PASANGAN DUA DUNIA BAGIAN 2
JIWA YANG DIKUASAI JIN
Di tengah kebimbangan itu, Mayang berpamitan untuk kembali ke
alamnya.
Sebelum benar-benar pergi ia meninggalkan pesan pada Heru
bahwa untuk bisa bertemu dengannya lagi maka harus ada syarat khusus yang harus
dilakukan, yakni menyiapkan sesajen dengan niat mengundang dirinya.
Heru diam terpaku.
Sama sekali ia tidak pernah menyangka jika akan datang waktu
seperti ini di dalam hidupnya. Sebuah pilihan yang sulit, tapi ia sudah terlanjur
mencintai Mayang.
Heru menerima tawaran pemilik vila. Namun, secara mengejutkan
sehari sebelum pengerjaan proyek tersebut dibatalkan tanpa alasan yang jelas.
Si pemilik yang bernama Sudiro itu justru berniat menjual vilanya.
Heru yang merasa tertarik karena berdekatan dengan kawasan Mayang
tanpa pikir panjang langsung menanyakan tentang pembeli dari vila tersebut dan
saat diberitahu kalau belum ada calon pembeli ia pun menyatakan kalau bersedia
membelinya.
Setelah melalui tawar-menawar harga pada akhirnya Heru
menjadi pemilik sah lahan tersebut.
Ia merasa sangat senang.
Ia berniat menemui Mayang. asanya ia sudah menemukan pujaan
hati walau bukan manusia. Wanita yang ia anggap cantik luar biasa yang selalu
menjelma di setiap geraknya.
Sungguh cinta itu tidak dapat disangka lagi. Mayang memang ditakdirkan
untuk dirinya. Begitulah pikiran yang selalu mendera.
Sore itu Heru berencana naik setelah menemui warga sekitar
untuk meminta izin membuat jalan agar sampai ke vila supaya tidak berjalan kaki
lagi, dan mobil bisa langsung sampai ke sana.
Heru segera menyiapkan berbagai macam sesajen sebagai syarat menemui
Mayang sang Ratu Jin.
Setelah semua lengkap, dirinya tinggal menunggu waktu yang
pas untuk memanggil Jin itu.
Sambil menunggu malam tiba, ia menyiapkan diri di bawah pohon
yang rindang.
Seperti biasanya, ia pun termenung sendiri sejenak. Ia
mengecek ponsel. Namun, tidak ada sinyal sama sekali.
Dalam kesendirian itu, ia dikejutkan dengan datangnya suara
telapak kaki hewan diiringi dengan bunyi gemerincing lonceng.
Suara yang semula di kejauhan itu semakin mendekati dirinya
dan ia pun tertegun dengan apa yang disaksikan.
Tampak seorang wanita sangat cantik menaiki kereta kencana
bak putri raja yang tidak lain ia adalah Mayang dengan didampingi para
penjaganya.
Dengan gemulai nan anggun, Mayang turun perlahan dari kereta
tersebut disusul kemudian para penjaga memberinya hormat padanya lalu beranjak
pergi.
Rupanya mereka hanya mengantarkan Mayang saja.
Heru seperti tidak percaya bahwa ini adalah nyata ketika Mayang
tersenyum manis padanya hingga mereka pun saling mengungkapkan kesediaan
sebagai sepasang kekasih.
Janji-janji manis pun terucap dari bibir Heru.
Ia yang telah dibutakan oleh cinta lupa bahwa alam mereka
tidaklah sama hingga terjadilah persetubuhan di antara dua sejoli itu.
Heru bahkan tidak memikirkan tentang risiko yang akan ia hadapi
nantinya. Yang jelas Heru sudah terbuai oleh kecantikan Ratu Jin tersebut.
****
Tidak terasa setelah malam yang dirasa panjang itu pagi pun
datang.
Kembali Heru yang sudah terbangun merasa terheran saat
menemui dirinya berada di tengah hutan.
Ia pun menyambar baju dan lekas memakainya.
Ia mulai mengenali tempat tersebut yakni tempat pertama kali
ia bertemu dengan Mayang.
Di sanalah dulu ia membaur dalam pesta para Jin. Namun, tidak
terlihat keberadaan Mayang di sekitar.
Heru berpikir kalau gadis pujaannya itu sudah pergi sewaktu
ia terlelap.
Bahkan Mayang pun tidak berpamitan terlebih dahulu.
Heru menghela nafas panjang. Ia meninggalkan lokasi tersebut.
Ia merasa berbahagia jika teringat kejadian semalam. Sebuah
percintaan yang membuatnya selalu merindukan sosok Mayang.
Lamunan Heru buyar saat ia disapa oleh salah seorang warga.
“Maaf, Pak. Sebaiknya hindari tempat itu. Bahaya!” ujar warga
tersebut memperingatkan.
Warga itu memberi alasan bahwa di sana merupakan tempat para
Jin berkumpul.
Jika sudah menjadi bagian dari mereka, maka akan sulit untuk
hidup dengan tenang kembali karena bangsa Jin itu menyesatkan.
Warga itu juga menceritakan bahwa beberapa kali pernah ada
kejadian mengenaskan.
Warga menemui orang yang meninggal dengan tubuh telanjang dan
kurus kering tinggal tulang. Di beberapa bagian tubuhnya tampak memar, bahkan
ada yang dimakan belatung.
Heru mendengarkan ucapan warga itu. Namun, ia tidak
menggubrisnya.
