PASANGAN DUA DUNIA BAGIAN 1
HERU DAN MAYANG
Semenjak si bapak menyusul ibunya menghadap Sang Pencipta, Heru
Yang sebatang kara terpaksa harus hidup bersama Pakde Wasis yang merupakan adik
kandung dari sang ibu.
Namun, itu tidak berlangsung lama. Heru sebagai anak laki-laki bertekad hidup mandiri.
Ia merasa sungkan bila harus berlama-lama bergantung dengan
pamannya.
Hal itu membuatnya berpamitan meninggalkan kampung dengan
tujuan mencari kesuksesan di kota.
Sebagai bekal, ia pun menjual perkebunan peninggalan kedua
orang tuanya. Untuk rumah yang masih berdiri kokoh ia titipkan pada sang paman
agar mau merawat dan menjaga termasuk pula sepetak persawahan.
“Berhati-hatilah kamu jangan sampai terjerumus pada sesuatu
yang buruk,” pesan sang paman.
Bersiap melangkahkan kaki meninggalkan kampung halaman, Heru
tersenyum meski dengan mata berkaca-kaca.
Dia berpesan juga agar Pakde Wasis mau mengurus makam orang
tuanya.
****
Nasib Mujur berpihak
pada Heru.
Sesampai di kota, ia yang memiliki bakat alami dalam hal seni
ikut seorang mandor dalam pengerjaan taman.
Melihat desain sertai ide kreatif Heru, akhirnya ia dijadikan
ketua tim setiap kali ada permintaan pengerjaan taman.
Dari situ nama Heru semakin dikenal. Ia pun mampu mengumpulkan
pundi-pundi kekayaan.
Dengan cepat dan seiring berjalannya waktu ia telah berdiri
sendiri tanpa ikut orang lain.
Namun ada satu hal yang kurang dalam hidup Heru. Mungkin
karena kesibukannya sampai-sampai ia belum mempunyai pasangan hidup.
Beberapa kali pamannya menjodohkan dengan gadis kampung, tapi
entah mengapa selalu terjadi ganjalan yang berakhir kegagalan.
Tidak sedikit pun perempuan kota yang mendekati Heru, tapi
jika sudah bicara tentang masa depan mereka memilih mundur dengan alasan tidak
jelas.
Heru belum juga mendapatkan kekasih di usia yang semakin tua.
Harta yang melimpah ternyata tidak mampu membantunya.
Karena kesedihan yang berkepanjangan membuat Heru sering
termenung dan sering mendatangi tempat-tempat sepi untuk menenangkan diri.
Ia melihat perjalanan hidup yang telah lalu. Baginya sangat
aneh dan sungguh mustahil jika tidak ada perempuan yang layak mencintai dan dicintai.
Hampir semua kesempurnaan dimiliki Heru. Fisik yang termasuk
cukup tampan dan berwibawa, apalagi jika menyangkut harta benda apa pun mampu
dibeli.
Ia terus berpikir di mana letak kekurangannya sehingga para
wanita memilih menolak jika hendak dilamar.
Pernah ia bertanya pada Pakde Wasis tentang masa lalu
keluarga besarnya, tapi menurut Pakde Wasis pendahulunya baik-baik saja, baik
dari garis silsilah sang ayah maupun ibundanya.
Sang Paman pun menyarankan agar ia menemui orang pintar atau seorang
ustaz untuk dijadikan guru spiritual. Tujuannya tentu bukan itu saja, tapi yang
utama adalah demi mendapatkan pasangan hidup yang diidamkan.
Sebenarnya Heru hendak mengikuti saran sang paman. Namun, benturan
waktu membuatnya belum juga mencari seorang guru.
****
Pagi itu Heru hendak melihat lokasi di sebuah vila di sisi puncak
sebuah gunung.
Ia terpaksa pergi sendirian karena orang-orang kepercayaannya
masih sibuk di lokasi yang lain.
Heru tampaknya senang dengan pemandangan yang masih terlihat
asli dan sesuai arahan, ternyata tempatnya jauh sekali.
Ia harus masuk ke pelosok desa hingga mobilnya tidak bisa
menuju titik lokasi.
Ia pun terpaksa berjalan kaki dengan bertanya pada warga
karena hanya itulah satu-satunya cara untuk menemukan lokasi tersebut.
“Hati-hati ya, Mas,” ucap salah seorang warga setelah
menunjukkan lokasi yang dituju.
Heru hanya tersenyum sambil mengucap terima kasih lalu
melanjutkan perjalanannya.
Ia genggam erat-erat arah alokasi yang diberikan.
Setelah menyusuri lahan Marga dan telah masuk jauh ke area
hutan, Heru dikejutkan dengan suara riuh pesta yang terdengar begitu nyaring.
Ia yang merasa penasaran berbelok haluan lalu mendekati suara
riuh yang semakin lama semakin keras hingga tampak dari kejauhan sekumpulan
orang sedang berpesta.
Heru hanya bergumam di dalam hati.
“Bagaimana bisa di tengah hutan seperti ini ada orang yang
sedang mengadakan pesta, apalagi ini jauh dari pemukiman warga, bahkan tidak
ada rumah di sekitar.”
Saat masih diliputi tanda tanya besar ia dikejutkan dengan
teriakan seorang gadis yang tertuju padanya yang terlihat dalam pesta pora
tersebut, melambaikan tangan pertanda memanggilnya.
