Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

PELARIAN KI JAMBRONG 2

 PEMBERSIHAN ANTEK-ANTEK PKI



Keesokan harinya.

Saripin dan Tomo terbangun. Bapaknya sudah tidak ada di gubuk.

Buru-buru Saripin dan Tomo keluar dari dalam gubuk. Ternyata Ki Jambrong ada di halaman gubuk, lelaki itu sedang membakar 2 ekor kelinci. Tadi pagi-pagi sekali Ki Jambrong sempat berburu kelinci

“Aku pikir Bapak, sudah pergi,” ucap Tomo.

“Bapak tidak akan meninggalkan kalian berdua. Kalian harus selamat,” ucap Ki Jambrong.

“Kenapa mereka mengincar kita, Pak?” tanya Tomo.

“Ada masalah besar di kota yang melibatkan PKI. Kita tunggu sampai situasi aman, baru kita pulang ke desa,” jawab Ki Jambrong.

“Sampai kapan, Pak.” Tomo kembali bertanya.

“Bapak tidak tahu. Yang penting kita aman di sini,” ujar Ki Jambrong.

“Lalu bagaimana dengan ibu?” kini Saripin yang bertanya.

“Ibumu pasti aman,” jawab Ki Jambrong.

“Kenapa kita tidak rumah kakek saja?”  Tomo bertanya balik.

“Bapak dan Kalian berdua sudah sangat lekat dengan PKI, kalau kita tertangkap pasti kita akan dibunuh!” ucap Ki Jambrong. Ia membalikkan kelinci yang sedang dipanggang agar matangnya merata.

Tak lama kemudian Ki Jambrong mendengar sebuah suara gemeresik di semak-semak, itu suara langkah kaki manusia.

“Masuk ke gubuk!” kata Ki Jambrong pada kedua anaknya.

Buru-buru mereka masuk ke dalam gubuk. Sementara Ki Jambrong bersembunyi di balik batang pohon besar.

Ki Jambrong mengintip dari balik pohon itu.

Tampaklah seorang lelaki kurus berkulit hitam sedang membawa seekor kerbau. Ternyata dia adalah penggembala kerbau, namanya adalah Mbah Maryono. Dia tinggal dikampung kecil yang tak jauh dari hutan tersebut.

Memang setiap hari Mbah Maryono pergi ke hutan untuk menggembalakan kerbau karena rumput di hutan itu masih sangat banyak.

Perlahan Ki Jambrong menampakkan dirinya. Dia tersenyum ramah pada penggembala kerbau, untungnya Mbah Maryono ini sangat baik. Dia menanyakan banyak hal pada Ki Jambrong, namun Ki Jambrong tidak mau memberitahu alasan kenapa dia sembunyi di dalam hutan. Ki Jambrong hanya bilang, kalau dia sedang menenangkan diri di dalam hutan tersebut.

Beberapa saat kemudian Mbah Maryono pun pulang. Dia sempat mengajak Ki Jambrong untuk berkunjung ke kampung, tapi tentu saja Ki Jambrong menolaknya, dia takut ada razia PKI.

“Aku di sini saja. Aku sedang ingin menenangkan hati di tengah hutan,” ucap Ki Jambrong.

“Baiklah kalau begitu. Jaga dirimu baik-baik,” kata Mbah Maryono. Ia pun pergi meninggalkan Ki Jambrong sambil menarik tali kerbaunya.

****

Selama tiga hari.

Ki Jambrong dan kedua anaknya bertahan di hutan itu. Mereka makan daging kelinci dan minum dari sumur kecil yang ada di hutan.

Di hari keempat, Ki Jambrong  menyuruh Tomo untuk naik ke atas pohon manggis. Kebetulan pohon itu sedang berbuah lebat dan jaraknya tak jauh dari gubuk.

Dedaunan pohon itu sangat lebat sehingga tubuh Tomo tidak terlihat dari bawah.  Sementara itu Ki Jambrong dan Saripin sedang sibuk memanggang kelinci, dan beberapa saat kemudian terdengarlah suara rombongan langkah kaki yang mendekat, itu adalah komplotan petugas yang sedang memburu Ki Jambrong.

Kali ini Ki Jambrong tidak bisa kabur. Dia dan anak bungsunya ditangkap, kedua tangan mereka diikat.

“Berlutut!”

Ki Jambrong dan Saripin berlutut di hadapan petugas yang memegang senjata laras panjang.

Sementara itu Tomo masih ada di atas pohon manggis, dia tak bisa berkutik saat menyaksikan penangkapan ayah dan adiknya itu dari atas pohon manggis.

Untung saja para petugas tidak menyadari keberadaan Tomo

“Di mana anakmu satu lagi!” tanya salah satu petugas.

