MISTERI RUMAH BELAKANG
NINGRUM
Ini adalah kisah nyata Ningrum dari Indramayu, pengalaman
horor pribadinya ketika sedang bekerja di Timur Tengah tepatnya di negara
Kuwait, menjadi satu kisah yang tidak akan bisa dilupakan.
Pada awal tahun 2008 Ningrum memutuskan mencari nafkah ke
perantauan. Setelah melalui pertimbangan pada akhirnya dia memutuskan menjadi
TKW sebagaimana yang dilakukan kebanyakan tetangganya. Memang perempuan di
kampungnya termasuk di beberapa desa yang masih satu kecamatan rata-rata
menjadi tenaga kerja di wilayah Timur Tengah.
Baik yang sudah menikah maupun yang masih gadis memilih
mencari uang di negeri orang, hal itu dilakukan demi kebutuhan yang semakin
sulit, sedangkan lapangan kerja di dalam negeri selain sulit upahnya juga tidak
sebanding dengan menjadi TKW.
Setelah melalui berbagai proses selama beberapa bulan
berangkatlah Ningrum ke negeri tujuan yakni Kuwait. Di sana dia bekerja dengan
seorang majikan dengan tiga anak yang harus diasuh, 2 perempuan berumur 6 tahun
dan 9 tahun, sedangkan yang satu laki-laki berumur 7 tahun.
Ningrum merasa senang karena tahu ada dua pembantu lain yang
juga berasal dari Indonesia.
****
Hari-hari pun dilalui dengan penuh kerinduan pada kampung
halaman, namun demi mencapai apa yang didambakan dia pun berusaha kuat. Tidak
lupa dia selalu meminta perlindungan pada Sang Pencipta setiap kali merasa
khawatir akan keadaannya.
Memang pada waktu itu santer terdengar kabar tentang hukuman
berat yang diterima oleh para TKI bahkan banyak pula yang dihukum pancung di
Arab Saudi padahal jika ditelusuri sumber masalah bukanlah dari para budak, namun
entah mengapa justru hukuman diarahkan pada pahlawan devisa itu.
Pemberitaan itulah yang membuat Ningrum memilih negara Kuwait
sebagai sumber kebutuhannya. Dia pun bersyukur karena majikannya adalah orang
yang sangat baik, dia memperhatikan betul ketika pembantunya.
****
Sekitar 4 bulan
Kemudian.
Datang seorang tamu yang ternyata adalah adik laki-laki dari
sang majikan.
Karena libur kerja tamu itu akan menginap 2 Minggu di rumah
majikan.
Dalam waktu yang bersamaan kedua majikan Ningrum akan pergi
ke luar kota untuk beberapa hari, ada pekerjaan penting yang harus mereka kerjakan
sekaligus akan mampir dan menginap ke rumah kerabat.
Pada hari kedua saat menginap entah mengapa adik majikannya
itu meminta untuk tidur di rumah belakang padahal ada kamar khusus keluarga
atau tamu jika ingin menginap.
Memang rumah sang majikan sangat luas dan ada satu pintu yang
menghubungkan antara rumah belakang.
Sudah pasti rumah belakang sangat kotor dan berdebu karena
lama tidak ada yang menempati bahkan tidak pernah dibuka.
Selama Ningrum dan dua pembantuan bekerja di sana mereka
belum pernah membuka pintu itu sekalipun. Entah kenapa lelaki itu ingin sekali
tidur di sana.
Dengan terpaksa Ningrum dan seorang temannya membersihkan
terlebih dahulu rumah belakang itu agar bisa ditempati.
Saat membuka pintu hawa tidak biasa langsung menyambut
keduanya. Mereka merasakan hawa sangat dingin menusuk tulang. Tercium pula
aroma aneh yang membuat kepala terasa pusing.
Tanpa berpikir macam-macam mereka langsung memulai membersihkan
dan mengganti seprai serta bantal di sana.
Dalam kesibukan tersebut Ningrum mendengar benda-benda yang
bergerak dengan sendirinya, namun setiap kali dia mencari sumber suara semua
masihlah pada tempatnya, tidak ada yang berpindah ataupun yang bergerak.
Kawannya sempat menanyakan setiap kali melihat gelagat Ningrum.
Ningrum menjawab kalau tidak ada apa-apa.
“Sedikit merinding juga ini rumah.”
Setelah semua beres mereka bergegas meninggalkan kamar.
Lagi-lagi Ningrum dibuat terkejut saat mematikan lampu kamar sangat
jelas dia melihat sosok manusia berada di pojokkan kamar. Sosok tersebut tidaklah
jelas wanita atau lelaki, tapi yang pasti memakai jubah berwarna putih.
