PASANGAN DUA DUNIA BAGIAN 3
AKHIR KISAH HERU DAN MAYANG
Perbincangan yang menyangkut keselamatan Heru itu terlihat
sangat serius.
Sedangkan di dalam ruangan, Heru masih terbaring lemah dengan
perban di kepala.
Meski mobilnya hancur, tapi Heru masih terselamatkan. Beruntung malam saat kejadian ada mobil truk yang melintas. Sekian detik saja ia mengalami kecelakaan sehingga dengan segera sopir dan kernet penolongnya. Jika terlambat beberapa menit saja mungkin ia akan kehilangan nyawa.
“Apakah cerita itu benar, Heru?” Pakde Wasis segera masuk dan
bertanya pada Heru saat si warga pamit pulang.
Tampaknya ia tidak sabar menunggu sehingga tidak memedulikan
kondisi Heru yang masih kesakitan.
Meski begitu, Heru tetap menjawab dengan jujur tentang hubungannya
dengan Mayang si Ratu Jin. Ia juga memberitahu Pakde Wasis bahwa sesaat
sebelumnya terjadi kecelakaan anak-anak Jin yang mengaku sebagai anaknya
menampakkan diri di belakang.
Salah satu dari mereka berkata jika Heru tidak memberinya
makan maka kejadian buruk akan selalu ia temui.
Mendengar itu Pakde Wasis terdiam.
Kisah yang tadi diceritakan warga melintas di benaknya. Ia merasa
ngeri jika apa yang menimpa beberapa orang di kawasan tersebut juga menerima Heru.
Sejurus kemudian ia menyuruh Heru beristirahat dan fokus pada
pemulihan baru nanti mencari jalan keluar yang terbaik.
Heru kembali pejamkan mata dan rupanya pengaruh obat
membuatnya sangat mengantuk hingga ia pun terlelap lama.
Disusul kemudian ia bermimpi ditemui Mayang.
Namun, kali ini Ratu Jin itu tidak menunjukkan wajah yang
penuh kasih, tetapi mengubah mukanya menjadi wujud menyeramkan dan dipenuhi
amarah.
Mayang mengancam bahwa ia akan mencelakai siapa saja
perempuan yang dekat dengan Heru.
Sosok itu telah menguasai jiwa Heru dan begitu pun dengan
anak-anak mereka. Sebelum pergi, Mayang juga memberitahu bahwa ia akan kembali
seperti yang dikenal Heru jika Heru sudah bisa menerima anak-anak hasil
hubungan mereka.
Heru yang terbangun dengan dada yang berdetak kencang merasa
ketakutan dengan ancaman Mayang.
Ia benar-benar terbebani dengan semua ini.
Pakde Wasis yang melihat itu semakin cemas dan khawatir.
Segera Ia berpikir keras untuk menyelamatkan Heru dari segala
keburukan.
****
Setelah sembuh Heru merasa masih diikuti anak-anak Jin.
Beberapa kali ia coba melihat penampakan mereka berada di
salah satu kamar rumah.
Di kamar itulah ketika sosok anak menyeramkan itu meminta
agar disediakan makanan dan memang selama Heru mengajukan permintaan itu.
Kesialan selalu menimpa dirinya, hanya saja yang ia temui
masihlah kesialan-kesialan kecil yang tidak menyangkut nyawa seperti kecelakaan
mobil waktu itu.
Heru yang semakin waswas pun mengajak Pakde Wasis mencari
seorang spiritualan.
Dari orang pintar itu, sebagai langkah awal ia disuruh
menikah dengan siapa saja. Tujuannya adalah untuk menghindari ancaman dari para
Jin tersebut.
Sebenarnya Heru takut akan keselamatan pasangannya nanti. Ia
masih ingat jelas mimpi yang pernah ia alami yakni tentang ancaman Mayang untuk
mencelakai siapa saja perempuan yang dekat dengannya. Namun, orang pintar
tersebut meyakinkan bahwa ia mampu menghalau ancaman tersebut dan jalan
mengusirnya adalah dengan menikahi sesama manusia.
Meski berat, Heru tetap menyanggupi syarat tersebut.
Yang membuat ia semakin yakin adalah orang pintar itu sudah dikenal
memiliki ilmu kebatinan yang mumpuni. Bahkan anak-anak Jin itu juga sudah
diusir menjauh dari Heru.
****
Pada akhirnya setelah Pakde Wasis mendapatkan wanita untuk
dinikahkan dengan Heru, tanpa menunggu waktu lama proses pernikahan pun sudah
dilaksanakan.
Heru melangsungkan proses pernikahan penuh.
Perempuan yang sah menjadi miliknya adalah Ani, seorang janda
yang memiliki satu anak.
Namun, kebahagiaan itu sekejap saja.
Apa yang dikhawatirkan Heru benar-benar terjadi.
Saat kepulangan dari KUA, tepat setelah acara pernikahan
selesai digelar, kecelakaan maut terjadi.
Mobil pengantar pengantin mengalami rem blong sehingga mengakibatkan
Ani meninggal dunia.
Kejadian yang benar-benar terlihat tidak masuk akal di waktu
yang bersamaan orang pintar yang menjamin keselamatan Heru juga mengalami hal
buruk.
Lelaki paruh baya itu mendadak sesak nafas hingga dilarikan
ke rumah sakit meski nyawanya tertolong, tetapi indra pendengaran dan indra
penglihatannya bermasalah tanpa sebab.