“Dia sudah pergi ke Jawa Timur,” ucap Ki Jambrong. Tentu saja dia bohong. Ki Jambrong tidak mau anak pertamanya itu tertangkap juga.

“Kalian boleh menghabisiku, tapi jangan anakku!” ucap Ki Jambrong.

“Tenang saja. Anakmu pasti selamat,” ucap salah satu petugas.

“Kami masih menghargaimu karena kau adalah salah satu orang yang berpengaruh di kalangan masyarakat dan sekarang kami akan menuruti permintaan terakhirmu!” ucap petugas.

“Aku ingin anakku selamat, lalu tolong kafani jasadku dan tancapkan batu nisan di atas kuburanku. Kain kafannya ada di dalam gubuk. Aku sudah menyediakannya dari jauh-jauh hari,” ucap Ki Jambrong.

“Baik! Permintaanmu akan kami kabulkan!” ucap petugas.

Sebelum Ki Jambrong dieksekusi, ia mengunyah kemenyan yang ukurannya sebesar biji kelereng, kemudian petugas menghabisinya menggunakan senjata laras panjang.

Dor!

Dor!

Dor!

Ki Jambrong pun terkapar bersimbah darah.

Saripin berteriak histeris saat melihat bapaknya tewas.

“Bapak!”

“Bapakkkk!”

****

Jasad Ki Jambrong dikafani, sementara itu beberapa orang petugas lainnya menggali liang lahat. Dengan cepat mereka menguburkan jasad Ki Jambrong. Anak bungsu Ki Jambrong dibawa oleh komplotan petugas.  

Entah ke mana mereka akan membawa Saripin, yang jelas Saripin tak pernah ditemukan lagi. Saripin menghilang seperti ditelan alam.

****

Tomo yang masih bertengger di atas pohon manggis, dia turun dari pohon itu setelah situasi aman. Tomo langsung menangis di atas kuburan bapaknya. Ada batu nisan di atas kuburan itu

Tomo terus menangis, dia juga memanggil-manggil adiknya yang dibawa oleh para petugas.

Dari balik semak-semak Mbah Maryono mengintip Tomo. Lelaki tua tersebut tidak membawa kerbau, dia seperti sengaja mendatangi tempat Ki Jambrong. Kemudian dalam Mbah Maryono pergi begitu saja meninggalkan Tomo.

****

Singkat cerita.

 Keesokan harinya Tomo dijemput oleh para petugas. Entah dari mana mereka tahu keberadaan Tomo. Anak itu dibawa oleh petugas dan hilang begitu saja kabar beritanya. Entah apa yang dilakukan aparat kepada anak-anaknya Ki Jambrong, mereka pikir setelah menghabisi Ki Jambrong semuanya sudah selesai, tapi tentu tidak, Ki Jambrong ini punya ilmu gaib. Dia sudah bersekutu dengan demit.

Arwah Ki Jambrong tidak tenang.

Beberapa hari setelah kematiannya, kuburan Ki Jambrong mengeluarkan asap kental berwarna putih. Asap itu menggumpal halus hingga perlahan berbentuk pocong, itu adalah pocong Ki Jambrong, makhluk mengerikan tersebut terbang perlahan mendatangi perkampungan yang dekat dengan hutan. Ia meneror warga yang ada di kampung itu, termasuk Mbah Maryono karena si penggembala kerbau itu yang telah melaporkan keberadaan Ki Jambrong di tengah hutan.

Mbah Maryono melihat dengan jelas penampakan pocong Ki Jambrong, kemudian sehari setelah melihat penampakan itu, Mbah Maryono tewas karena jatuh dari pohon kelapa.

Setiap orang yang melihat penampakan Ki Jambrong pasti ketiban sial, lalu tewas secara tidak wajar.

Sudah ada 10 orang yang tewas di kampung tersebut. Kala itu Kepala Kampung langsung menggelar musyawarah, mereka yakin pasti pocong Ki Jambrong yang telah meneror kampung mereka.

Para penduduk kampung itu tahu betul kalau Ki Jambrong dibantai oleh petugas dan dikuburkan di tengah hutan.

Setelah dilakukan musyawarah, mereka pun sepakat untuk membongkar kuburan Ki Jambrong yang ada di tengah hutan.

Masyarakat berbondong-bondong membongkar kuburan itu, ternyata jasad Ki Jambrong sudah mulai membusuk.

Mereka membakar jasad itu di tengah hutan, kemudian Ketua Kampung melemparkan garam pada api yang sedang membakar jasad Ki Jambrong, garam jampi agar arwah Ki Jambrong tidak lagi gentayangan dan terbukti setelah jasad Ki Jambrong dibakar tak ada lagi pocong yang meneror kampung mereka.

SELESAI

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search