berarti
kamu gagal,” ucap mereka.
“Kalian gila, ya. Tantangan macam apa itu?” protes Abu Nawas.
“Bilang saja kalau kamu takut, tidak usah banyak alasan, Abu
Nawas,” ujar mereka.
Sejenak Abu Nawas terdiam. Kalau ia menolak tantangan
tersebut kawan-kawannya akan menganggapnya sebagai pengecut, tapi kalau ia
menerima tantangan itu risikonya sangat berbahaya mengingat Tuan Hamid terkenal
galak dan kejam.
Setelah merenung agak lama akhirnya Abu Nawas mendapatkan ide
yang cemerlang.
“Begini, Kawan-kawan. Karena tantangannya sangat berisiko,
berapa hadiah yang akan kalian berikan bila aku berhasil melakukannya?” tanya
Abu Nawas.
“Kami akan memberikanmu uang 1000 Dinar, Abu Nawas, jawab
mereka.
“1000 Dinar uang yang lumayan banyak,” kata Abu Nawas dalam
hati.
Tanpa pikir panjang Abu Nawas langsung menerima tantangan
tersebut. “Baiklah, aku terima tantangan kalian, tapi aku minta bayarannya
sekarang,” ucap Abu Nawas.
Setelah Abu Nawas mendapatkan bayarannya mereka segera
berangkat menuju warung Tuan Hamid.
Sesampainya di warung Tuan Hamid, Abu Nawas berkata kepada
kawan-kawannya. “Kalian tunggulah di luar sebentar.”
Kemudian Abu Nawas masuk ke dalam warung untuk menemui Tuan
Hamid.
“Menurut kalian apakah Abu Nawas akan berhasil? Tuan Hamid, ‘kan
terkenal galak,” bisik salah satu dari mereka.
“Kita lihat saja nanti. Paling-paling Abu Nawas digebuki pakai
kayu sampai pingsan,” timpal lainnya.
Mendengar itu mereka pun saling tertawa.
Tidak lama kemudian terdengar keras suara tawa Yuan Hamid
dari dalam warungnya, hal ini membuat kawan-kawan Abu Nawas heran dan tak
percaya.
Karena penasaran mereka pun melongok ke dalam warung Tuan
Hamid.
Betapa terkejutnya mereka ketika melihat Abu Nawas sedang
mengencingi seluruh ruangan warung Tuan Hamid, sedangkan Tuan Hamid sendiri
malah tertawa terpingkal-pingkal melihat ulah Abu Nawas yang konyol itu.
“Bagaimana mungkin ini terjadi?” ucap mereka keheranan.
“Jangan-jangan Tuan Hamid dipelet Abu Nawas makanya dia malah
tertawa saat warungnya dikencingi,” sahut kawan lainnya.
Setelah Abu Nawas berhasil menjalankan tantangannya ia pun
pergi meninggalkan warung Tuan Hamid.
Salah satu kawahnya yang penasaran dengan kejadian tadi
segera menyusul Abu Nawas.
“Hai, Abu Nawas. Tunggu dulu!” teriaknya sambil berlari
menghampiri Abu Nawas.
Abu Nawas pun menghentikan langkahnya.
“Ada apa lagi? Bukankah tantangannya sudah berhasil aku
jalani,” ucap Abu Nawas.
“Iya, benar. Saya cuma penasaran, Abu Nawas. Kenapa Tuhan
Hamid bisa tertawa padahal, ‘kan dia sangat galak, tapi ia malah tertawa saat
kau kencingi warungnya?” tanya kawannya penasaran.
“Oh, itu? Caranya Mudah saja. Saat aku menemui Tuan Hamid di dalam warung aku menantang dia sebuah permainan dengan hadiah 500 Dinar, tentu saja Tuhan Hamid langsung tergiur dan permainannya adalah barang siapa paling banyak memasukkan air kencing ke dalam gelas di hadapannya maka dialah pemenangnya."
"Lalu aku dan Tuhan Hamid meletakkan gelas di hadapan masing-masing."
"Giliran pertama adalah Tuan Hamid, ia kencing fokus ke arah gelas di hadapannya tentu saja gelasnya penuh berisi air kencing, kemudian saat giliranku aku kencing ke sana kemari tak tentu arah hampir seisi ruangan aku kencingi kecuali gelas yang ada di hadapanku."
"Melihat ulah konyolku ini membuat Tuan Hamid tertawa
terpingkal-pingkal karena ia merasa akan memenangkan lomba dan mendapatkan
hadiah 500 Dinar. Tentu saja Tuan Hamid pemenangnya, lalu aku beri dia hadiah
uang 500 Dinar dan uang seribu dinar yang kalian berikan padaku tinggal tersisa
500 Dinar. Sisa uang tersebut kini mau aku bawa pulang,” kata Abu Nawas
menjelaskan.
“Oalah, otakmu memang cerdik, Abu Nawas,” puji kawannya sambil
geleng-geleng kepala.
No comments:
Post a Comment