ABU NAWAS HUTANG DAGING
Kebun sayur milik Abu Nawas mengalami gagal panen, akibatnya
ia harus menanggung kerugian yang cukup besar, uang simpanannya juga ikut ludes
untuk menutupi kerugian yang dialaminya.
Untuk makan sehari-hari saja terpaksa ia dan istri harus
makan seadanya.
“Seperti kemarin. Hanya nasi dan sayur singkong,” jawab
istrinya.
Mendengar itu Abu Nawas menghela nafasnya.
“Padahal aku ingin sekali makan daging,” ucap Abu Nawas.
“Mau beli pakai apa? Sedangkan uang kita tinggal sedikit,”
timpal sang istri.
“Baiklah. Aku akan ke pasar sebentar. Barangkali aku bisa
membeli sesuatu,” balas Abu Nawas.
Maka berangkatlah Abu Nawas menuju pasar. Sesampainya di sana
ia menghampiri toko penjual daging.
“Berapa 1 kilonya?” tanya Abu Nawas.
“1000 Dinar,” jawab penjual daging.
“Boleh aku beli sesuai dengan uang yang aku punya?” tanya Abu
Nawas.
“Memangnya kamu punya uang berapa?” tanya penjual daging
balik bertanya.
“Aku hanya bawa 50 Dinar,” jawab Abu Nawas.
“Kalau kamu mau 1 kilo nanti saya kasih,” balas penjual
daging.
“Tapi uangku cuma 50 Dinar,” ujar Abu Nawas.
“Kita ini, ‘kan kawan, Abu Nawas. Nanti kurangnya gampang. Kapan-kapan
saja,” tutur penjual daging.
“Terima kasih, Kawan. Saya janji. Nanti kalau aku punya uang,
saya akan membayar kekurangannya,” timpal Abu Nawas dengan perasaan bahagia.
Abu Nawas pulang ke rumah membawa daging 1 kilo. Sang istri
pun kaget bercampur senang melihat suaminya pulang membawa daging.
“Kamu beli daging satu kilo dapat uang dari mana?” tanya sang
istri.
“Aku tidak membelinya. Penjual daging menghutangiku,” jawab
Abu Nawas.
****
Beberapa hari kemudian.
Abu Nawas kembali pergi ke pasar. Ia melewati toko penjual
daging.
Melihat Abu Nawas lewat di depan tokonya, si penjual daging
ini berteriak, “Hai, Abu Nawas! Kapan kau akan memberikan hakku!”
“Sabar, Kawan. Di lain waktu, ya. Jika Allah melapangkan
rezekiku,” jawab Abu Namwas.
Hari berikutnya.
Abu Nawas kembali ke pasar untuk menemui kawan-kawannya.
Ia sengaja menghindari rute jalan depan toko penjual daging
supaya dirinya tidak ditagih.
Melihat kedatangan Abu Nawas kawan-kawan tongkrongannya
langsung menyambutnya dengan ceria. Semua orang yang ada di tempat tongkrongan
merasa senang dan gembira. Mereka sudah terbiasa mendengarkan Abu Nawas
mendongeng tentang pengalaman dan kisah jenakanya.
Ketika Abu Nawas sedang asyik duduk bersama kawan-kawannya,
tiba-tiba penjual daging lewat dari arah depan dan dia pun melihat Abu Nawas
lalu memberikan sinyal seraya berkata, “Aku ingin hakku.”
Abu Nawas segera berdiri dari tempat duduknya dan bergeser ke
tempat lain agar terhindar dari gangguan penjual daging, namun penjual daging
juga ikut bergeser mengikuti Abu Nawas.
Penjual daging mulai memberikan sinyal lagi kepada Abu Nawas
sambil mengancam akan membongkar hutang dia di depan kawan-kawannya.
Abu Nawas pun mulai berpikir mencari cara agar tidak ada
kesempatan penjual daging mengganggunya.
Akhirnya Abu Nawas memutuskan berpamitan kepada
kawan-kawannya akan pulang ke rumah, namun kawan-kawannya ini menahannya mereka
meminta agar Abu Nawas menyelesaikan cerita jenakanya.
Mau tak mau, Abu Nawas menuruti kemauan kawan-kawannya itu,
tapi yang membuat Abu Nawas kesal penjual daging selalu mengganggunya.
Merasa kesal dengan tingkah laku penjual daging Abu Nawas
mulai membalasnya. Ia pun berkata “Tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali
dengan Allah.”
Kawan-kawannya merasa ada sesuatu yang tidak beres. Lalu
salah seorang dari mereka bertanya, “Kenapa kau, Abu Nawas? Apa yang menjual
daging itu inginkan darimu?”
Abu Nawas selalu berkata kepada kawan-kawannya, “Kalian akan
mengetahuinya sekarang.”
“Hai, kau penjual daging. Aku hutang sama kamu 950 Dinar bukan?”
tanya Abu Nawas.
“Iya betul,” jawab penjual daging.
“Kalau begitu datanglah besok. Aku akan memberimu 900 Dinar,
dan lusa kau datang lagi aku akan memberimu 48 Dinar. Setelah itu berapa sisa
hutanku?” tanya Abu Nawas.
“Tinggal 2 Dinar,” jawab penjual daging.
“Apa kau tidak malu kamu memperlakukanku dengan jelek di
depan kawan-kawanku demi uang 2 Dinar?” tanya Abu Nawas.
Kawan-kawan Abu Nawas pun tertawa terpingkal-pingkal
mendengarnya.
Sementara si penjual daging langsung pergi meninggalkan Abu
Nawas. Niatnya mau mempermalukan Abu Nawas malah dirinya yang ditertawakan.
No comments:
Post a Comment