PESUGIHAN NYI RONGGENG
NYAI RONGGENG
Cinta memadukan segalanya, cinta juga melahirkan kasih sayang
yang semakin bertumbuh di setiap waktu, namun terkadang cinta hanya berbuah kenikmatan
semata yang diperoleh dari keagungannya.
Tidak sedikit orang melakukan cinta terlarang yang seharusnya
tidak dilakukan, tapi demi penuh hasrat serta kepentingan duniawi seseorang
akan berbuat menyimpang dari makna cinta yang sesungguhnya apalagi dalam
kehidupan seperti saat ini.
Cinta Nyi Ronggeng
Dia bernama Bakir. Kesuksesan lelaki paruh baya ini berasal dari
memuja atau nyupang.
Selama ini hubungannya dengan sosok makhluk halus didasari
cinta yang tumbuh atas dasar saling membutuhkan.
Sang gaib yang bernama Nyi Ronggeng, memiliki paras yang
cantik jelita. Dia membutuhkan sosok Bakir demi memuaskan hasrat. Sedangkan
Bakir memanfaatkannya demi kehidupan yang bergelimang harta.
Bakir pun jatuh ke pelukan sang gaib dengan iming-iming harta
benda yang dia inginkan.
Persekutuan makhluk dari dua alam berbeda ini berawal ketika
Bakir masih menjadi sopir truk pengangkut kopra.
Suatu ketika Bakir mendapat tugas dari juragannya untuk
mengambil kelapa dari Banjarnegara menuju Sleman.
Di saat hendak pulang, tepatnya di daerah Temanggung, dia
memutuskan istirahat di sebuah warung kopi. Di sinilah Bakir bertemu laki-laki
tua yang bernama Mbah Kelono.
Di tengah perbincangan, Mbah Kelono memberitahukan kalau
warga di daerah tersebut merasa resah dan takut jika malam menjelang. Hal itu
dikarenakan ulah sosok makhluk halus yang berwujud wanita cantik. Sosok
tersebut selalu menghadang laki-laki yang melintas di sekitar jembatan di sisi hutan
jati.
“Menurut kabar yang beredar, sosok gaib itu sangat cantik dan
memesona, namun gemulai tubuhnya sewaktu-waktu bisa berubah menjadi sangat
mengerikan, menjadi sosok dengan bau yang tidak sedap.”
Mbah Kelono melanjutkan. “Jika sosok demit itu menghadang
orang yang melintas, tujuannya adalah merayu dan mengajak berhubungan intim, namun
secara kebetulan warga yang dijumpai adalah orang-orang yang memiliki iman kuat,
sehingga mereka tidak tergoda, meskipun dengan berbagai iming-iming.”
“Mereka menghindar dari permasalahan dengan demit tersebut
karena ingin hidup tenteram dan panjang umur.”
Tampaknya penjelasan yang belum sempurna membuat Bakir masih
bingung. Dia belum memahami maksud ucapan dari laki-laki tua yang baru
dikenalnya itu. Hal tersebut semakin membuat keingintahuan Bakir. Dia merasa penasaran
dengan sosok wanita cantik di jembatan tua itu.
Bakir pun terus mencecar Mbah Kelono dengan pertanyaan serius.
Malam itu menjadi malam cukup panjang ketika Mbah Kelono
mengisahkan tentang asal-usul Nyi Ronggeng.
“Cerita tentang Nyi Ronggeng diawali dengan seorang penari
jaran kepang yang cantik dan elok rupanya.”
“Dia juga menggunakan tutur kata yang sangat lembut.”
“Bukan hanya itu saja, Nyi Ronggeng juga sangat pandai menari
dengan gemulai dan lincah selayak penari yang piawai demi mengikuti gending gamelan
yang dimainkan.”
“Itulah sosoknya Nyi Ronggeng yang mempuNyi nama asli Seroja Purbaningrum.”
“Dia asli berasal dari wilayah Temanggung, namun besar dari
wilayah Jawa Timur.”
“Nyi Ronggeng didatangkan oleh Menir-Menir Belanda untuk
dapat menghibur mereka di barak tempat berkumpulnya para Mandor.”
“Terutama setelah mereka lelah bekerja memanen tembakau karena
kedatangannya Ronggeng, barak dan perkampungan menjadi ramai khususnya para
lelaki yang berlomba-lomba melihat Nyi Ronggeng menari dalam sebuah pesta
perayaan.”
“Nyi Ronggeng dan tim pemain tari kepangnya tersebut menjadi
sangat digemari oleh masyarakat.”
“Namun pada suatu hari Nyi Ronggeng tiba-tiba hilang ketika
melewati jembatan sisi hutan jati.”
“Seluruh pelosok desa sudah mencari keberadaannya, namun
tidak membuahkan hasil.”
“Ketika beberapa minggu menghilang, ada seorang petani yang
kebingungan dengan berlari cemas memanggil para penduduk lainnya. Dia memberi
kesaksian telah mencium bau busuk yang aneh di wilayah tembakau. Tidak seperti
bau busuk hewan biasanya, akan tetapi bau tersebut sangat menyengat.”
