ABU NAWAS TERSESAT DI HUTAN ANGKER
Dikisahkan Baginda Raja baru saja melantik Hakim istana yang
baru. Hakim tersebut terkenal jujur dan juga baik hati. Yang paling disukai
Baginda dari Hakim baru ini ia gemar berburu di hutan seperti dirinya.
“Alhamdulillah, Paduka. Semua pekerjaan masih bisa saya atasi,”
jawab Hakim istana.
“Bagus. Awas jangan main-main dengan jabatanmu. Kalau kamu
sampai ketahuan menerima sogokan, saya bukan hanya akan memecatmu tapi juga
akan memenjarakanmu,” ancam Baginda Raja.
“Jangan khawatir, Paduka. Saya ini bukan tipe orang yang suka
disogok. Malah saya justru membenci perbuatan itu. Saya ini sudah kaya, Paduka.
Buat apa menerima sogokan? Bukankah Paduka, tahu sendiri gajian saya sebagai Hakim
sepenuhnya saya sumbangkan untuk fakir miskin,” ujar Hakim istana.
“Baiklah saya percaya padamu. Oh iya. Saya dengar katanya
kamu gemar berburu di hutan? Bagaimana kalau besok kita berburu bersama-sama,”
ajak Baginda Raja.
“Dengan senang hati, Wahai Paduka Yang Mulia. Saya terima
ajakan Paduka,” balas Hakim istana.
“Baiklah. Besok kita berangkat, tapi saya akan mengajak serta
Abu Nawas,” timpal Baginda Raja.
****
Abu Nawas yang saat itu sedang cekcok dengan istrinya
langsung menerima ajakan Baginda Raja, dengan begitu ia bisa menghindari omelan
sang istri.
Singkat cerita Abu Nawas, Hakim istana, dan Baginda Raja,
pergi meninggalkan istana. Ketiganya memulai perjalanan menuju hutan.
“Abu Nawas, Apa kamu punya saran? Hutan mana yang akan kita
tuju?” tanya Baginda Raja.
“Ada, Paduka. Hutan di seberang lautan. Di sana banyak hewan
kijang, tapi hutan tersebut terkenal angker,” jawab Abu Nawas.
“Sama setan saja masa takut. Ayo kita ke sana,” balas Baginda
Raja.
Ketiganya lalu menuju hutan yang terkenal angker. Saat akan
memasuki hutan tersebut Abu Nawas mulai merasakan aura mistis. “Paduka, apa
Paduka, yakin akan masuk ke dalamnya?” tanya Abu Nawas.
“Tenang saja, Abu Nawas. Saya dan Hakim istana sudah
pengalaman keluar masuk ke dalam hutan,” jawab Baginda Raja.
Tidak berapa lama tampak seekor kijang muncul di hadapan
mereka. Baginda Raja dan Hakim istana langsung mencabut anak panah dan
membidiknya, tapi sayang bidikan mereka meleset sehingga membuat kijang
tersebut berlari ke tengah hutan.
“Ayo! Kita kejar!” teriak Baginda Raja.
Mereka pun mengikuti arah larinya kijang.
Sedang asyik-asyiknya mengejar hewan buruan, tiba-tiba muncul
seekor harimau.
Melihat ada mangsa di depannya harimau itu langsung
mengejarnya. Baginda Raja dan Abu Nawas serta Hakim istana spontan kabur
menghindari kejaran harimau.
Setelah beberapa lama kemudian akhirnya mereka bertiga pun
selamat, namun mereka dihadapkan permasalahan baru, pasalnya mereka tidak tahu
arah. Mereka bertiga tersesat di tengah hutan yang angker.
Baik Baginda Raja, Hakim istana, dan Abu Nawas mereka tidak
tahu harus minta tolong kepada siapa apalagi langit sudah mulai terlihat gelap.
Di tengah situasi yang genting tiba-tiba entah datangnya dari
mana muncul kakek tua misterius yang berpakaian serba putih. “Kenapa kalian
sampai ke tempat ini? Tahukah kalian kalau tempat ini sangat berbahaya,” tanya
Kakek tua tersebut.
“Kami tersesat, Kek. Apakah Kakek, bisa membantu kami?” kata
Baginda Raja.
“Aku bisa membantu kalian, tapi masing-masing dari kalian
hanya dibatasi satu permintaan,” balas Kakek tua.
Kemudian Baginda Raja mengungkapkan keinginannya, “Begini, Kek.
Saya ingin pulang ke istana. Saya ini adalah raja. Saya tidak ingin kehilangan
istana saya,” minta Baginda Raja.
“Baiklah. Keinginanmu saya kabulkan,” jawab Kakek tua.
Seketika Baginda Raja langsung menghilang. Ia kini sudah
berada di istananya. Duduk di singgasana bersama sang permaisuri. “Syukurlah.
Akhirnya aku bisa kembali berada di sini,” ucap Baginda Raja.
Sekarang giliranmu. Apa permintaanmu?” tanya Kakek tua kepada
Hakim istana.
“Saya adalah Hakim istana yang kaya raya. Saya ingin pulang
ke rumah saya yang megah. Saya tak mau kehilangan harta kekayaanku. Saya ingin
secepatnya berkumpul dengan istri dan anak-anakku,” minta hati istana.
“Baiklah. Keinginanmu saya kabulkan,” jawab Kakek tua.
Seketika Hakim istana langsung menghilang. Ia kini berada di
rumah megahnya berkumpul dengan istri dan anak-anaknya.
Kini tinggallah Abu Nawas seorang diri di dalam hutan.
“Sekarang giliranmu. Apa permintaanmu?” tanya Kakek tua
kepada Abu Nawas.
“Saya ini orang miskin, Kek. Rumah saya kecil dan tidak ada
harta yang berharga. Di rumah saya juga sedang cekcok sama istri. Saya tidak
tahan dengan omelannya. Hal inilah yang membuat saya tidak betah di rumah. Jadi
saya meminta supaya Baginda Raja dan Hakim istana dikembalikan ke sini untuk
menemaniku,” minta Abu Nawas.
Seketika permintaan Abu Nawas terkabul.
Baginda Raja dan Hakim istana tiba-tiba kembali berada di
sampingnya.
Hakim istana dan Baginda Raja terkejut dengan kejadian ini.
“Kenapa kami kembali berada di sini?” tanya Baginda Raja dan
Hakim istana.
“Itu atas permintaan kawanmu. Katanya dia sedang tidak betah
di rumah. Dia ingin kalian berdua menemaninya di sini,” jawab Kakek tua.
“Abu Nawas, kamu kurang ajar!” teriak Hakim istana dan
Baginda Raja.
Sementara si Kakek tua misterius itu langsung menghilang dari
hadapan.
No comments:
Post a Comment