Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

AJIAN PANCASONA VS RAWA RONTEK

 PERBEDAAN AJIAN PANCASONA DAN RAWA RONTEK

Bagi warga Blitar mendengar nama Makam Gantung pasti sudah tak asing lagi, namun bagi yang baru saja mendengar, pastinya akan penasaran.

Apa memang ada sebuah makam yang digantung?

Jika menyebut tentang Makam Gantung maka orang juga akan teringat dengan Patih Djojodigdo yaitu seorang patih yang berasal dari Kadipaten Blitar, Jawa Timur yang sakti mandraguna.


Sang patih dianggap sakti dikarenakan memiliki ilmu ajian pancasona yang bisa membuatnya hidup kembali apabila jasadnya menyentuh tanah sehingga ketika beliau meninggal makamnya haruslah tergantung dan tidak langsung menyentuh tanah.

Lantas apakah semua mitos itu benar? Apakah benar juga jika ada ilmu yang mampu menghidupkan orang yang sudah tewas?

Ajian pancasona adalah sebuah ilmu yang mampu melindungi diri dari senjata tajam.

Secara bahasa panca memiliki arti 5 dan sona adalah tempat. Jadi, bisa diartikan juga jika ilmu pancasona merupakan ilmu yang berasal dari 5 tempat yaitu langit, bumi, gunung, samudra, dan juga surga.

Bila terkena senjata maka lukanya akan hilang tanpa bekas, apabila terputus salah satu anggota tubuhnya juga akan tersambung kembali tetap tanpa bekas dan menurut beberapa sumber ilmu ajian pancasona merupakan ilmu yang memiliki aliran putih yang bahkan dipercaya mantra untuk memiliki ilmu ini diawali dengan bismillah.

Ritual untuk memiliki ajian pancasona adalah dengan melakukan:

·        Puasa sunah Senin kamis selama 7 bulan.

·        Setelah selesai, 3 hari berikutnya dilanjutkan dengan puasa sunah 40 hari berturut-turut.

·        Pada malam terakhir yaitu hari 41, orang yang mempelajari ilmu ini tidak boleh tidur selama 24 jam, dalam keadaan suci dari hadas besar maupun hadas kecil.

·        Selama puasa pun setiap selesai salat fardu juga harus membaca rapal ajian tersebut sebanyak 21 kali juga diwajibkan melaksanakan salat hajat khusus dengan membaca ajian tersebut sebanyak 75 kali.

·        Setelah salat selesai dan sebelum melaksanakan salat hajat juga diwajibkan untuk mandi besar yang akhirnya sudah diberi rapal tersebut sebanyak 21 kali dan setelah selesai mengerjakan puasa dari keseluruhannya masih harus menjalankan rutinitas amalan yang harus dibaca 3 kali setiap selesai salat fardu.

Mari kembali ke sosok Patih Djojodigdo.

Sebelum diangkat menjadi patih, Djojodigdo. dikenal suka melakukan tirakat atau lelakon dan berpuasa hingga mendapatkan berbagai macam ilmu kanuragan dan juga kesaktian yang mampu ia kuasai.

Dalam hal ini, dipercaya Djojodigdo mendapatkan ajian ini setelah gurunya wafat yang akhirnya mewariskan ilmu ini padanya bahkan juga dikatakan, gurunya tak hanya berasal dari bangsa manusia melainkan juga berasal dari bangsa lelembut atau bangsa jin.

Djojodigdo adalah sahabat sekaligus pengikut Pangeran Diponegoro. Beliau juga memiliki keturunan darah biru atau trah ningrat dari kerajaan Mataram karena beliau juga merupakan Putra Adipati Kulon Progo.

Kesaktian sosok Djojodigdo juga teruji ketika terjadi peperangan antar Belanda melawan pasukan Pangeran Diponegoro.