“Berbondong-bondong mereka mencari sumber dari aroma busuk
yang dimaksud.”
“Mereka pun menuju lokasi sekitar jembatan sisi hutan dan
mulai menyisir setiap sudutnya.”
“Pada akhirnya ditemukanlah jasadnya Ronggeng yang berada di
balik pohon tembakau dekat aliran sungai.”
“Jasadnya sudah tidak berbentuk. Warga mengenali dari
selendang yang biasa ia kenakan untuk menari.”
“Jasad Ronggeng itu pun dikebumikan di tempat itu juga yang
kemudian menjadi seperti ruang khusus yang disebut dengan petilasan.”
“Setelah kejadian itu banyak kejadian-kejadian mistis yang
terjadi tidak jarang ada yang melihatnya Ronggeng masih menari di setiap ada pertunjukan.”
“Sosoknya terlihat samar di antara penari kuda kepang lainnya.”
“Selain itu banyak sekali penari yang kerasukan makhluk gaib di
mana pada saat kerasukan itu mereka menari sangat elok seperti gaya menarinya
Ronggeng. Hingga semua hal mistis itu berakhir ketika Ramli ditemukan tewas.”
“Siapa Ramli, Mbah?” tanya Bakir.
“Ramli sendiri adalah seorang yang dekat dengan Nyi Ronggeng.
Bahkan mereka akan menggelar pesta pernikahan di desa Nyi Ronggeng.”
“Beberapa bulan setelah kematian wanita penari itu diketahui
kalau Ramli yang telah menghabisi kekasihnya itu.”
“Saksi mata bernama Joko secara tidak sengaja melihat
kejadian tersebut.”
“Joko yang sedang bertugas menjaga kebun juga sempat
mendengar pertengkaran dua insan tersebut yang ternyata sumber masalah adalah tentang
sikapnya Nyi Ronggeng yang berubah.”
“Dia mendapat bayaran lebih karena mau ditiduri oleh siapa pun
yang berani membayar lebih. Dia telah menjual diri.”
“Dan Ramli mengetahui hal itu dari seorang anak Belanda yang
turut mencicipi tubuh mulus Nyi Ronggeng.”
“Pengakuan jujurnya membuat Ramli naik pitam.”
“Cinta tulusnya serasa tidak lagi berharga meskipun Nyi
Ronggeng itu berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi, namun rasa tidak
percaya terlanjur menjalari otak Ramli.”
“Lelaki itu memutus tali cinta lalu segera beranjak, namun
Ronggeng justru tertawa terbahak-bahak dan mengucap sumpah serapah bahwa jika Ramli
tidak jadi menikahinya, maka dia akan menjerat setiap pria untuk dijadikan
pemuas nafsu.”
“Mendengar itu, Ramli langsung mendorongnya Ronggeng hingga
terjatuh dari jembatan.”
“Setelah mengetahui Ronggeng tewas, Ramli segera turun dan
menyeretnya di balik semak.”
“Ramli yang sedang menenangkan diri mendengar langkah cepat
semakin menjauh. Segera dia bangkit dan mengejar suara itu, dan rupa-rupanya
Joko mengetahui apa yang Ramli lakukan di malam itu.”
“Ramli langsung menangkap dan mengancam Joko.”
“Setelah kematian Ramli yang misterius, barulah Joko buka
suara dengan kesaksian yang tidak diragukan.”
“Di Saat itu pula kabar lain tentang sosok Nyi Ronggeng. Dia
hanya ingin memuaskan nafsunya dalam berhubungan dengan para lelaki hidung
belang. Dia tidak mengincar uang, namun ilmu susuk yang dipakai mengharuskannya
melakukan hubungan terlarang. Karena itulah kematiannya dianggap tidak sempurna.
Ada sosok tingkat tinggi yang masih menguasai dirinya, sehingga membuatnya menyatu
dengan iblis, dan seolah masih hidup dan abadi.”
“Seiring berjalannya waktu. Sekitar tahun 70-an tempat yang
disebut sebagai petilasan atau makam Nyi Ronggeng tergerus oleh longsoran tanah.”
“Tempat itu pun sudah tidak ada lagi karena tertimbun, dan
semenjak itu pula sering terjadi keanehan di sekitar lokasi.”
“Penampakan sosok perempuan dengan selendang merah berbaju
selayak penari sering terlihat di jembatan dan area sekitar, termasuk pula di
kawasan hutan.”
“Menurut para pencari kayu bakar, mereka pernah bertemu
dengan sosok wanita cantik. Mereka sering digoda dengan bentuk tubuh disertai
tarian yang gemulai, namun semua pasti lari terbirit-birit karena merasa aneh
dan takut terjadi apa-apa.”
“Namun setelah lebih satu tahun, warga kembali Dihebohkan
dengan kemunculan Nyi Ronggeng.”