Ketika Ningrum kembali menyalakan lampu tidak terlihat siapa pun
yang berada di dalam kamar.
Dia langsung beranjak membiarkan lampu tetap menyala, dia
berharap itu hanya perasaannya saja.
****
Di malam harinya.
Seperti biasa kalau pukul 20.00 mereka membuatkan makan malam untuk anak-anak
yang sedang menonton televisi. Hal itu selalu dilakukan bergantian dan malam
itu Ningrum yang akan memasak. Dia pun menuju dapur lalu mulai melakukan
kegiatan memasak.
Dari awal dia merasa jika ada sepasang mata yang mengawasinya,
namun berulang kali dia berpaling dan tidak tampak siapa pun di sekitar.
Sejenak perasaannya mulai tidak enak ditambah lagi pikirannya
yang teringat kejadian sewaktu di kampung dulu.
Dia ingat betul kisah mistis yang dialami ketika kakeknya
meninggal dunia dulu yang mana pada waktu itu dia merasa seperti diawasi setiap
kali berada di rumah sang kakek dan ujung-ujungnya di suatu malam saat dia
menginap di sana dia yang terjaga dari tidur langsung menuju kamar mandi di
belakang rumah.
Ningrum yang merasa diawasi akhirnya menjadi sekuat tenaga
saat menjumpai sosok pocong disisi pintu. Seketika Ningrum pingsan dan atas
kejadian tersebut dia mengalami demam lebih dari seminggu lamanya.
Bayangan masa-masa itu mengingatkannya pada malam ini.
Dia merasakan hal yang sama yaitu seolah-olah ada yang mengawasi
setiap gerakannya.
****
Ningrum menghirup nafas panjang dan merasa lega saat
masakannya sudah matang.
Segera dia mengambil beberapa peralatan untuk menyajikannya. Di
saat itulah dia menjadi terkaget dengan kemunculan Diah, sahabatnya yang lebih dulu menjadi
pembantu di rumah itu.
Perempuan yang berusia lebih tua darinya itu tiba-tiba muncul
di tengah-tengah pintu dapur. Dia menatap Ningrum sambil tersenyum sejenak itu
lalu balik badan melanjutkan kesibukannya.
Pada saat menoleh tidak didapati lagi sosok Diah di sana. Setelah
diingat-ingat Ningrum baru sadar kalau malam itu Diah memakai baju berwarna
ungu sedangkan yang dilihat tadi memakai baju hijau muda.
Seketika Ningrum menjadi gemetar. Dia yakin ada yang tidak
beres dengan apa yang baru saja terjadi.
Ningrum pun beranjak memastikan sambil minta bantuan untuk
menyiapkan makanan tadi.
Benar saja, ternyata Diah sedang duduk mengawasi anak-anak
dan memang baju yang dikenakan berwarna ungu.
Dengan panik Ningrum bertanya pada Diah apakah dia tadi ke
dapur atau tidak, dan dengan santai Diah menjawab kalau dari tadi dia berada di
sana. Begitu pula dengan Riyatun, pembantu yang satunya. Jawaban itu diperkuat
dengan kejujuran kalau Diah selalu bersamanya.
Ningrum menjadi berdebar bercampur takut dan pada saat ditanya balik dia hanya menggeleng
disusul minta bantuan untuk menyajikan makanan yang dibuat.
****
Di keesokan hari.
Kejadian yang sama menimpa Diah. Pada saat bersih-bersih di rumah
belakang, Diah melihat Ningrum sedang membersihkan kamar mandi. Tampak wajah Ningrum
yang pucat.
Diah yang heran pun menegurnya, tapi Ningrum hanya terdiam
saja, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.
Sebenarnya Diah merasa ada yang aneh, tapi dia sembunyikan
perasaan itu.
Setelah selesai bersih-bersih Diah meninggalkan Ningrum yang
masih berada dalam kamar mandi. Dia menuju depan untuk membersihkan halaman sesuai
tugasnya hari itu.
Namun, alangkah terkejutnya ia saat mendapati Ningrum berada
di sana sedang menyiram tanaman.
Segera Diah menghampiri Ningrum sambil bertanya heran.
Dengan masih menyiram Ningrum menjawab kalau sehabis sarapan
tadi dia langsung ke depan mengurus tanaman.
Pada akhirnya dua pembantu itu merenung sendiri. Pada saat
saling berbagi kisah tentang apa yang mereka temui, mereka pun saling
menguatkan satu sama lain dan berharap gangguan yang ditemui tidak berlanjut.
