Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

TEKA-TEKI KEMATIAN WATI PART 2

 TEKA-TEKI KEMATIAN WATI PART 2

Sore harinya.

Menjelang azan asar Nia berpamitan pada Supriyanto dan istrinya yang ternyata Supriyanto bertemu pagi tadi.

Saat Supriyanto bertanya di mana suaminya, Nia menjawab kalau suaminya sedang mengurus kepulangan anaknya dan sore ini sebelum pergi meninggalkan rumah sakit.

 


Sesaat setelah kepergian Nia, dokter yang ditemani seorang perawat memeriksa keadaan sang putri.

“Kondisi putri kalian saat ini sudah sangat baik. Jadi, sudah bisa diajak pulang,” ucap dokter yang kemudian menyuruh Supriyanto mengurus keuangannya untuk penjelasan lebih rinci.

“Terima kasih, Dok,” jawab Susi  dengan gembira.

Setelah menyelesaikan semua biaya administrasi malam itu juga Supriyanto dan Susi meninggalkan rumah sakit.

Hati mereka masih diselimuti rasa penasaran tentang sosok ibu yang selama ini telah membantu mereka.

Siapa sejatinya sosok ibu itu yang seolah-olah Supriyanto mengenal di masa lalu?

****

Sesampainya di rumah.

Mereka sudah disambut oleh Bu Katinem yang tidak lain adalah ibu dari Supriyanto.

Bu Katinem sendiri tidak bisa menemani sang cucu selama di rumah sakit dikarenakan dia harus merawat suaminya yang sedang sakit stroke.

Saat ini Pak Judi ayahnya Supriyanto sudah tidak bisa berjalan lagi. Beliau mengalami kelumpuhan sekitar tiga tahun yang lalu.

Setelah mengucap syukur alhamdulillah, Bu Katinem hendak mengambil alih menggendong sang cucu. Akan tetapi, cucu yang ia digendong malah membalikkan badannya.

Cucunya itu mempererat pelukannya pada Susi tanda kalau tidak mau digendong oleh neneknya itu.

Berulang kali Bu Katinem merayu untuk mengajak sang cucu, tetapi anak itu tetap tidak mau memang Bu Katinem.

Selama ini Bu Katinem hanya beberapa kali saja menggendong cucunya itu, paling hanya sebentar saja karena sang cucu pasti rewel di gendongannya. Ditambah jarak rumah yang cukup jauh dengan putranya sehingga dia jarang berkunjung.

Memang semenjak menikah enam tahun silam Supriyanto lebih memilih hidup terpisah dengan orang tuanya. Dia membeli rumah sendiri yang berbeda kecamatan dari ayah ibunya.

Melihat perilaku anaknya itu Supriyanto teringat lagi dengan sosok ibu yang di rumah sakit. Sosok perempuan sepantar ibunya yang selama seminggu membantu di rumah sakit di mana sang anak langsung lengket dengan ibu tersebut.

Sedangkan dengan Bu Katinem yang adalah neneknya, sang putri seolah enggan untuk disentuh.

Dari semenjak sang putri lahir, anaknya itu pasti menangis saat digendong oleh Bu Katinem, tapi Supriyanto lekas membuang perbandingan itu.

Dia berpikir mungkin dikarenakan mereka berdua jarang bertemu sehingga anaknya tidak nyaman saat bersama Bu Katinem  gendong.

****

Hari berlanjut.

Kebahagiaan keluarga kecil Supriyanto kembali datang karena sang buah hati sudah sembuh, namun sampai detik ini Supriyanto masih diselimuti rasa penasaran.

Pikirannya masih membayang dengan sosok ibu yang dia temui rumah sakit dulu. Seolah lekat dihati Supriyanto.

Ada rasa aneh yang berkecamuk.

Semakin dari Supriyanto merasa semakin gelisah. Sosok wanita paruh baya itu selalu melintas di benaknya walau tidak datang lewat mimpi, namun setiap kali Supriyanto sendirian bayangan wajah itu pasti muncul.

Pada akhirnya Supriyanto memutuskan untuk menemui pakdenya di kota Solo. Beliau adalah Pakde Jamari. Merupakan adik kandung dari ayahnya.

Entah mengapa dia ingin sekali menumpahkan kekesalannya kepada sang pakde. Padahal selama ini hubungannya dengan Pakde Jamari terbilang kurang akrab. Namun, hatinya menunjukkan kalau ke sana lagi.

****

Setelah berpamitan pada sang istri.

Supriyanto pun berangkat ke Solo. Dia ikuti alurnya untuk menemui Pakde Jamari.

“Hati-hati di jalan, Mas,” ucap Susi.

“Berangkatlah, Mas.”

Supriyanto tidak lupa dibawakan oleh-oleh yang sudah dipersiapkan untuk keluarga pakdenya.

****

Sekitar dua jam perjalanan.

Sampailah Supriyanto di rumah Pakde Jamari yang kebetulan hari itu pakdenya tidak berkegiatan sehingga dia disambut dengan hangat.

