Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

KEMUNCULAN NINJA DI MANA TERJADI PEMBANTAIAN DUKUN

Fenomena Ninja yang pernah terjadi di tanah Banyuwangi dan ternyata fenomena ini bukan hanya ada di Banyuwangi.

Ada yang mengatakan jika di wilayah Jawa Barat bahkan di Sumatera sempat juga terjadi fenomena Ninja, namun memang dari banyak sumber diperoleh Ninja awalnya memang pertama kali muncul di Banyuwangi.

Kemunculannya di Banyuwangi sendiri sebenarnya diawali dari rentetan kasus yang masih menjadi misteri. Diawali dari keresahan warga terhadap ahli tenung atau dukun santet, hingga terjadi pembantaian, dan akhirnya muncul sosok Ninja.

Kemunculan Ninja yaitu masa di mana para dukun mengalami pembantaian.

Banyuwangi Kota Santet, sebenarnya julukan ini bukan tanpa sebab, pada Februari tahun 1998 masyarakat Banyuwangi geger dengan masalah ini. Orang yang dipercaya mempunyai ilmu santet jadi sasaran sekelompok orang yang tidak dikenal. Sejumlah orang yang dituding dukun santet langsung dihabisi oleh kelompok ini. Tiap rumah mereka yang disinyalir sebagai tempat tinggal dukun kemudian diberi label tertentu.

Setelah peristiwa itu, Bupati Banyuwangi yaitu Purnomo Sidik membuat rencana lain. Ia menulis dan mendata orang-orang yang masih memiliki kekuatan magis atau dianggap dukun. Setiap orang di pasar, sesepuh desa, hingga di lingkungan mana pun tak luput dari pendataan ini.

Dikutip dari harian Kompas yang terbit tanggal 14 Oktober 1998, Ia menginstruksikan kepada semua camatnya untuk mengirim data tentang orang yang dianggap dukun santet di wilayah itu dengan tujuan untuk menyelamatkan mereka. Jadi justru tujuan awalnya adalah agar para dukun tidak diamuk oleh masa.

Pesan dikirim lewat radiogram itu akhirnya bocor ke sekelompok orang. Awalnya bertujuan untuk menyelamatkan orang yang diduga sebagai dukun, malah menjadikan petaka tahap kedua bagi mereka.

Bocoran informasi ini akhirnya menjadi acuan bagi sekelompok orang untuk membunuh para dukun.

Banyak orang yang menyebut kelompok itu sebagai Gerakan Anti Tenung atau disebut juga dengan Gantung.

Pada tahap pertama terjadi pembantaian yang lebih masif. Pembunuhan dilakukan oleh banyak orang, bahkan mereka  datang dengan naik truk.

Orang yang sebelumnya telah terdaftar dalam radiogram langsung ditangkap dan dibunuh di tempat. Keberadaan gerakan ini juga mendapat dukungan dari masyarakat.

Informasi mengenai lokasi dan tempat tinggal didapat dari masyarakat-masyarakat, seolah-olah percaya bahwa kelompok orang itu merupakan utusan dari pemerintah.

Bicara mengenai pembantaian dukun santet, ada kisah dari saksi mata yang  mengalami kejadian tersebut. Sebut saja namanya Ahmad, dan ini adalah nama samaran.

Ahmad tidak ingat lagi baik bulan, tanggal, maupun harinya. Yang masih ia ingat tahun kejadiannya saja.

Geger dukun santet yang terjadi tahun 1998 silam atau 25 tahun yang lalu, tragedi ini masih ada yang bisa ia ingat. Tahun itu ia masih duduk di kelas 2 SMA.

Hidup di kalangan mayoritas, di tempat tinggalnya ada dua tokoh kiai yang menjadi panutan warga. Kiai di bagian selatan sungai dan satunya lagi di bagian utara sungai.

Beberapa tahun sebelum tragedi Ninja terjadi sang kiai Selatan sudah wafat terlebih dahulu.

Praktis tersisa satu kiai di bagian utara. Ia sendiri beserta keluarganya tinggal di lingkungan selatan sungai, dan di awal kejadian tragedi Ninja banyak korban yang katanya dukun santet dibantai, dibunuh dengan kejam, dan saat itu seolah-olah masyarakat sepakat dengan itu.