Mbah Kelono melanjutkan tuturnya, “Bahwa lelaki yang
mengawininya akan hidup kaya raya bergelimang harta, tapi setelah memiliki
seorang anak, maka harus mempertanggungjawabkan anaknya di alam lain, sehingga sukmanya
harus tinggal di hutan jati untuk mengasuh anak tersebut. Setelah itu Nyi
Ronggeng akan mencari mangsa baru untuk pelampiasan.”
****
Setelah pertemuannya dengan Mbah Kelono di malam itu, Bakir
terus memikirkan sosok Nyi ronggeng.
Bakir yang selama ini hidup dalam kesusahan akhirnya bertekad
bertemu dengan sosok Nyi Ronggeng demi menemukan kebahagiaan yang diidamkan. Dia
pun menyiapkan cara khusus agar tidak memiliki keturunan setelah perkawinannya
nanti.
Bakir menemui dan mengumpulkan informasi dari beberapa orang
yang paham energi negatif hingga dia mendapat wejangan hingga dibekali azimat
oleh Abah Akil dari wilayah Cilacap.
Atas petunjuk dari para sesepuh itu, pada malam Jumat Kliwon
Bakir berangkat menuju jembatan tua hutan jati, namun dia tidak kunjung ditemui.
Setelah melakukan ritual dia pun memutuskan memasuki hutan
yang terkenal angker dan wingit.
Di tengah gelapnya malam, Bakir berjalan menyelinap di antara
rimbun pohon yang berusia ratusan tahun.
Mulutnya terus kumat-kamit membaca mantra, hingga akhirnya
dia menemui sosok bayangan putih beberapa meter di hadapannya.
Sesaat Bakir terkejut. Detak jantungnya berubah sangat cepat
dan bulu-bulunya berdiri, bahkan keringat dingin mulai membasahi jaket hitam
yang dikenakan.
Sesaat kemudian bayangan itu telah berubah menjadi sosok
cantik jelita disusul dengan suara tawa menggema yang sangat menakutkan.
Dengan nyali yang tersisa Bakir menggenggam erat azima, lalu
berseru memanggil sosok tersebut, dia menyatakan niatnya yang sungguh-sungguh
dan siap menanggung risiko di masa mendatang.
Sosok di hadapannya kembali lenyap, namun berseru dengan
suara menggema bahwa Bakir harus kembali tepat bulan purnama dengan membawa 3
butir telur ayam kampung putih mulus, bunga 3 warna, dan air 3 sumber.
Setelah suasana lengan Bakir langsung bergegas pulang.
****
Malam itu pun tiba.
Ketika purnama tepat di atas kepala. Sinar merah menyala
jatuh tepat di depan sesajen itu, kemudian berubah menjadi sosok Nyi Ronggeng
yang sangat cantik dan harum.
Tanpa ada percakapan, pergumulan dua makhluk beda alam pun
terjadi di tempat terbuka.
Tanpa sepengetahuan Bakir di sana, mereka disaksikan oleh
bangsa demit lain yang menjadi saksi atas perkawinan mereka.
Dan setelah malam itu Nyi Ronggeng akan datang kapan pun
untuk minta jatah.
Sedangkan Bakir diperbolehkan minta apa pun yang dia mau, dan
setiap kali terjadi hubungan intim bagi selalu tersenyum lebar karena menemukan
segepok uang di balik bajunya yang berserakan.
Seiring berjalannya waktu Bakir merasa terlindungi dari
musibah berkat kehadiran Nyi Ronggeng, bahkan dia terselamatkan ketika hendak berbisnis
ke Jakarta.
Ketika itu dia sudah membeli tiket kereta api, saat hendak
berangkat dia mendapat bisikan agar membatalkan perjalanannya, beruntung hal itu
dilakukan karena selang beberapa jam tersiar berita kalau kereta tersebut
mendapat musibah di stasiun Pemalang. Di gerbong yang seharusnya dia tumpangi
yang paling banyak korban yakni mencapai 34 orang.
****
Kini Bakir yang telah paruh baya dan menekuni bisnis
ekspedisi telah menikmati semua kenikmatan dunia dari Nyi Ronggeng. Tanpa Nyi
Ronggeng tentu usahanya sudah gulung tikar.
Bagi orang yang tidak mengetahui usahanya pasti dianggap
lancar dan mulus, sehingga selalu menambah armada, padahal semua itu atas
sebuah cintanya dengan Nyi Ronggeng, tapi dia sering merenung karena tidak memiliki
istri dan tidak boleh memiliki anak angkat.
Dia terus dirundung rasa khawatir dan tidak tenang.
Sampai kapan dia akan terus seperti itu, hingga sampai kapan
pula Bakir bisa mempertahankan untuk tidak memiliki anak dari perkawinannya
dengan Nyi Ronggeng.
Karena jika hal itu terjadi maka usailah apa yang ia miliki
termasuk nyawanya.
Pertanyaan demi pertanyaan terus menghantui hari-hari bahagia
hingga saat ini.
No comments:
Post a Comment