Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
Budaya
cerbung
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
Terlarang
thriller

Labels

KATEMI EPISODE 2

 NYI BAYAN



Di sepanjang perjalanan pulang, si pembantu menuturkan tentang kehebatan Nyi Bayan yang baru saja mereka kunjungi. Seorang dukun yang sangat tersohor akan kedigdayaannya. Hampir di semua bidang Nyi Bayan kuasai dan jika Nyi Bayan itu sudah menunjuk Katemi sebagai penerus keilmuannya maka sudah dapat dipastikan jika Katemi memang dianggap mampu.

“Aku urung siap, Nah. Paling liyo dino,” tutur Katemi saat mendengar cerita pembantunya.

****

Singkat waktu.

Katemi tetap menjadi istri kesayangan Demang Karto meski beberapa wanita simpanan bertebaran.

Hadiah  berupa gaun indah maupun perhiasan dari pihak Kompeni yang diberikan untuk Demang Karto selalu jatuh di tangan Katemi sebelum istri yang lain, tapi ada yang aneh, semenjak bungkusan kecil berada di bawah ranjangnya, semenjak itu pula Demang Karto tidak pernah menjamah Katemi.

Meski dirayu seperti apa, tapi Demang Karto tidak menunjukkan rasa saka seperti sebelumnya. Hal ini tentu membuat Katemi semakin cemas. Dia merasa Demang Karto sudah tak lagi cinta.

Katemi semakin berprasangka buruk pada suaminya. Dia yakin kalau sudah ada perempuan lain yang menyingkirkannya. Padahal tanpa sepengetahuan Katemi, Demang Karto tahu kalau ada sesuatu dikamarnya.

Demang Karto yang punya ilmu  cukup tinggi itu paham jika barang tersebut memiliki kekuatan hitam yang bahkan bisa saja mengancam nyawanya jika sampai berhubungan badan dengan Katemi.

Katemi yang mempunyai niat baik agar disegerakan punya anak tidak tahu jika telah dipermainkan Nyi Bayan. Jelas kalau Nyi Bayan mengharap nyawa suaminya.

Demang Karto sendiri tidak tahu alasan yang membuat nyawanya terancam.

****

Dua Minggu kemudian.

Secara tiba-tiba Demang Karto menyingkirkan barang tersebut, namun sebelum dia menginterogasi Katemi, istrinya itu lebih dulu melayat ke rumah pakdenya yang  meninggal dunia.

Demang Karto sendiri tidak ikut melayat dengan alasan ada yang harus dikerjakan. Dia akan menyelidik tentang siapa sosok yang mengancam jiwanya lewat satu bungkusan yang disembunyikan Katemi di bawah ranjang tidurnya.

****

Di rumah mendiang pakdenya.

Katemi duduk di dekat budenya. Mereka mengobrol sambil menunggu jasad pakdenya selesai dikafani.

Budenya yang sudah insaf di masa tua menceritakan tentang hari-hari terakhir sang suami yang selalu merindukan Katemi.

Sebagai sosok yang dianggap anak sendiri, budenya tidak mau mengganggu kehidupan Katemi yang dianggap berbahagia, maka budenya menolak keinginan sang suami untuk mengabari hingga tanpa diduga terputuslah nyawa pakdenya hari ini.

Tanpa mereka tahu, di antara para pelayat yang memperhatikan Katemi, ada Hernowo, pemuda yang ikut dalam rombongan para penari dulu yang selama ini diam-diam juga menggandrungi Katemi.

Meski tahu sudah berkeluarga dengan Demang Karto, namun Hernowo yakin kalau pernikahan tersebut hambar.

Hernowo berkeyakinan kalau rasa sakit hati pasti selalu ditemui oleh Katemi, karena Demang Karto membagi cintanya dengan banyak wanita.

Kali ini adalah kesempatan bagi Hernowo untuk menemui Katemi. Dia berharap Katemi lepas dari cengkeraman Demang Karto dan menjadi miliknya.

Setelah usai pemakaman, Hernowo pun langsung menemui Katemi.

“Katemi, aku janji bakal membuat hidupmu tenteram,” ucap Hernowo setelah panjang lebar mencoba melelehkan hati pujaannya, namun dengan tegas Katemi menjawab bahwa selama ini dia baik-baik saja, dia juga merasa bahagia selama menjadi istri Demang Karto, jadi tidak mungkin jika dia meminta cerai dan menjadikan Hernowo menjadi suaminya.

Meski tidak bisa dipungkiri memang  Hernowo pernah singgah dihatinya, namun kali ini Katemi tidak mau jika sampai celaka oleh Demang Karto. Begitu pun saat ini, Katemi tidak ingin jika hal buruk terjadi pada Hernowo.

