Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

PENGHUNI BERINGIN ANGKER BAGIAN 4

CERITA PILU DI UJUNG KISAH

BAGIAN 4 TAMAT

Setelah perang gerilya dinyatakan bubar, para pejuang daerah disarankan untuk bergabung ke dalam organisasi perjuangan.

Sutopo memilih pulang  dan menemani istrinya hingga lahirlah anak pertama mereka.

Sutopo menepis prasangka buruknya. Dia menunjukkan rasa cinta dan sayang pada Saripah yang teramat sangat.


Tanggung jawab sebagai suami juga dilaksanakan sesuai kemampuan hingga lahirlah anak lelaki yang membuat semua orang bergidik saat melihatnya.

Wajah sang bayi sangat sangar dengan seluruh badan dipenuhi bulu lebat layaknya monyet, hanya saja bulu tersebut ukurannya lebih besar daripada bulu manusia.

Saat lahir pun tidak menangis layak bayi lain.

Warga pun menggunjing jika bayi tersebut adalah anak genderuwo.

Sebisa mungkin Sutopo menerima keadaan, begitu pun dengan Saripah, mereka bersepakat akan mendidik putra mereka yang diberi nama Druwo.

Meskipun gunjingan terus berlanjut,  menginjak usia satu tahun semua bulu di tubuh rontok, namun masih ada beberapa bagian tubuh yang mana bentuknya melingkar seperti tompel dengan bulu lebat dan di saat itu pula Mariono mendadak lemah tak berdaya.

Mariono menjadi lumpuh dan bisu.

Semua berawal tepat satu tahun, di waktu yang sama Mariono yang memotong kayu di rumah untuk dijual mendadak merasa sangat lelah, seluruh sendinya sakit dan nyeri begitu pun dengan kakinya yang kaku.

Dia pun hanya mampu berbaring di tempat tidur.

Saat istrinya membangunkan, dia tidak segera bangun hanya tangannya yang terjulur hendak menggapai sang istri dengan tanpa mengeluarkan kata-kata dan secara tiba-tiba tangannya semakin melemah tidak bertenaga.

Istrinya semakin panik saat Mariono membuka matanya, lelaki itu tidak dapat berucap apa pun, sedangkan nafasnya tersengal-sengal. Semenjak itu Mariono menjadi bisu dan lumpuh.

Setiap malam selepas isya, wajahnya terlihat gelisah ketakutan dengan keringat dingin mengucur karena takut, maka istrinya segera menemui Sabdo.

Begitu melihat kondisi kawannya, Sabdo tidak bisa berbuat banyak, dia hanya berpasrah sambil berucap, “Rasakno. Sombongmu wektu  semono wes dibayar dino iki.”

Sabdo melanjutkan bahwa bayi genderuwo sudah lahir dan kelak jika usianya sudah 5 tahun maka anak itulah yang akan menyembuhkan Mariono.

Sabdo mengakui aura negatif yang menjalar dan dia tidak mampu melawannya. Menurutnya, sate gagak yang telah dibuang secara sembarangan menjadi penyebab semua dendam tersalurkan.

Sebelum beranjak pulang, Sabdo berjanji akan berusaha melepas jerat gaib tersebut, tapi dia tidak berjanji mampu karena dia juga menjaga keselamatannya sendiri.

****

5 tahun berikutnya.

Druwo sudah beranjak di usia 5 tahun.

 Nafsu makannya 5 kali lebih besar dari manusia biasa. Dia tidur sekitar 2 jam dalam sehari semalam, dua kali buang air kecil dalam sehari, dan dua kali buang air besar dalam sebulan, juga belum bisa berkata apa-apa justru bahasa yang tidak dimengerti yang selalu keluar dari mulutnya sehingga dia kesulitan untuk berkomunikasi.

“Opo benar yen Druwo kui anake genderuwo?” tanya Saripah saat Sabdo bertamu ke rumahnya.

“Cubo dieling-eling yen semono mesti kue ngalami keanehan,” ucap Sabdo yang membuat Saripah kembali ke masa lalu.

Hatinya tidak bisa memungkiri, beberapa malam dia mencapai kepuasan batin sebelum kisruh akan kematian penebang yang melanda pohon beringin dan mungkin itulah yang dimaksud Sabdo.

Sejenak Saripah memandangi putranya dan bagaimanapun wujud Druwo, anak itu tetap darah dagingnya. Dia tidak akan menyia-nyiakan sang buah hati meski buruk rupa.

Selama ini dia dan suami sangat menyayangi Druwo, meski anak lain menjauhi.

“Mengko yen Kang Sutopo balik tak jak teng daleme Sampean yo, Kang?”

Akan tetapi, Sabdo memilih menunggu kepulangan Sutopo agar bersama-sama menuju rumah Mariono untuk melakukan pengobatan.

****

Kabar tentang Druwo yang berhasil menyembuhkan Mariono menyebar luas dari mulut ke mulut.

