TUMBAL 99 ARI-ARI BAGIAN 1
BAGIAN 1
Hujan yang turun sejak tadi sore membuat suasana perkampungan menjadi lengang. Tidak seperti biasanya, jalanan tanah merah terlihat basah dan licin. Siapa pula yang hendak keluar di saat seperti itu, hanya ada pos ronda yang terlihat ada orang berkumpul, itu pun hanya berkumpul dan mengobrol, tidak ada yang mau berkeliling.
****
Pos ronda itu baru rame lagi 3 malam terakhir, sebelumnya
selalu sunyi.
Seperti kebiasaan pos ronda, baru diramaikan lagi kalau ada
kejadian. Entah itu maling atau yang lainnya, tapi sudah bertahun-tahun tidak
pernah ada kejadian kemalingan di kampung itu. Mungkin para maling juga malas
di kampung itu karena penduduknya jarang yang punya barang berharga. Pesawat
televisi dan radio sudah tidak lagi memikat. Kendaraan bermotor hanya motor-motor
butut dan banyak yang bodong yang kalau dicuri juga akan sangat menyulitkan
menjualnya.
Kalau sekarang pos ronda itu ramai lagi juga karena ada
peristiwa yang terjadi di kampung sebelah.
Peristiwa tersebut bukanlah kriminal biasa karena yang dicuri
adalah barang yang aneh, yakni janin bayi dalam kandungan. Malingnya tentu juga
bukan maling biasa.
Dari kabar yang beredar, sudah ada dua orang yang secara
berturut-turut kehilangan janin mereka.
Kejadian yang terakhir menimpa pada perempuan bernama Maryati,
perempuan muda yang hamil 5 bulan itu mendadak kehilangan calon bayinya secara
gaib. Tiba-tiba saja perutnya kempes, mual-mualnya hilang, dan saat diperiksa
oleh bidan setempat di dalam rahimnya sudah tidak ada lagi calon bayinya,
lenyap entah ke mana.
Menurut cerita orang-orang di sana pas malam kejadian, ada
salah seorang tetangganya yang melihat bulatan cahaya melesat masuk ke dalam
rumah Maryati. Cahaya tersebut mirip cahaya obor, tapi melesat cepat dan tidak
terlihat ada yang membawanya.
Sebelum kejadian di kampung sebelah ramai sekitar seminggu
lalu kejadian serupa juga terjadi di kampung lain yang agak jauh jaraknya.
Ceritanya mirip-mirip, yaitu ada yang melihat cahaya masuk ke
dalam rumah lalu keesokan harinya perempuan hamil di rumah itu kehilangan
janinnya. Anehnya perempuan yang dituju adalah perempuan yang hamil anak
pertama dan juga sama-sama hamil 5 bulan.
Semula warga kampung tidak terlalu khawatir saat peristiwa
terjadi di perkampungan tersebut, tetapi saat kejadian berulang di kampung sebelah,
mereka mulai cemas, jangan-jangan pencuri gaib ini memang mencari mangsa jenis
bayi yang masih kecil yang dalam usia kandungan 5 bulan karena janin itu sudah
mulai berbentuk manusia.
Kecemasan ini bukan tanpa sebab, yang secara kebetulan ada 6
perempuan sedang mengandung, 4 di antaranya mengandung anak pertama, sedang
yang dua lagi hamilnya sudah besar, perkiraan sudah lewat 8 bulan.
Desa-desus soal dugaan motif pencurian pun berkembang pesat.
Ada yang menyebut sebagai tumbal pesugihan, ada juga yang menyebut sebagai
syarat untuk mencari kesaktian, bahkan ada juga yang menghubungkan dengan setan
yang bergentayangan, tapi yang paling seram adalah cerita mereka yang
menghubung-hubungkan dengan Mbah Saerah, seorang dukun bayi yang mati karena
digorok lehernya, sudah meninggal lebih dari 40 tahun yang lalu. Mbah Saerah
adalah dukun beranak yang biasa dipanggil untuk membantu melahirkan di
daerah-daerah sekitar dan kampung-kampung lainnya.