Sebagai pengikutnya, Djojodigdo yang waktu itu masih berusia 30 tahun ikut melakukan perlawanan bahkan ikut perang gerilya, meskipun saat itu Pangeran Diponegoro telah ditangkap dan juga diasingkan, Djojodigdo menjadi salah satu orang yang paling ditakuti oleh Belanda karena kesaktian aji pancasonanya yang telah ia kuasai.

Djojodigdo juga dikabarkan beberapa kali mampu hidup kembali setelah dieksekusi oleh para tentara Belanda ketika ia berhasil ditangkap. Berkat peran dan kesaktiannya dalam melawan Belanda ia menjadi sangat terkenal hingga Adipati Blitar memberinya gelar patih dan hadiah sebidang tanah dan dari pemberian tanah tersebut Djojodigdo akhirnya membangun sebuah rumah besar bersama dengan keluarganya yang diberi nama Pesanggrahan Djojodigdo dan hingga saat ini rumah itu masih berdiri kokoh.

Meskipun memiliki ajian pancasona, Djojodigdo akhirnya wafat pada tahun 1909 di usia ke-82 tahun.

Dengan ajian pancasona yang masih dimilikinya dipercaya juga siapa pun yang memiliki ajian ini akan bisa hidup kekal abadi hingga akhir kiamat nanti.

Selama ia masih menginjak tanah, seseorang yang mempunyai ajian pancasona dikatakan hanya bisa wafat apabila tubuhnya dipisah menyeberangi sungai dan digantung agar tidak menyentuh tanah. Jika jasadnya menyentuh tanah maka bagian-bagian tersebut akan bersatu dan orang yang mempunyai ajian ini akan bisa hidup kembali.

Djojodigdo bahkan dikabarkan pernah wafat 3 kali dalam sehari, tapi setiap akan dikuburkan beliau langsung bangkit begitu menyentuh tanah.

 Supaya tak bisa hidup lagi maka ketika Djojodigdo wafat jasadnya digantung di dalam sebuah peti besi yang disangga dengan patiyang dengan ketinggian 50 cm supaya jasadnya tak bersentuhan langsung dengan tanah.

Tempat tadi juga berfungsi untuk menyanggah sebuah penyimpanan kecil yang digunakan untuk menyimpan baju perang dan juga pusaka milik sang patih yang membuat banyak orang salah sangka jika jenazah digantung di atas sehingga masyarakat Blitar menyebutnya dengan Makam Gantung, namun jika ada ilmu putih tentu saja akan ada juga yang namanya ilmu hitam.

Ada sebuah ajian yang dipercaya sama tingginya dengan ajian pancasona yaitu ajian rawa rontek.

Rawa rontek secara bahasa memiliki arti kepala putus. Ajian ini dimaksudkan agar mereka yang menguasai ajian rawa rontek tidak akan mati dengan cara dibunuh, baik dengan senjata tajam, senjata api, racun, atau bahkan sihir, tetapi ia akan mati dengan cara sakit.

Hampir sama dengan ajian pancasona, ajian rawa rontek sangat jarang bisa dikuasai dan bahkan mantranya saja sangat sedikit yang mengetahuinya.

Ajian rawa rontek adalah ilmu kesaktian yang legendaris dan juga sangat populer karena dimiliki oleh Si Pitung dengan menguasai ilmu ini Pitung dapat menyerap energi lawan-lawannya seolah-olah lawannya itu tidak melihat keberadaan Pitung karena itu ia digambarkan seolah dapat menghilang dan menurut cerita rakyat, siapa pun yang memiliki ajian rawa rontek tidak akan boleh menikah hingga akhir hayatnya dan buktinya itu terjadi kepada Si Pitung ketika ia tewas menjelang usia 40 tahun, Pitung masih tetap bujangan.

Beda dengan ajian pancasona, pemilik ajian rawa rontek terkenal lebih gampang emosi. Senang berbuat kejahatan dan juga anarkis.

