PELARIAN KI JAMBRONG 2
PEMBERSIHAN ANTEK-ANTEK PKI
Keesokan harinya.
Saripin dan Tomo terbangun. Bapaknya sudah tidak ada di gubuk.
Buru-buru Saripin dan Tomo keluar dari dalam gubuk. Ternyata Ki
Jambrong ada di halaman gubuk, lelaki itu sedang membakar 2 ekor kelinci. Tadi
pagi-pagi sekali Ki Jambrong sempat berburu kelinci
“Aku pikir Bapak, sudah pergi,” ucap Tomo.
“Bapak tidak akan meninggalkan kalian berdua. Kalian harus
selamat,” ucap Ki Jambrong.
“Kenapa mereka mengincar kita, Pak?” tanya Tomo.
“Ada masalah besar di kota yang melibatkan PKI. Kita tunggu
sampai situasi aman, baru kita pulang ke desa,” jawab Ki Jambrong.
“Sampai kapan, Pak.” Tomo kembali bertanya.
“Bapak tidak tahu. Yang penting kita aman di sini,” ujar Ki
Jambrong.
“Lalu bagaimana dengan ibu?” kini Saripin yang bertanya.
“Ibumu pasti aman,” jawab Ki Jambrong.
“Kenapa kita tidak rumah kakek saja?” Tomo bertanya balik.
“Bapak dan Kalian berdua sudah sangat lekat dengan PKI, kalau
kita tertangkap pasti kita akan dibunuh!” ucap Ki Jambrong. Ia membalikkan
kelinci yang sedang dipanggang agar matangnya merata.
Tak lama kemudian Ki Jambrong mendengar sebuah suara gemeresik
di semak-semak, itu suara langkah kaki manusia.
“Masuk ke gubuk!” kata Ki Jambrong pada kedua anaknya.
Buru-buru mereka masuk ke dalam gubuk. Sementara Ki Jambrong
bersembunyi di balik batang pohon besar.
Ki Jambrong mengintip dari balik pohon itu.
Tampaklah seorang lelaki kurus berkulit hitam sedang membawa seekor
kerbau. Ternyata dia adalah penggembala kerbau, namanya adalah Mbah Maryono. Dia
tinggal dikampung kecil yang tak jauh dari hutan tersebut.
Memang setiap hari Mbah Maryono pergi ke hutan untuk
menggembalakan kerbau karena rumput di hutan itu masih sangat banyak.
Perlahan Ki Jambrong menampakkan dirinya. Dia tersenyum ramah
pada penggembala kerbau, untungnya Mbah Maryono ini sangat baik. Dia menanyakan
banyak hal pada Ki Jambrong, namun Ki Jambrong tidak mau memberitahu alasan kenapa
dia sembunyi di dalam hutan. Ki Jambrong hanya bilang, kalau dia sedang menenangkan
diri di dalam hutan tersebut.
Beberapa saat kemudian Mbah Maryono pun pulang. Dia sempat
mengajak Ki Jambrong untuk berkunjung ke kampung, tapi tentu saja Ki Jambrong
menolaknya, dia takut ada razia PKI.
“Aku di sini saja. Aku sedang ingin menenangkan hati di
tengah hutan,” ucap Ki Jambrong.
“Baiklah kalau begitu. Jaga dirimu baik-baik,” kata Mbah
Maryono. Ia pun pergi meninggalkan Ki Jambrong sambil menarik tali kerbaunya.
****
Selama tiga hari.
Ki Jambrong dan kedua anaknya bertahan di hutan itu. Mereka
makan daging kelinci dan minum dari sumur kecil yang ada di hutan.
Di hari keempat, Ki Jambrong
menyuruh Tomo untuk naik ke atas pohon manggis. Kebetulan pohon itu
sedang berbuah lebat dan jaraknya tak jauh dari gubuk.
Dedaunan pohon itu sangat lebat sehingga tubuh Tomo tidak
terlihat dari bawah. Sementara itu Ki
Jambrong dan Saripin sedang sibuk memanggang kelinci, dan beberapa saat
kemudian terdengarlah suara rombongan langkah kaki yang mendekat, itu adalah
komplotan petugas yang sedang memburu Ki Jambrong.
Kali ini Ki Jambrong tidak bisa kabur. Dia dan anak bungsunya
ditangkap, kedua tangan mereka diikat.
“Berlutut!”
Ki Jambrong dan Saripin berlutut di hadapan petugas yang
memegang senjata laras panjang.
Sementara itu Tomo masih ada di atas pohon manggis, dia tak
bisa berkutik saat menyaksikan penangkapan ayah dan adiknya itu dari atas pohon
manggis.
Untung saja para petugas tidak menyadari keberadaan Tomo
“Di mana anakmu satu lagi!” tanya salah satu petugas.