Menurut cerita kalau kematian Mbah Saerah karena dibacok lehernya dengan golok oleh putra dari
seorang juragan, Setyo namanya. Gara-garanya adalah istri Setyo yang cantik dan
masih muda meninggal dunia saat melahirkan anak pertamanya termasuk juga
bayinya, Mbah Saerah dianggap bertanggung jawab atas kematian itu.
Atas peristiwa pembunuhan itu, Setyo pun dijemput pihak
berwajib dan dihukum. Namun, ketika seminggu mendekam di sel lelaki kurus jangkung
itu ditemukan meninggal dengan cara yang aneh, perutnya sobek dan isinya
terburai keluar. Padahal di dalam sel itu tidak ada benda tajam yang bisa
digunakan untuk melakukannya.
Setelah kejadian itu banyak perempuan hamil yang kehilangan
janinnya.
Konon Mbah Saerah adalah sosok yang mencuri janin-janin itu
untuk menuntaskan ilmu yang belum disempurnakannya. Namun, pada akhirnya teror
itu mampu diberhentikan oleh Juragan Ngadiman, sosok kaya raya di kampung itu
diketahui memiliki kesaktian turunan dari kakek buyutnya.
“Lantas kenapa teror itu kembali datang sekarang? Bukankah
semua sudah selesai?” tanya Sukron pada teman-temannya yang berkumpul di pos
ronda.
Semuanya terdiam sambil meninggikan sarung sejenak. Kemudian
semua bergidik saat Iryanto teringat peristiwa seram yang dialaminya sendiri
waktu itu.
Iryanto kala itu pulang kemalaman karena asyik mengobrol di
acara hajatan. Ketika lewat di area pemakaman dia melihat penampakan sosok
wanita tua yang berjalan, tepatnya di lokasi pohon besar yang tumbuh di dekat
makam Mbah Saerah. Sosok wanita itu tidak menapak tanah sambil menggendong
sesuatu seperti orang menimang bayi. Itu bukanlah cerita karangannya sendiri,
sudah banyak orang yang mengaku pernah melihatnya.
Kiswan yang sudah menguap berkali-kali mengajak
kawan-kawannya untuk berkeliling. Kalau melihat kondisinya, sepertinya Kiswan tidak
selera dengan kopi dan camilan yang ada di pos ronda itu dan untuk
menghilangkan kantuknya.
Kiswan berniat memilih berjalan menyisir kampung saja.
“Ayo, keliling yok.”
Namun, tidak satu pun merespons yang kemudian Harto menimpali untuk
tetap berjaga di pos ronda saja karena jalanan licin. “Sudahlah, Wan. Jalannya
licin. Kita mengobrol saja di sini.”
“Di rumah orang yang hamil juga sudah dijaga kerabat sama
tangga masing-masing. Duduklah di sini saja, Wan!” timpal Bagas.
Waring kemudian mengajak untuk main gaple saja dan jam 3
nanti bubar. “Piye? Setuju toh?” usul Waring.
Semua setuju dengan usul itu.
“Oke.”
****
Ketika sedang asyik-asyiknya main, dari kejauhan terdengar
bunyi kentungan yang bertalu-talu.
Tuk!
Tuk!
Tuk!
Mereka langsung terkaget sambil melemparkan kartu dan meraih
senter.
Harto berteriak kalau sumber suara berasal dari RT sebelah.
“Dari sana, Woe!”
Hasto berlari kemudian diikuti oleh kawan-.
Kiswan yang tadi memilih tidur saat teman-temannya main gaple
tertinggal sendiri karena ketiduran. Kiswan terlupakan oleh kawan-kawannya.
Bukan hanya mereka yang ronda saja yang keluar menuju ke arah
datangnya suara kentungan, warga yang tidak ronda pun berhamburan keluar lalu bergabung dengan rombongan lain seraya
membawa benda-benda seadanya, terutama senter dan senjata tajam.
Tuk!
Tuk!
Tuk!
No comments:
Post a Comment