Selain itu, nada bicaranya juga lemah dan sulit dimengerti.
Melihat itu semua Heru merasa yakin bahwa Mayang tidak main-main
dengan ancamannya.
****
Sudah tujuh hari
kematian Ani berlalu.
Kondisi Heru pun terlihat semakin terganggu.
Heru seperti orang gila yang ketakutan.
Setiap kali diajak bicara ia selalu mengira bahwa ia akan
disukai orang yang berbicara padanya.
Pakde Wasis tentu saja bingung dengan kondisi keponakannya
itu.
Merasa yakin bahwa sudah diganggu sosok Jin, ia pun mencari informasi
seorang Ustaz yang biasa melakukan pengobatan non medis. Namun, yang didapat
lagi-lagi seorang spiritualan. Beliau adalah Mbah Noto atau biasa dipanggil
Mbah To.
Meski bukan seorang Ustaz, tetapi sosok Mbah To sangat paham
dengan agama.
Tidak ada cara lain, membawa Heru selain mengikat tangan dan
kakinya supaya tidak berontak, Heru selalu saja berteriak untuk tidak
membunuhnya.
Hingga tibalah di kediaman Mbah To bersama tiga warga yang
ikut serta.
Pakde Wasis membantu membopong Heru masuk ke dalam rumah.
Sebelum melakukan ritual pengobatan terlebih dulu sang spiritualan
melihat jauh dari Heru.
Menurut beliau, selama ini Heru telah dipermainkan sosok Jin
sakti.
Heru yang sering melamun dan merasa kesepian membuat Jin
tersebut senang berada di dekat Heru. Bahkan mereka membuat Heru seakan tidak
bisa lepas dari mereka. Sedangkan ada tiga anak Jin yang mengaku sebagai putranya
Heru, tetapi sebenarnya itu hanya tipu daya semata. Tujuannya supaya bisa
memperbudak Heru.
Dampaknya kini kondisi otak Heru terganggu akibat terlalu
takut dengan mereka, yakni para Jin.
“Pengobatan ini akan kulakukan secara bertahap,” ucap Mbah
To.
Pakde Wasis ikut saja dengan apa pun yang dilakukan sang spiritualan,
yang terpenting adalah kesembuhan Heru.
****
Di hari pertama
pengobatan itu.
Heru tidak lagi berteriak. Tampaknya ia sedikit lebih tenang
dan untuk proses selanjutnya maka Heru disuruh menginap saja di rumah belakang.
Jika keadaan memungkinkan maka setiap waktu bisa dilakukan
kembali tahap berikutnya.
Pakde Wasis menurut saja dan ia pulalah yang akan menemani Heru.
****
Teriakan Heru cukup keras setengah malam itu disusul kemudian
terdengar suara lonceng dan kereta.
Sekeliling rumah tersebut langsung menjadi panas Mbah To yang
sudah bersiaga mempersiapkan media yang akan digunakan dengan ilmu kebudayaan
khusus bahkan langsung mengendalikan keadaan.
Hawa semakin sesak dan panas.
Bagi orang awam seperti Pakde Wasis benar-benar merasakan hawa
yang tidak biasa dalam dirinya. Bahkan Mbah To menyuruh Pakde Wasis agar tidak
termenung karena bangsa Jin akan sangat mudah masuk jika manusia mempunyai rasa
takut terhadap mereka terlebih bila termenung dan pikiran kosong.
“Mereka sangat menyukai itu.” Mbah To pun memberikan amalan
wirid untuk Pakde Wasis agar pikirannya terfokus.
****
Melihat Heru badannya lemas, gemetar, dan sekujur tubuhnya
dingin. Mbah To langsung menutup mata sambil mediasi.
Beliau sudah masuk ke alam lain memenuhi tantangan para Jin jahat.
Pasukan Jin yang disuruh oleh sang Ratu Mayang.
****
1 bulan kemudian.
Lewat perantara Mbah To akhirnya kondisi Heru membaik.
Menurut beliau, lokasi vila juga sudah aman untuk didiami,
bahkan Mbah To sudah melakukan kesepakatan dengan bangsa Jin. Alam yang
berseberangan alangkah lebih baik jika tidak mengganggu satu dengan yang lain dan
beliau berharap Mayang maupun Jin lain akan selalu mematuhi kesepakatan yang
mereka buat sehingga ketenteraman juga akan dirasakan warga setempat.
****
Hari ini setelah selesai dengan urusan kerja yang
terbengkalai Heru langsung menuju rumah Mbah To.
Sesuai yang dijanjikan sang spiritualan, hari ini Heru akan
dicarikan jodoh.
Menurut Mbah To, setiap orang ditakdirkan memiliki jodoh masing-masing,
tapi ada kalanya jodoh itu seperti sulit datang.
Ada banyak faktor penghambat sulitnya mendapatkan pasangan. Sebagian
penghambat itu bisa dipengaruhi dari diri sendiri atau gangguan-gangguan mistis.
Heru merasa lebih tenang selama berkunjung dengan barang ia
berharap secepatnya akan memiliki pendamping hidup yang sejati.
Biarlah kisah bersama Mayang menjadi kenangan buruk yang harus
dilupakan. Yang terpenting sekarang adalah melakukan pertautan dan selalu
mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
TAMAT
No comments:
Post a Comment