“Dia sudah pergi ke Jawa Timur,” ucap Ki Jambrong. Tentu saja
dia bohong. Ki Jambrong tidak mau anak pertamanya itu tertangkap juga.
“Kalian boleh menghabisiku, tapi jangan anakku!” ucap Ki
Jambrong.
“Tenang saja. Anakmu pasti selamat,” ucap salah satu petugas.
“Kami masih menghargaimu karena kau adalah salah satu orang
yang berpengaruh di kalangan masyarakat dan sekarang kami akan menuruti
permintaan terakhirmu!” ucap petugas.
“Aku ingin anakku selamat, lalu tolong kafani jasadku dan
tancapkan batu nisan di atas kuburanku. Kain kafannya ada di dalam gubuk. Aku
sudah menyediakannya dari jauh-jauh hari,” ucap Ki Jambrong.
“Baik! Permintaanmu akan kami kabulkan!” ucap petugas.
Sebelum Ki Jambrong dieksekusi, ia mengunyah kemenyan yang ukurannya
sebesar biji kelereng, kemudian petugas menghabisinya menggunakan senjata laras
panjang.
Dor!
Dor!
Dor!
Ki Jambrong pun terkapar bersimbah darah.
Saripin berteriak histeris saat melihat bapaknya tewas.
“Bapak!”
“Bapakkkk!”
****
Jasad Ki Jambrong dikafani, sementara itu beberapa orang
petugas lainnya menggali liang lahat. Dengan cepat mereka menguburkan jasad Ki
Jambrong. Anak bungsu Ki Jambrong dibawa oleh komplotan petugas.
Entah ke mana mereka akan membawa Saripin, yang jelas Saripin
tak pernah ditemukan lagi. Saripin menghilang seperti ditelan alam.
****
Tomo yang masih bertengger di atas pohon manggis, dia turun
dari pohon itu setelah situasi aman. Tomo langsung menangis di atas kuburan
bapaknya. Ada batu nisan di atas kuburan itu
Tomo terus menangis, dia juga memanggil-manggil adiknya yang
dibawa oleh para petugas.
Dari balik semak-semak Mbah Maryono mengintip Tomo. Lelaki
tua tersebut tidak membawa kerbau, dia seperti sengaja mendatangi tempat Ki Jambrong.
Kemudian dalam Mbah Maryono pergi begitu saja meninggalkan Tomo.
****
Singkat cerita.
Keesokan harinya Tomo
dijemput oleh para petugas. Entah dari mana mereka tahu keberadaan Tomo. Anak
itu dibawa oleh petugas dan hilang begitu saja kabar beritanya. Entah apa yang
dilakukan aparat kepada anak-anaknya Ki Jambrong, mereka pikir setelah
menghabisi Ki Jambrong semuanya sudah selesai, tapi tentu tidak, Ki Jambrong
ini punya ilmu gaib. Dia sudah bersekutu dengan demit.
Arwah Ki Jambrong tidak tenang.
Beberapa hari setelah kematiannya, kuburan Ki Jambrong
mengeluarkan asap kental berwarna putih. Asap itu menggumpal halus hingga
perlahan berbentuk pocong, itu adalah pocong Ki Jambrong, makhluk mengerikan
tersebut terbang perlahan mendatangi perkampungan yang dekat dengan hutan. Ia
meneror warga yang ada di kampung itu, termasuk Mbah Maryono karena si penggembala
kerbau itu yang telah melaporkan keberadaan Ki Jambrong di tengah hutan.
Mbah Maryono melihat dengan jelas penampakan pocong Ki
Jambrong, kemudian sehari setelah melihat penampakan itu, Mbah Maryono tewas
karena jatuh dari pohon kelapa.
Setiap orang yang melihat penampakan Ki Jambrong pasti
ketiban sial, lalu tewas secara tidak wajar.
Sudah ada 10 orang yang tewas di kampung tersebut. Kala itu
Kepala Kampung langsung menggelar musyawarah, mereka yakin pasti pocong Ki
Jambrong yang telah meneror kampung mereka.
Para penduduk kampung itu tahu betul kalau Ki Jambrong
dibantai oleh petugas dan dikuburkan di tengah hutan.
Setelah dilakukan musyawarah, mereka pun sepakat untuk
membongkar kuburan Ki Jambrong yang ada di tengah hutan.
Masyarakat berbondong-bondong membongkar kuburan itu,
ternyata jasad Ki Jambrong sudah mulai membusuk.
Mereka membakar jasad itu di tengah hutan, kemudian Ketua
Kampung melemparkan garam pada api yang sedang membakar jasad Ki Jambrong, garam
jampi agar arwah Ki Jambrong tidak lagi gentayangan dan terbukti setelah jasad Ki
Jambrong dibakar tak ada lagi pocong yang meneror kampung mereka.
No comments:
Post a Comment