Mungkin karena tengah dilanda cinta sehingga apa pun yang
dibicarakan orang hanya dianggap sebagai angin lewat saja.
****
Hari berlanjut.
Heru Masih betah berada di vila meski beberapa kali orang kepercayaannya
datang untuk meminta agar ia mengecek pekerjaannya sudah selesai sebagian.
Namun, Heru yang sudah terbius dengan api asmara menyuruh
agar semua pekerjaannya dilanjutkan. Ia sudah tahu hasilnya tanpa datang
mengecek.
Perubahan sikap itu membuat para pekerja merasa aneh. Ditambah
lagi wajah Heru yang semula berseri kini menjadi kuyu seperti orang yang capek
dan kurang tidur.
Namun, mereka hanya bergumam dalam hati saja.
Tanpa sepengetahuan mereka, hubungan dua dunia terus
berlanjut di setiap malam.
Hubungan layaknya suami istri terus terjadi dan jika pagi
datang Mayang sudah hilang tanpa berpamitan.
Heru juga menemukan dirinya berada di hutan yang sama ketika
ia terbangun dan malam ini menjadi awal petaka bagi Heru.
Mayang yang biasanya datang seorang diri dengan diantar para
pengawalnya, kali ini datang membawa tiga Anak Jin yang berbentuk aneh.
Mayang memberitahu bahwa ketiganya adalah anak-anak hasil dari
hubungan mereka.
Heru benar-benar tidak menyangka bahwa itu adalah
anak-anaknya. Ia tidak percaya jika antara Jin dan manusia bisa menghasilkan
seorang anak.
“Mana mungkin mereka anak-anakku,” ucap Heru merasa tidak
yakin.
Rupanya perkataan Heru tersebut membuat Mayang sakit hati dan
marah.
Sang Ratu Jin itu pun tidak terima.
Malam itu Mayang tidak melakukan hal yang berbahaya bagi Heru,
tapi ia menyimpan kemarahan yang sangat besar.
Sengaja ia tidak menyakiti Heru karena ia menikmati
kebersamaannya bersama ini. Tidak seperti orang lain yang melakukan hubungan
demi sesuatu yang diinginkan bukan atas dasar cinta.
Mayang pun menghilang dari pandangan dan tidak kembali. Ia
tidak menghiraukan Heru yang terus berteriak memanggil sembari meminta maaf.
Merasa sia-sia, Heru terduduk sembari menenangkan pikiran. Ia
tidak tahu harus berbuat apa.
Tentu saja tidak mungkin Jika ia mengasuh anak-anak itu. Pastilah
akan menjadi bahan cemoohan orang, apalagi rupa anak-anak itu tidaklah seperti manusia
wajar.
Akhirnya Heru memutuskan untuk pulang meninggalkan vila.
Ia akan menjauh dari tempat Mayang dan berniat menjernihkan
pikiran di rumah.
Sesampai di parkiran mobil tampak warga dengan memperhatikan Heru.
Meskipun hari menjelang tengah malam, tetapi mereka masih
bergerombol di sana, mungkin juga sedang membicarakan Heru.
Kelihatannya para warga tersebut tahu dengan apa yang Heru
alami. Mereka juga sering melihat jauh dari kejauhan secara sembunyi-sembunyi.
Mereka tahu bahwa Heru sedang diganggu oleh Ratu Jin.
“Jam segini mau ke mana, Mas?” tanya salah seorang warga pada
Heru.
Dengan agak linglung Heru baru menjawab setelah beberapa saat.
****
Setelah mobil melaju, warga yang merasa khawatir berdiskusi
untuk melakukan hal yang terbaik.
Mereka hanya tidak mau bila kejadian yang sama terulang lagi.
Mereka yang melihat keadaan Heru masih baik-baik saja merasa
yakin jika masih ada kesempatan untuk menyelamatkannya.
Di antara mereka juga saling melempar tanda tanya mengapa Heru
masih diberi kesempatan tidak seperti para pemuja lainnya?
Merasa iba, mereka memutuskan untuk memberitahu keluarga
ataupun teman dekat Heru.
Setelah melakukan perundingan para warga itu pun bersepakat
menuju salah seorang untuk menemui kerabat Heru di esok hari.
****
Sementara itu, sepanjang perjalanan pulang, Heru merasa ada
yang mengikuti.
Beberapa kali yang mendengar suara gaduh anak-anak bermain di
jok belakang, tapi tidak tampak siapa pun berada di sana.
Ia yang merasa dari jenggala segera tancap gas. Ia ingin
secepatnya sampai di rumah.
****
Ketika sampai di sebuah tikungan, ia dikejutkan dengan seekor
domba yang melintas.
Sungguh suatu hal yang aneh bila hewan itu muncul di malam
hari dan di tempat yang jauh dari pemukiman.
Seketika itu pula Heru banting setir.
Beruntung mobil tidak ada yang menyimpang. Namun, kecelakaan
tetap tidak bisa dihindari mobilnya terguling masuk dalam parit cukup dalam.
Braak!
Heru hanya bisa berteriak kencang bersamaan dengan suara kaca
pecah.
Prakk!
Setelah itu hanya suara klakson mobil yang terdengar tanpa
henti.
Tinnnn!
****
Di luar ruang rumah sakit.
Pakde Wasis berbincang dengan seseorang yang tidak lain
adalah seorang warga dari vila Heru berada.
BERSAMBUNG KE BAGIAN 3
No comments:
Post a Comment