“Yo wes to, Mas. Golek wong wedok liyo. Lalekno aku,” kata Katemi sambil beranjak meninggalkan Hernowo. Kali ini Katemi tidak mau terlibat berlama-lama dengan pemuda itu, takut jika ada yang melaporkan pada Demang Karto, tentu akan panjang urusannya.

Setelah pulang usai acara tahlilan pakdenya, malam itu Katemi menunggu suaminya pulang.

Katemi akan menegaskan tentang perilaku  Demang Karto yang beberapa malam ini seakan jijik untuk menjamahnya.

Beberapa saat kemudian Demang Karto pulang. Tanpa bicara apa pun dia langsung menarik tangan Katemi hingga masuk ke dalam kamar.

Demang Karto marah dan menanyakan tentang barang yang ditaruh Katemi. Dia mendesak agar istrinya memberitahu asal bungkusan tersebut.

“Kang, maksudmu iki opo!” Katemi menjawab seolah tidak tahu tentang barang tersebut.

Demang Karto yang marah karena sudah tidak mampu menemukan  pemilik bungkusan itu semakin marah dan mengancam kalau dia tidak peduli lagi dengan Katemi.

Katemi mulai menitikkan air mata yang pada akhirnya mengaku dan meminta maaf.

Katemi menjelaskan tentang niat baiknya. Semua dilakukan demi kelanggengan rumah tangga mereka. Katemi mengaku tidak tahu-menahu jika ada maksud lain dari Nyi Bayan, meski begitu Katemi belum memberitahu tentang keberadaan Nyi Bayan.

Demang Karto akhirnya keluar meninggalkan Katemi yang terisak sendiri di dalam.

Katemi menyesal dengan apa yang telah diperbuat. Sama sekali dia tidak tahu tentang maksud suaminya yang menuduhnya akan mencelakainya, padahal Katemi berniat hanya ingin memiliki momongan demi ikatan yang lebih kuat bersama Demang Karto.

Semalaman Katemi tidak bisa tidur dengan pikiran kalut. Dia bingung dengan apa yang harus dilakukan. Jika menunjukkan keberadaan Nyi Bayan, maka sama dengan mengakui keburukan yang tidak diperbuat, yang berarti dari pandangan Demang Karto, Katemi memang berniat mencelakai suaminya sendiri. Sedangkan apabila bersikap tidak menunjukkan, maka Demang Karto akan terus menyudutkan, bahkan bisa saja akan mengusirnya.

Di tengah kegamangan yang dirasakan, Katemi mendengar sebuah bisikan Nyi Bayan. Katemi seakan dirasuki suara yang memanggilnya untuk datang ke sesuatu tempat.

Katemi pun memutuskan membawa beberapa pakaiannya untuk pergi dari rumah.  Dia menunggu waktu yang tepat.

Saat para centeng Demang Karto tertidur dan dirasa aman, dengan segera dia bergegas keluar rumah, meninggalkan kediamannya selama ini dihuni. Katemi tidak menyangka jika harus berakhir dalam pelarian.

Langkah kakinya semakin cepat menyusuri gelap malam. Yang ada di pikirannya adalah tempat yang tadi didengarnya.

Di sanalah dia akan berlindung dan dia yakin Demang Karto maupun anak buahnya tidak akan bisa menemukan.

Hernowo yang secara tidak sengaja melihat langkah cepat Katemi berusaha memanggil, namun sayang, Katemi tidak bergeming, seakan tidak mendengar teriakannya.

Katemi terus melangkah menyusuri jalan setapak. Rasa penasaran membawa Hernowo mengikutinya dengan cepat.

****

Katemi akhirnya sampai di tempat yang terus dibisikkan di telinganya.

Sambutan pun dilakukan oleh Nyi Bayan. Ternyata Sarinah, pembantunya itu sudah berada di sana.

Hernowo yang pada akhirnya mampu mengikuti Katemi sampai di tempat di mana Katemi masuk ke rumah Nyi Bayan.

Meski setengah takut, akan tetapi tidak ada niat jahat yang dilakukan hanya ingin tahu masalah yang dihadapi Katemi sehingga pergi dari rumah di waktu dini hari.

****

“Lungguh. Supoyo kowe ngerti lain paham,” ucap Nyi Bayan.

Di tengah rasa linglung, Katemi bertanya kepada Nyi Bayan tentang barang apa yang diberikan padanya sehingga Demang Karto merasa terancam nyawanya dan membuat sangat marah terhadapnya.

BERSAMBUNG KE EPISODE 3

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search