Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

KATEMI

 SANG PENARI



Gemuruh suara ombak terdengar menjelang fajar.

Sebuah kapal dengan beberapa penumpang wanita baru saja tiba di pesisir. Dengan hati-hati para algojo mengawal mereka turun dari geladak.

“Bagaimana?” tanya salah seorang pria berjanggut tebal begitu melihat anak buahnya datang bersama bawaan.

Sementara yang ditanya hanya menggelengkan kepala saja. Rupanya mereka tidak mampu mengejar dan menangkap salah satu wanita yang berhasil kabur.

“Oh. Ya, sudahlah. Kita cari mereka nanti. Kalau hari sudah terang, kita sisir  kampung sekitar.”

Kemudian semua kembali pada posisi masing-masing. Itulah yang dikerjakan oleh Jenggot dan kawannya. Mereka membawa gadis-gadis untuk dijual pada para Kompeni.

Selain dijadikan pemuas nafsu ada juga yang dijadikan pembantu maupun penari penghibur dan di pagi itu mereka memindahkan beberapa wanita untuk para petinggi Kompeni, yang mana mereka dipindah dari Rembang ke kawasan Kalimantan, tepatnya di kota Pontianak. Para serdadu Kompeni di sini lebih suka gadis-gadis asal Jawa.

****

Sementara itu di sepanjang belantara sekitar pesisir, seorang perempuan dengan bergaun putih terus berlari dari kejaran para antek Demang Karto.

Tanpa peduli nafasnya yang makin terengah-engah. Perempuan itu masih memakai kemban jarit yang berisi pakaian, ditenteng di tangan kanan dengan kuat.

Sejenak dia menoleh ke belakang sambil menahan rasa sakit. Dia sembunyi di semak-semak dengan mengamati kondisi di sekitar.

Ada raut wajah khawatir membaur dengan rasa takut luar biasa, dia takut jika para antek Demang Karto mampu mengejarnya.

“Maturnuwun, Gusti,” ucapnya saat tahu tidak ada seorang pun membayangi.

Perempuan itu duduk beristirahat. Dielus perutnya dengan perlahan-lahan.

Dia adalah Katemi salah satu wanita yang kabur menghindari kejaran para antek-antek Demang Karto.

Dengan nafasnya masih memburu, Katemi  mulai menitikkan air mata. Dia mengenang sepanjang jalan hidupnya yang berliku.

****

Dikisahkan.

Katemi terlahir dari keluarga miskin di pesisir pantai. Orang tuanya meninggal dalam sebuah pertempuran. Dia diasuh oleh pakdenya.

Sejak itu pula dia mengenal dan mulai menekuni seni tari secara diam-diam, maklumlah budenya merupakan seorang penari keliling.

Untuk mencari nafkah yang di masa itu, sosok penari dibaratkan sebagai pelacur, karena mereka harus mau dicolek dan harus mau menemani para Kompeni. Pekerjaan itu bahkan banyak yang berakhir di atas ranjang.

Apa mau dikata, pakdenya yang tidak mampu bekerja di zaman yang serba susah harus merelakan sang istri melakukan pekerjaan tersebut.

Sering kali pakdenya menasihati agar tak lagi menjadi penari, tapi selalu terpojok dengan amarah sang istri hingga pekerjaan sebagai seorang penari terus berlanjut

Meski begitu, Katemi yang tumbuh remaja selalu mengagumi akan keluwesan para penari tersebut, termasuk budenya. Dia pun selalu bermimpi akan menjadi ratu penari di suatu hari nanti.

Seiring berjalannya waktu Katemi sering ikut budenya dalam menemani pentas. Dia tidak menggubris larang pakdenya agar menjauh dari pekerjaan tersebut. Ia bahkan menonton setiap kali ada pertunjukan, dan memilih tidak mematuhi ucapan pakdenya.

Katemi pun mulai menapaki jejak budenya. Meski masih jarang-jarang, namun dia mulai menunjukkan daya tariknya dalam menari.

Hingga di suatu malam, saat dia ikut dalam pertunjukkan, wajahnya yang polos mampu menarik hati seorang Demang. Mereka berdua saling bertatap. Mata genit antek Belanda itu ternyata mampu meluluhkan hati Katemi.

Tidak memandang usia, Katemi pun menaruh perasaan cinta pada Demang Karto.