Ia sendiri pun pernah menyaksikan bagaimana orang yang dituduh dukun santet dihabisi masa dengan brutal. Ia menyebut kejadian itu lebih dari sebuah kebiadaban. Tepat terjadi saat ia melintas bersepeda motor di jalan raya, persis di depan warung, tampak laki-laki paruh baya terkapar dengan tangan terikat dan diseret sepeda motor.

Tubuh sang korban tak berdaya dan berguling-guling di jalan aspal. Sekejap pemandangan mengerikan itu masuk ke penglihatannya yang membuat otaknya mati beberapa saat. Terlalu vulgar untuk diceritakan dan dikenang.

Kira-kira 500m berlalu, iring-iringan pun akhirnya berhenti di salah satu kuburan desa. Jasad pria itu pun akhirnya diletakkan begitu saja di sana.

Menyaksikan kejadian tersebut, air mata tak sadar menetes. Kaki dan tangan gemetar luar biasa, tak kuasa menahan kengerian yang tak disangka-sangka datangnya.

Waktu terus berlalu, namun teror Ninja tidak juga reda, bahkan semakin merajalela.

Saat itu di sekolah tersiar kabar bahwa bukan hanya dukun santet saja yang dibunuh. Ulama, kiai, dan juga tokoh-tokoh kampung, juga diserang maupun dibinasakan. Penyerangnya disebut sebagai Ninja.

Yang tinggal di lingkungan santri, akhirnya resah dan marah. Yang semula malam hari hanya dalam rumah, kini  berani keluar malam untuk berjaga menjaga.

Ibu dan adik perempuannya di saat saudara laki-lakinya di pos-pos jaga utama, banyak laki-laki yang merepresentasi dengan cerita-cerita teror Ninja yang konon sakti luar biasa.

Ninja ini bisa menempel di dinding, masuk lewat celah sempit, melompat dengan tinggi, bahkan bisa menghilang ketika dikejar-kejar.

Ia mendengar kehebatan Ninja tersebut. Mereka pun mulai mencari ilmu kebal kepada para guru, berharap dengan ilmu kesaktian instan itu mereka mampu melawan kekuatan Ninja termasuk Ahmad sendiri.

Memang sudah tidak rasional lagi karena kondisinya pun sangat kacau membuat logika orang waras dipaksa berlaku surut.

Para pria, baik dewasa maupun remaja, keluar-masuk kamar mandi yang terbuka langsung disambut dengan tebasan pedang oleh seorang laki-laki tua berkopiah, dan ajaibnya hanya bajunya saja yang sobek, sedangkan kulit tetap utuh.

Entah kenapa di dalam sekejap mereka merasa menjadi pria yang gagah siap melindungi dan membela ulama dan kiai panutannya.

Tidak sampai di sini saja, beberapa bahkan diam-diam mencoba mempertebal ilmu dengan menemui guru-guru yang lain, menjalani ritual mandi, berendam di sungai, dan puasa selama 40 hari.

Mengingat hal tersebut Ahmad merasa konyol memang, meski demikian selama teror Ninja tersebut ia tak pernah berhadapan langsung dengan Ninja, bahkan sekedar melihat pun tak pernah.

Tetapi ada juga pengakuan dari teman-teman yang mengaku pernah mengejar dan melihat langsung.

Terlepas dari rasa penasaran ia bersyukur, ia dan keluarganya selamat dari tragedi tersebut, tragedi ini menelan korban dengan catatan beragam versi.

Ada perbedaan jumlah korban antara versi pemerintah dan juga versi Tim Pencari Fakta atau disebut juga dengan TPF.

Versi pemerintah merilis ada 115 korban jiwa yang tersebar di 20 Kecamatan, sedangkan TPF dari NU korban yang meninggal lebih banyak yaitu  147 jiwa.

Pada Desember 2019,  tim kembali membuka investigasi dari kasus ini dengan memberikan pengaduan kepada Komnas HAM, tujuannya agar peristiwa tersebut bisa diurai sedalam-dalamnya bisa dibagikan ke pengadilan dan keluarga korban yang tertuduh sebagai dukun santet, bisa dibersihkan nama baiknya, namun hal ini terkendala dari keluarga korban yang sudah tidak mau lagi jika kasus ini dibuka.

Keluarga korban  meminta atas kejadian tersebut dan tidak menginginkan aktor dari peristiwa tersebut diadili.

 


PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search