****
Seiring berjalannya waktu.
Baik Diah maupun Ningrum merasa tenang karena tidak ada lagi
penampakan.
Perlahan mereka mulai melupakan kejadian terutama pada saat majikan pulang dari keluar kota, namun
keanehan itu kembali dijumpai Ningrum pada saat adik majikan tidak lagi
menginap.
Pada saat ia selesai membersihkan kamar di rumah belakang,
dia menjadi bergidik ketika terdengar suara barang berjatuhan yang kemudian
disusul suara tangis seorang perempuan.
Suara menyayat tersebut terdengar sangat jelas di telinga. Dengan
memberanikan diri Ningrum kembali membuka pintu untuk memastikan, namun ruangan
tersebut kosong, tidak tampak siapa pun di dalam. Barang-barang yang ada juga
dalam kondisi baik-baik saja, tidak ada satu pun yang rusak ataupun tergeletak
di lantai.
Dengan jantung berdebar-debar Ningrum yang merasa penasaran
pun masuk kembali ke dalam rumah. Dia mengecek setiap ruangan yang ada. Ketika
sampai di dapur hampir dibuat pingsan saat melihat penampakan sosok wanita
berdiri di ujung ruangan. Wanita berwajah Timur Tengah itu tidak berkerudung dengan
rambutnya yang keriting, sedangkan di wajahnya yang pucat pasi ada beberapa
luka lebam yang menghitam.
Yang membuat Ningrum merasa ngeri adalah darah yang terlihat
merembes di bagian selangkangannya, darah kental itu bahkan sampai ke lantai.
Ningrum yang yakin jika apa yang terlihat adalah sesuatu yang
tidak wajar segera beranjak dengan tubuh gemetar hebat dan langsung keluar lalu
mengunci rumah misteri tersebut.
Ketika malam menjelang penampakan itu masih membayang. Sebisa
mungkin Ningrum harus kuat menghadapi gangguan gaib yang ditemuinya.
Saat Ningrum membaur dengan kawan dan anak majikannya di
depan televisi tiba-tiba mereka dikejutkan dengan teriakan majikan perempuan.
“Akhhhh!”
Saat mereka hendak beranjak untuk mengecek ke kamar, sang
majikan sudah keluar terlebih dahulu menemui mereka dengan nafas tidak
beraturan.
Sang majikan memberitahukan jika dia melihat sosok perempuan
dengan baju serba hitam berada di kamar mandi pribadinya. Yang membuat sang
majikan berteriak adalah perempuan tersebut mengeluarkan darah yang membanjiri
lantai kamar mandi.
Usai bercerita sang majikan menyuruh ketiga pembantunya
melihat ke kamar mandi.
Ningrum yang masih terbayang-bayang atas apa yang menimpanya
tadi pagi sebenarnya merasa takut, tapi dia tetap beranjak mengikuti kedua
kawannya dengan ragu-ragu.
Akan tetapi, tidak ada siapa pun di dalam kamar mandi.
Pada saat keluar ruangan Ningrum menceritakan apa yang
dialaminya tadi pagi.
Kedua rekannya menjadi merinding mendengar kisah Ningrum di rumah
belakang itu.
****
Hari-hari selanjutnya.
Suasana tegang menyelimuti rumah di mana Ningrum bekerja.
Penampakan wanita pucat pasti dengan darah memerah di lantai
meneror setiap penghuninya Bahkan sang majikan juga menjadi sasaran teror sosok
tersebut hingga pada akhirnya sang majikan membuat keputusan yang berat yakni menjual
rumah mereka itu.
Sang majikan perempuan mengisahkan kalau dulu rumah belakang
pernah disewa sepasang suami istri, tapi sayangnya selalu terjadi keributan berujung
pertengkaran hampir setiap hari. Pertikaian itu berakhir dengan kematian. Sang
istri yang diketahui sedang hamil muda ditemukan tewas mengenaskan di ruang dapur
di antara barang-barang yang berserakan. Wanita itu tidak bernyawa dengan luka lebam
di wajah dan darah membanjir dari selangkangannya.
Semenjak saat itu Ningrum dan yang lain mengikuti sang
majikan ke rumah baru. Gangguan itu pun sudah tidak pernah terjadi sampai dia
pulang ke Indonesia.
Ningrum tidak habis pikir jika ternyata kejadian-kejadian di
luar nalar yang hampir sama di wilayahnya juga ada di luar negeri dan dia
percaya karena dia sendiri yang mengalami kejadian tersebut.
No comments:
Post a Comment