Hal tersebut tentu terjadi karena di dalam sel-sel tubuh memiliki ilmu rawa rontek sudah dipengaruhi oleh jin jahat yang telah bersemayam.

Ilmu ini sangat langka dan jika ada yang bisa menguasai ilmu rawa rontek pasti bisa dihitung dengan jari.

Untuk memperoleh ilmu ini bukanlah hal yang gampang karena harus melewati berbagai ritual yang berat, harus pula dibarengi dengan tekad dan juga keyakinan yang kuat.

Pemilik ajian rawa rontek harus melewati sangat banyak tahap untuk menyempurnakan ilmunya.

Ajian ini sendiri memiliki beberapa tingkatan yaitu, rendah, menengah, dan juga tinggi.

Pada tingkatan rendah jin jahat bersemayam di aura pemiliknya, tujuannya  untuk ilmu kebal seperti tahan pukul, tahan bacokan, dan juga tusukan senjata tajam.

Pada tingkat menengah, kodam mulai mendekat ke kulit pemiliknya. Biasanya tahapan ilmu kebal tingkat menengah lebih kuat dari tingkat rendah. Kulit akan jadi sekeras batu karang dan badan.

Bukan hanya tahan pukulan dan juga senjata tajam hingga senjata api pun sudah bisa ditahan dengan kekuatan ilmu hitam tingkat menengah ini.

Sementara pada tahapan tingkat tinggi di sinilah kodam memasuki sel-sel tubuh sehingga mampu membangkitkan energi tenaga dalam dan mampu merekayasa percepatan regenerasi sel dan inilah yang sangat berbahaya.

Biasanya umur orang yang memiliki ilmu hitam begini sangat panjang karena kerusakan pada sel tubuhnya akan terus beregenerasi dengan cepat dikarenakan kematian itu akan terjadi bila tubuh fisik tak lagi layak bagi ruh dikarenakan kerusakan makanya orang-orang yang mati itu pasti disebabkan karena ada kerusakan di dalam tubuhnya.

Pada dasarnya jin tak bisa masuk ke dalam sel tubuh karena roh akan tetap kuat kecuali manusianya yang membuka akses bagi makhluk metafisik itu untuk bisa menguasainya.

Ajian rawa rontek merupakan ilmu langka dan memiliki kelebihan yaitu bagian tubuh yang sudah terpotong akan bisa tersambung kembali tentu.

Siapa saja yang melihat aksi pemilik ilmu ini akan keder dan juga segudang pertanyaan karena ilmu hitam ini sungguh-sungguh di luar akal manusia. “Mengapa bisa menyatu kembali? Bagaimana dengan urat dan syarat bagian tubuh yang dipotong?”

Kelemahan bagi pemilik ajian rawa rontek juga mirip dengan ajian pancasona yakni dengan membakar atau menyangkutkan tubuhnya di atas pohon.

Intinya, bagaimana caranya agar kakinya tidak menyentuh bumi, namun bedanya, kelangkaan ilmu ini disebabkan karena ilmu ini tidak bisa diturunkan kepada orang lain.

Jadi, siapa pun yang ingin memiliki ilmu langka ini harus melakukan sendiri rintangan dan juga ritual yang tentu tak mudah.

Ritual rawa rontek jauh berbeda dengan ritual yang dilakukan kesenian tradisional Banten yaitu kesenian debus karena debus hanya atraksi dan lebih menekankan pada tusukan tahan panas, tahan pukul, hingga tahan sayatan. Bukan dilakukan dengan cara membelah yang menjadikan tulang terpotong-potong bahkan hingga lepas dari kesatuan tulang itu sendiri.

Mau percaya atau tidak? Semua itu kembali ke keyakinan kita masing-masing.

Ilmu hitam kesaktian orang zaman dahulu memang sulit untuk kita percaya terutama pada masa kini di mana teknologi sudah jauh berkembang, namun sulit dipercaya belum tentu tidak ada.

 

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search