Supriyanto pun duduk di teras samping itu dengan basa-basi. Supriyanto menumpahkan kerinduan karena sudah cukup lama tidak berjumpa.

Supriyanto melihat sekitar halaman rumah tampak ada beberapa pelataran yang sudah berubah.

Pohon mangga di depannya dulu telah ditebang dan berubah menjadi bagasi mobil terbuka.

“Masuklah ke dalam  untuk istirahat. Aku akan jemput mbokdemu,”  ucap Pakde Jamari.

Supriyanto tetap pada posisinya dan membiarkan Pakde Jamari berlalu dengan bersepeda motor. Beliau akan menjemput sang istri yang berjualan di pasar.

Mbokde Inayah selama ini membantu perekonomian keluarga dengan membuka lapak di pasar. Beliau berjualan sayur mayur. Sudah banyak langganannya, sementara Pakde Jamari dulunya adalah seorang sipir penjara yang sekarang sudah berhenti.

Beliau menghabiskan waktunya dengan berkebun sayuran di mana hasil kebun tersebut dijual sendiri oleh istrinya di pasar.

****

Selepas salat isya.

Supriyanto dan Pakde Jamari duduk di teras dengan ditemani kopi hitam panas.

Beliau menanyakan tentang maksud kedatangan Supriyanto yang mendadak. Namun, sebenarnya Pakde Jamari tahu tentang kegundahan hati yang dirasakan ponakannya. Hal itu terlihat dari raut wajah Supriyanto juga sikapnya.

“Ada apa sebenarnya, Pri?” tanya Pakde Jamari.

Supriyanto menarik nafas panjang. Mulailah dia mengungkapkan kegelisahannya selama ini, kegelisahan yang dirasakan setelah dari rumah sakit dulu. Dia ceritakan semua pada  Pakde Jamari termasuk sosok misterius yang ditemui di rumah sakit. Kenapa anaknya sangat nyaman diperlukan ibu itu yang sangat berbeda dengan Bu Katinem dan hal itulah yang membuat Supriyanto ingin mengetahui siapa sosok perempuan tersebut. Supriyanto bercerita panjang lebar.

“Mungkin sudah saatnya kamu mengetahui semua,” ucap Pakde Jamari kemudian.

Setelah menenggak sedikit kopi mulailah Pakde Jamari bercerita bahwa sebenarnya Bu Katinem bukankah ibu kandung Supriyanto.

“Bu Katinem bukanlah wanita yang melahirkanmu.”

Supriyanto tersentak kaget mendengar perkataan Pakde Jamari.

Kemudian Pakde Jamari menceritakan bahwa ibu kandung Supriyanto bernama Wati.

Ibu Supriyanto adalah seorang bidan dan sudah meninggal. Yang menjadi misteri tidak diketahui penyebab kematiannya, tetapi kuat dugaan Wati dibunuh oleh selingkuhannya yang mana sesaat mayat Wati dibuang ke sungai dan sampai sekarang tidak pernah ditemukan.

Mendengar itu, Supriyanto merasa luka di hatinya. Namun, Pakde Jamari itu tidak memberitahu siapa dalang dibalik pembunuhan tersebut meski Supriyanto mendesak. Akan tetapi, Pakde Jamari menjawab dengan kata lupa. Padahal seharusnya beliau tahu karena pekerjaannya dulu adalah sebagai sipir. Aneh memang.

****

Hari ini pun Supriyanto kembali pulang.

Sepanjang perjalanan hatinya berkecamuk hebat. Dia merasa penasaran tentang siapa pelaku pembunuh ibu kandungnya yang kemudian dia pun memutuskan mendatangi penjara di Semarang.

Supriyanto berniat membuka sejarah kelam tentang ibunya 28 tahun silam.

****

Dari bagian informasi terkuaklah semua, ternyata pelakunya masih mendekam di penjara. Supriyanto membatin kalau hukuman seumur hidup memang pantas bagi seorang pembunuh sekaligus membuang jasad ibunya. Bahkan jasad tersebut tidak ditemukan.

****

Supriyanto sudah duduk berhadapan dengan seorang pria yang usianya diperkirakan tidak jauh beda dengan sang ayah. Namanya Suparno dialah laki-laki kejam yang telah menghabisi ibunya.

Dengan amarah yang ditahan dan memandang tajam pada pria tersebut dengan napas memburu.

Dia ingat dengan tujuan awalnya untuk datang menemui lelaki tersebut, dan ini adalah untuk mencari tahu tentang ibu kandungnya dan hanya lelaki itulah yang tahu persis Di mana tempatnya.

“Kamu adalah anak dari Wati yang dibunuh oleh Jamari,” ucap lelaki itu.

SELESAI

****

Baca cerita yang lebih panjang hanya di Wattpad. Silakan ‘Ikuti’ @Kuswanoto3 untuk mendapat notif bila cerita baru diupdate.

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search