Satu persatu tamu berdatangan untuk minta bantuan pada Druwo dan kekuatan yang dimiliki mampu mengabulkan hajat mereka hingga suatu malam mereka merasa kehilangan sosok Druwo.

Mendadak anak kecil itu menghilang tanpa ada yang tahu ke mana raibnya.

Sutopo dan Saripah menyisir seluruh perkampungan, tapi tidak ditemukan putra kesayangan mereka.

Bersamaan dengan itu secara berbarengan Mariono meninggal secara mendadak.

Mariono ditemukan tercebur sumur saat menimba air. Lelaki yang baru beberapa minggu sembuh itu tewas di dalam sumur.

Sedangkan Sabdo meninggal tertimpa dahan pohon saat melintas di pinggiran hutan. Sebuah dahan pohon bacang yang tidak terlalu besar patah, Sabdo yang tidak sempat menghindar tengkuknya pun terhantam.

Meski ukuran dan tidak besar, namun Sabdo  meninggal dunia seketika.

Bukan hanya dua lelaki itu saja, beberapa orang yang meminta bantuan pada Druwo juga meninggal secara berurutan.

Warga menjadi ketakutan dengan peristiwa demi peristiwa yang terjadi. Mereka takut jika ikut dijadikan korban keganasan anak genderuwo itu.

Melihat suasana yang semakin semrawut, Sutopo pun teringat dengan Supangat kawan bergerilya yang mana Supangat pernah bercerita bahwa ada seorang ustaz di desanya. Ustaz kampung itu memiliki keilmuan di atas rata-rata.

Supangat pernah bercerita bahwa sang ustaz pernah diserang oleh centeng Kompeni di tempatnya mengajar mengaji.

Semua orang melihatnya dibunuh dengan keji lalu mayatnya dibuang begitu saja, namun pada keesokan harinya sang ustaz sudah ada di Surau dalam keadaan sehat. Sejak saat itu para centang Kompeni berpikir dua kali untuk menangkapnya.

Sutopo pun akan berangkat minta bantuan Supangat untuk menemui sang ustaz.

Langkah Sutopo tidak salah, meski jauh di luar kabupaten, dia tetap menemui sang ustaz yang dikenal dengan nama Ustaz Sopyan.

Berkat beliau kondisi kampung Sutopo menjadi tenang kembali.

Hanya dengan dua kali saja beliau melakukan ritual dan sejak saat itu warga kampung Sutopo yang semula tanpa kepercayaan mulai mendalami ilmu agama.

Ustaz Sopyan berpendapat, bahwa perkawinan antara jin dan manusia bisa saja membuahkan keturunan, itu pun diakui oleh beberapa ulama.

“Yang lebih penting adalah menanamkan keyakinan bahwa siapa pun anak genderuwo itu selama dia berwujud manusia maka dia sama dengan orang lain, sama-sama manusia yang hanya mempunyai kemampuan sebagaimana manusia lainnya, namun jika dia menjelma tak kasat mata dan menampakkan wujud di dunia manusia, saat itulah titik terlemahnya.”

“Betapa pun saktinya sosok jin, dia akan lemah di tempat yang bukan dunianya.”

“Jadi, jangan pernah takut apabila jin masuk ke alam manusia.”

“Seperti pernyataan Imam Mujahid, engkau melihat setan menampakkan diri kepadamu dan berwujud apa saja maka usirlah dia. Ambil Benda apa saja dan lemparkan kepadanya sambil membaca bismillah.”

Ustaz Sopyan juga memberi pencerahan, beliau menguatkan para warga dengan berucap, “Seluruh Jin yang ada akan mati dan kita dapat membunuhnya jika kita mau saat mengganggu kita.”

“Allah telah memberikan senjata. Salah satunya yaitu surah Al-baqarah ayat 255.”

“Dengan membaca doa dari surah itu kita bisa membakar setan serta menghanguskannya.”

“Terdapat banyak kisah setan yang dapat dibunuh serta terbakar yang dapat dilihat pada kitab-kitab atau dalam hadis-hadis nabi yang Shahih.”

Penjelasan Ustaz Sopyan menjadi renungan tersendiri bagi warga kampung.

Mereka semakin yakin akan terjauh dari gangguan jin dan setan dengan cara meningkatkan iman dan mereka yakin jika jin jahat yakni sosok genderuwo telah melakukan kesalahan besar terhadap mereka, menjadikan orang yang terjauh dari agama.

****

Di tengah bangsa ini mencari cara meraih kemerdekaan, Saripah dan Sutopo kembali diberi kebahagiaan.

Saripah telah hamil menginjak 2 bulan.

Mereka berharap semuanya akan baik-baik saja.

Biarlah kisah Druwo menjadi kenangan pahit, sosok yang diyakini sebagai anak genderuwo.

 TAMAT

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search