KATEMI EPISODE 2
NYI BAYAN
Di sepanjang perjalanan pulang, si pembantu menuturkan
tentang kehebatan Nyi Bayan yang baru saja mereka kunjungi. Seorang dukun yang
sangat tersohor akan kedigdayaannya. Hampir di semua bidang Nyi Bayan kuasai dan
jika Nyi Bayan itu sudah menunjuk Katemi sebagai penerus keilmuannya maka sudah
dapat dipastikan jika Katemi memang dianggap mampu.
“Aku urung siap, Nah. Paling liyo dino,” tutur Katemi saat mendengar
cerita pembantunya.
****
Singkat waktu.
Katemi tetap menjadi istri kesayangan Demang Karto meski
beberapa wanita simpanan bertebaran.
Hadiah berupa gaun
indah maupun perhiasan dari pihak Kompeni yang diberikan untuk Demang Karto
selalu jatuh di tangan Katemi sebelum istri yang lain, tapi ada yang aneh,
semenjak bungkusan kecil berada di bawah ranjangnya, semenjak itu pula Demang
Karto tidak pernah menjamah Katemi.
Meski dirayu seperti apa, tapi Demang Karto tidak menunjukkan
rasa saka seperti sebelumnya. Hal ini tentu membuat Katemi semakin cemas. Dia
merasa Demang Karto sudah tak lagi cinta.
Katemi semakin berprasangka buruk pada suaminya. Dia yakin
kalau sudah ada perempuan lain yang menyingkirkannya. Padahal tanpa
sepengetahuan Katemi, Demang Karto tahu kalau ada sesuatu dikamarnya.
Demang Karto yang punya ilmu cukup tinggi itu paham jika barang tersebut
memiliki kekuatan hitam yang bahkan bisa saja mengancam nyawanya jika sampai
berhubungan badan dengan Katemi.
Katemi yang mempunyai niat baik agar disegerakan punya anak
tidak tahu jika telah dipermainkan Nyi Bayan. Jelas kalau Nyi Bayan mengharap
nyawa suaminya.
Demang Karto sendiri tidak tahu alasan yang membuat nyawanya
terancam.
****
Dua Minggu kemudian.
Secara tiba-tiba Demang Karto menyingkirkan barang tersebut, namun
sebelum dia menginterogasi Katemi, istrinya itu lebih dulu melayat ke rumah pakdenya
yang meninggal dunia.
Demang Karto sendiri tidak ikut melayat dengan alasan ada
yang harus dikerjakan. Dia akan menyelidik tentang siapa sosok yang mengancam
jiwanya lewat satu bungkusan yang disembunyikan Katemi di bawah ranjang
tidurnya.
****
Di rumah mendiang pakdenya.
Katemi duduk di dekat budenya. Mereka mengobrol sambil
menunggu jasad pakdenya selesai dikafani.
Budenya yang sudah insaf di masa tua menceritakan tentang
hari-hari terakhir sang suami yang selalu merindukan Katemi.
Sebagai sosok yang dianggap anak sendiri, budenya tidak mau
mengganggu kehidupan Katemi yang dianggap berbahagia, maka budenya menolak
keinginan sang suami untuk mengabari hingga tanpa diduga terputuslah nyawa
pakdenya hari ini.
Tanpa mereka tahu, di antara para pelayat yang memperhatikan Katemi,
ada Hernowo, pemuda yang ikut dalam rombongan para penari dulu yang selama ini diam-diam
juga menggandrungi Katemi.
Meski tahu sudah berkeluarga dengan Demang Karto, namun
Hernowo yakin kalau pernikahan tersebut hambar.
Hernowo berkeyakinan kalau rasa sakit hati pasti selalu
ditemui oleh Katemi, karena Demang Karto membagi cintanya dengan banyak wanita.
Kali ini adalah kesempatan bagi Hernowo untuk menemui Katemi.
Dia berharap Katemi lepas dari cengkeraman Demang Karto dan menjadi miliknya.
Setelah usai pemakaman, Hernowo pun langsung menemui Katemi.
“Katemi, aku janji bakal membuat hidupmu tenteram,” ucap Hernowo
setelah panjang lebar mencoba melelehkan hati pujaannya, namun dengan tegas Katemi
menjawab bahwa selama ini dia baik-baik saja, dia juga merasa bahagia selama
menjadi istri Demang Karto, jadi tidak mungkin jika dia meminta cerai dan menjadikan
Hernowo menjadi suaminya.
Meski tidak bisa dipungkiri memang Hernowo pernah singgah dihatinya, namun kali
ini Katemi tidak mau jika sampai celaka oleh Demang Karto. Begitu pun saat ini,
Katemi tidak ingin jika hal buruk terjadi pada Hernowo.