Hal itu yang diketahui warga dan anak buah Demang Karto membuat para penduduk juga pasukan Kompeni menjauhi area di mana Katemi menari.

Mereka tidak ingin berurusan dengan Demang Karto yang dianggap memiliki kedigdayaan tinggi dan punya centeng yang cukup banyak, termasuk dukungan para Kompeni Belanda.

Suatu hari Demang Karto berhasil menemukan rumah budenya Katemi, dan meminta Katemi untuk dijadikan istrinya.

Akan tetapi pakdenya yang mulai sakit-sakitan menolak. Beliau merasa eman jika keponakannya yang terbilang cukup cantik itu harus jatuh di pelukan buaya sekelas Demang Karto.

Demang Karto sendiri usianya jauh lebih tua, istrinya juga di mana-mana, baik yang dinikahi secara resmi, siri, maupun sebagai simpanan.

Pakdenya sudah bisa menebak jika Katemi tidak akan merasa bahagia.

Sementara budenya berbeda pendapat. Dia mendukung keputusan Katemi untuk mau dijadikan istri Demang Karto, karena jika menjadi istri Demang tentu derajat mereka naik di mata warga, kebutuhan hidup juga pasti akan tercukupi.

Perdebatan antara suami-istri yang mengasuh Katemi dan keputusan itu lahir dari hati Katemi.

Dia berkata, “Nyuwun sewu. Ngapunten, Pakde. Kulo tetep milih Demang Karto dadi bojo kulo,” ucapan Katemi membuat budenya tersenyum.

Jelas kalau cinta adalah tentang perasaan, tidak memandang usia, termasuk sikap pakdenya tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Pakdenya hanya berdoa agar keputusan yang diambil keponakannya adalah sesuatu yang terbaik meskipun bukan itu harapannya.

****

Terjadilah pernikahan tersebut.

Katemi dijadikan istri sah kelima oleh Demang Karto, namun tidak tinggal serumah. Hanya dua orang istri Demang Karto saja yakni Marni dan Katemi. Sedangkan yang lain sudah di rumah masing-masing untuk ditinggali.

Kedua istri muda Demang itu pun Harus bersaing menjadi yang terbaik.

 Katemi sendiri diharuskan berhenti sebagai penari sejak saat itu juga.

Hari berlanjut. Setiap tamu Demang Karto yang datang kebanyakan memuji kecantikan Katemi yang semakin beranjak dewasa.

Katemi semakin menebar pesona yang membuat siapa pun yang memandang akan tertarik, namun sayang hingga beberapa tahun menjalin rumah tangga dia belum bisa memberikan keturunan.

Berbeda dengan istri-istri yang lain yang telah memberinya momongan. Dari hal itu membuatnya waswas jika sikap Demang Karto akan berubah.

Kalau soal wanita lain, sudah dapat dipastikan jika Demang Karto pasti mempunyai simpanan, namun selama ini Katemi tetap menjadi yang dimanja oleh Demang Karto.

Karena pikirannya selalu dipenuhi rasa khawatir, Katemi bersama salah satu pembantunya datang pada seorang dukun  atas saran dari pembantunya itu Katemi minta ramuan agar secepatnya memiliki keturunan.

****

Setelah sampai di rumah dukun.

“Simpenen neng ngisor kasur anggunmu turu, yo. Ojo ngasi bojomu nemokne bungkusan iki,” pesan sang dukun yang kerap dipanggil Nyi Bayan sambil tersenyum.

Sebelum beranjak pulang obrolan terjadi di antara mereka. Nyi Bayan yang tanpa sudah sepuh itu menawarkan keilmuannya dimiliki pada Katemi. Kalau Katemi bersedia, Nyi Bayan akan mewariskan seluruh keilmuan.

Menurut Nyi Bayan, Katemi bakalan mampu menguasai semua ilmu yang dikuasai.

Katemi yang merasa belum siap atau memang tidak berminat dengan halus menolak keinginan Nyi Bayan.

“Yo wes. Reneo kapan wae nek pikiranmu rubah, Nduk,” ucap Nyi Bayan.

Saat Katemi berpamitan, Katemi sendiri tidak berjanji, tapi dia akan memikirkan tawaran tersebut.

BERSAMBUNG KE EPISODE 2

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search