Sejenak Heru meyakinkan diri kalau memang dirinya yang
dipanggil.
Ia pun celingukan ke kiri dan ke kanan.
Saat yakin tidak ada orang lain, dengan perasaan cukup senang
ia pun mendekat.
Heru langsung disambut rombongan dengan makanan dan minuman.
Ia merasa sedikit gemetar ketika gadis jelita itu duduk di sampingnya.
Mereka pun memulai percakapan dan saling bersenda gurau lanyaknya
orang yang pernah jatuh cinta, apalagi gadis cantik itu ramah senyum padanya.
Heru pun memperkenalkan diri. Namun, gadis itu tidaklah
memberitahu namanya.
Ia meminta pada Heru agar memanggilnya dengan nama yang
menurut Heru adalah nama yang indah.
Heru tidak pernah merasakan sebagai ini sebelumnya rasa cinta
yang pernah dirasakan pada gadis lain sewaktu dulu tidaklah sebesar cintanya
pada gadis jelita itu.
Dalam hitungan detik, cinta itu merajuk begitu dahsyat.
“Bagaimana kalau aku panggil Mayang,” ucap Heru
berbunga-bunga.
Gadis cantik itu menyukai nama yang diberikan Heru tersebut.
Namun, sayang pertemuan mereka tidak bertahan lama.
Setelah semua perlengkapan pesta dibereskan tampak seorang
pria mendekati Mayang lalu berbisik di telinganya.
Entahlah. Heru pun tidak tahu apa yang terjadi, yang jelas Mayang
langsung pamit pada Heru untuk pergi secara rombongan.
“Aku pasti akan kembali untuk menemuimu, Mas. Walaupun hanya
dalam mimpi,” ucap Mayang sebelum benar-benar meninggalkan Heru.
Tampak mereka sangat tergesa-gesa sekali sehingga Heru belum
sempat menanyakan apa pun.
Langkah mereka juga terlalu cepat yang dalam sekejap mata
telah hilang dalam pandangan Heru yang terjebak dalam cinta.
Untuk mengejar ia beranggapan bahwa mereka masih berada di
sekitar sini barangkali, dan mobil mereka berada tidak jauh dari tempatnya berpesta.
Heru pun terus mencari. Namun, mereka bagai lenyap ditelan bumi
rasanya.
Heru menyesal sekali tidak meminta alamat Mayang.
Heru kembali ke area mobil yang ia parkirkan.
Setelah selesai dengan urusannya yang ternyata lokasi vila
tersebut tidaklah jauh dari tempat di mana rombongan Mayang melakukan pesta.
“Bagaimana, Mas? Aman atau ada yang mengganggu,” ucap warga
yang ia minta tanya sebelumnya.
Seakan warga tersebut tahu dengan apa yang ditemui Heru di
hutan, mungkin juga warga sekitar mempunyai kisahnya tersendiri yang belum
diketahui oleh Heru. Lalu laki-laki itu membalas dengan senyuman dan berlalu
pergi menaiki mobilnya.
****
Sesampai di rumah.
Heru langsung membanting badannya di sofa.
Perjalanan yang melelahkan baru sebentar merebahkan badan
ponsel yang digenggamnya berdering.
Kringgg.
Ternyata si pemilik vila yang menelepon.
Ia hendak memastikan keputusan Heru.
Tampaknya Heru masih perlu waktu untuk memutuskan. Ia pun
meminta waktu sehari untuk memikirkan job tersebut.
Beberapa menit saat telepon sudah ditutup, lelah di badannya
membuat Heru benar-benar pulas.
“Pulas sekali ya, tidur sampai lupa menutup pintu utama
rumahnya.” Suara lembut itu membuat Heru bangun.
Dengan gelagapan ia terkejut sekali.
Di depannya ada sosok wanita yang sangat cantik sekali dengan
memakai gaun putih bersih.
Sosok wanita itu tidak lain adalah Mayang.
Heru mengira bahwa ini adalah mimpi semata. Namun, ia tersadar
penuh dan ini bukanlah sebuah mimpi.
Mayang memang berada di hadapannya, tapi bagaimana bisa
terjadi kalau ini bukanlah mimpi begitulah hati Heru diliputi pertanyaan.
“Bagaimana bisa kamu sampai ke rumahku, Mayang?” Pertanyaan
itu dijawab dengan suara lembut Mayang bahwa ia mengikuti Heru dari di hutan
tadi.
Setelah jawaban itu terlontar, Heru benar-benar kaget
sekaligus merinding ketika melihat Mayang melayang.
Gadis cantik itu mengelilingi kamarnya untuk melihat sisi
kamar.
Heru langsung beranggapan bahwa Mayang bukanlah manusia.
Sejenak kemudian Mayang kembali duduk di depan Heru. Seketika
itu ia memberitahu tentang siapa jati dirinya.
Ternyata Mayang adalah ratu dari bangsa Jin di hutan yang
dilalui Heru.
Mayang juga tahu bahwa Heru adalah pemuda yang kesepian.
Mayang pun memberitahukan tentang rasa cinta yang dimilikinya
terhadap Heru.
Mendengar ungkapan itu Heru pun menjadi bimbang.
Jujur saja ia juga sangat mencintai Mayang. Namun, gadis itu bukanlah
manusia.
BERSAMBUNG KE BAGIAN 2
No comments:
Post a Comment