ABU NAWAS UPAH KANTONG KOSONG
Seperti biasa, setiap pagi Abu Nawas pergi ke hutan untuk
mencari kayu bakar. Kali ini Abu Nawas mendapatkan kayu lebih banyak dari
biasanya. Ia pun tak lupa memanjatkan syukur kepada Allah. “Kayu bakar yang
banyak ini akan menghasilkan uang yang melimpah,” pikir Abu Nawas, tapi saat
dia hendak memanggul kayu tersebut, Abu Nawas tak mampu melakukannya.
Kemudian lewat dua orang kawan Abu Nawas “Hai, Abu Nawas.
Kamu tidak akan mampu memikulnya sendirian!” kata kawannya.
“Iya saya tahu. Kebetulan sekali kalian datang. Mau kalian
membantuku meletakkan kayu ini di punggungku?” pinta Abu Nawas.
“Maaf, Abu Nawas. Kami juga ada kepentingan mendesak. Kami
tak bisa membantumu. Semoga Allah menolongmu, Abu Nawas,” jawab mereka berdua
dan pergi meninggalkan Abu Nawas.
“Bilang saja tidak mau bantu tidak usah banyak alasan,”
gerutu Abu Nawas dalam hati.
Dengan sekuat tenaga Abu Nawas mengangkut kayu itu seorang
diri, namun kejadian naas dialaminya, ia terpeleset dan jatuh kayu-kayu yang
dibawanya pun jatuh berserakan di mana-mana.
Abu Nawas melirik ke arah sekitarnya, akan tetapi tidak ada
seorang pun di situ untuk dimintai bantuan.
Tiba-tiba lewatlah seseorang yang berperawakan tinggi dan
besar. “Hai, Kawan! Tunggu dulu. Sudikah atau membantuku mengumpulkan kayu
bakar yang berserakan dan meletakkannya di punggungku?” pinta Abu Nawas.
“Upah apa yang akan kau berikan bila aku membantumu?” tanya
lelaki itu.
“Tidak ada sesuatu apa pun,” jawab Abu Nawas.
“Baiklah,” balas lelaki tersebut dengan tersenyum. Ia lalu
membantu Abu Nawas mengumpulkan kayu yang berserakan dan meletakkannya di
punggung Abu Nawas.
****
Kemudian Abu Nawas melanjutkan perjalanannya menuju pasar.
Dari hasil penjualan kayunya, Abu Nawas mendapatkan uang yang cukup banyak.
Saat dia hendak pulang tiba-tiba ia dihadang lelaki yang
telah menolongnya. Lelaki itu menjulurkan tangannya sambil berkata, “Mana
upahku?”
“Upah? Upah yang mana tanya?” Abu Awas heran.
“Bukan tadi kamu mengatakan akan memberiku upah,” balas
lelaki tersebut.
Maka terjadilah percekcokan di antara mereka berdua. Karena
tidak ada yang mau mengalah lalu mereka sepakat untuk membawa masalah ini ke
hadapan Tuan Hakim.
Singkat cerita sampailah mereka berdua di hadapan Tuan Hakim.
Mereka lalu mengadukan masalahnya Tuan Hakim.
“Abu Nawas sudah berjanji akan memberi saya upah, tapi ketika
saya tagih dia tidak mau memberikannya,” ujar lelaki itu.
“Benar begitu, Abu Nawas?” tanya Tuan Hakim.
“Iya benar, tapi saya menjawabnya tidak ada sesuatu apa pun,
namun dia memaksa saya untuk memberikan upah,” kata Abu Nawas membela diri.
“Apa pun janjimu, kamu
harus memberikannya. Ya Saya kira ini adalah keputusan yang adil untuk kalian
berdua,” tutur Tuan Hakim.
Mendengar keputusan dewan Hakim Abu Nawas terdiam beberapa
saat. Ia pun mulai menangkap maksud dari ucapan dan Tuan Hakim.
“Baiklah Tuan Hakim, saya akan memberikan dia upah sesuai
dengan janji saya,” ucap Abu Nawas.
Abu Nawas lalu mengambil kantong kosong di sakunya dan
memberikannya kepada lelaki tersebut.
Betapa girangnya lelaki itu. Ia segera meraih kantong dari
Abu Nawas dan tangannya merogoh ke dalam kantong itu. Menyadari bahwa itu
adalah kantong kosong lelaki tersebut menjadi marah.
“Apa-apaan ini. Abu Nawas menipu Tuan Hakim. Dia memberikan
kantong kosong!” kata lelaki itu mengadu.
“Apa isi kantong itu?” tanya Tuan Hakim.
“Tidak ada sesuatu apa
pun, Tuan Hakim,” jawab lelaki tersebut.
“Kalau begitu Abu Nawas berarti sudah membayar upahnya.
Bukankah Abu Nawas menjawab kalau upahnya adalah tidak ada sesuatu apa pun,”
jelas Tuan Hakim.
“Dengan ini permasalahan kalian saya anggap selesai. Silakan
kalian berdua pulang ke rumah masing-masing,” ucap Tuan Hakim.
No comments:
Post a Comment