“Yo wes to, Mas. Golek wong wedok liyo. Lalekno aku,” kata Katemi
sambil beranjak meninggalkan Hernowo. Kali ini Katemi tidak mau terlibat
berlama-lama dengan pemuda itu, takut jika ada yang melaporkan pada Demang
Karto, tentu akan panjang urusannya.
Setelah pulang usai acara tahlilan pakdenya, malam itu Katemi
menunggu suaminya pulang.
Katemi akan menegaskan tentang perilaku Demang Karto yang beberapa malam ini seakan
jijik untuk menjamahnya.
Beberapa saat kemudian Demang Karto pulang. Tanpa bicara apa pun
dia langsung menarik tangan Katemi hingga masuk ke dalam kamar.
Demang Karto marah dan menanyakan tentang barang yang ditaruh
Katemi. Dia mendesak agar istrinya memberitahu asal bungkusan tersebut.
“Kang, maksudmu iki opo!” Katemi menjawab seolah tidak tahu
tentang barang tersebut.
Demang Karto yang marah karena sudah tidak mampu menemukan pemilik bungkusan itu semakin marah dan
mengancam kalau dia tidak peduli lagi dengan Katemi.
Katemi mulai menitikkan air mata yang pada akhirnya mengaku
dan meminta maaf.
Katemi menjelaskan tentang niat baiknya. Semua dilakukan demi
kelanggengan rumah tangga mereka. Katemi mengaku tidak tahu-menahu jika ada
maksud lain dari Nyi Bayan, meski begitu Katemi belum memberitahu tentang
keberadaan Nyi Bayan.
Demang Karto akhirnya keluar meninggalkan Katemi yang terisak
sendiri di dalam.
Katemi menyesal dengan apa yang telah diperbuat. Sama sekali
dia tidak tahu tentang maksud suaminya yang menuduhnya akan mencelakainya,
padahal Katemi berniat hanya ingin memiliki momongan demi ikatan yang lebih
kuat bersama Demang Karto.
Semalaman Katemi tidak bisa tidur dengan pikiran kalut. Dia
bingung dengan apa yang harus dilakukan. Jika menunjukkan keberadaan Nyi Bayan,
maka sama dengan mengakui keburukan yang tidak diperbuat, yang berarti dari
pandangan Demang Karto, Katemi memang berniat mencelakai suaminya sendiri. Sedangkan
apabila bersikap tidak menunjukkan, maka Demang Karto akan terus menyudutkan,
bahkan bisa saja akan mengusirnya.
Di tengah kegamangan yang dirasakan, Katemi mendengar sebuah
bisikan Nyi Bayan. Katemi seakan dirasuki suara yang memanggilnya untuk datang ke
sesuatu tempat.
Katemi pun memutuskan membawa beberapa pakaiannya untuk pergi
dari rumah. Dia menunggu waktu yang
tepat.
Saat para centeng Demang Karto tertidur dan dirasa aman,
dengan segera dia bergegas keluar rumah, meninggalkan kediamannya selama ini
dihuni. Katemi tidak menyangka jika harus berakhir dalam pelarian.
Langkah kakinya semakin cepat menyusuri gelap malam. Yang ada
di pikirannya adalah tempat yang tadi didengarnya.
Di sanalah dia akan berlindung dan dia yakin Demang Karto
maupun anak buahnya tidak akan bisa menemukan.
Hernowo yang secara tidak sengaja melihat langkah cepat Katemi
berusaha memanggil, namun sayang, Katemi tidak bergeming, seakan tidak
mendengar teriakannya.
Katemi terus melangkah menyusuri jalan setapak. Rasa
penasaran membawa Hernowo mengikutinya dengan cepat.
****
Katemi akhirnya sampai
di tempat yang terus dibisikkan di telinganya.
Sambutan pun dilakukan oleh Nyi Bayan. Ternyata Sarinah,
pembantunya itu sudah berada di sana.
Hernowo yang pada akhirnya mampu mengikuti Katemi sampai di
tempat di mana Katemi masuk ke rumah Nyi Bayan.
Meski setengah takut, akan tetapi tidak ada niat jahat yang
dilakukan hanya ingin tahu masalah yang dihadapi Katemi sehingga pergi dari
rumah di waktu dini hari.
****
“Lungguh. Supoyo kowe ngerti lain paham,” ucap Nyi Bayan.
Di tengah rasa linglung, Katemi bertanya kepada Nyi Bayan tentang
barang apa yang diberikan padanya sehingga Demang Karto merasa terancam
nyawanya dan membuat sangat marah terhadapnya.
Dukung Pakde Noto di Trakteer

No comments:
Post a Comment